sistem kekebalan tubuh

pemicu  sistem kekebalan tubuh

pemicu  sistem kekebalan tubuh

- buah berwarna oranye dengan  postur  gembur berdaging tebal kenyal  ,ketela rambat ,labu, kaya  beta karoten yang  mampu membantu  anda dalam usaha  membangun membentuk vitamin A,beta karoten  melindungi sistem imun tubuh dan membuat ada  jadi mendapat asupan nutrisi , 
-tiram sangat kaya akan kandungan zinc  yang membantu anda dalam usaha mengembangkan  membangun benteng pertahanan sel darah putih untuk melawan serangan datangnya  kuman penyakit.
-yogurt  berasal dari susu yang difermentasi, yogurt kaya  probiotik dinamakan   bakteri baik,probiotik  menurunkan gejala penyakit flu dan pilek,membantu sistem pencernaan tidak sampai disitu saja  yogurt mampu  meningkatkan sistem kekebalan
- teh  hijau  dan hitam  sangat kaya akan kandungan polifenol dan antioksidan yang membantu anda dalam usaha  mencegah kedatangan  radikal bebas  yang akan menyelinap didalam tubuh,
-teh  hijau  dan hitam yang mampu membantu anda dalam usaha 
  menghambat menangkal infeksi  virus, sehingga  tubuh bertahan dari  pilek dan flu
- bawang putih utuh lebih baik  sepuluh kali lipat khasiatnya untuk dikonsumsi daripada bawang putih dalam bentuk suplemen ,obat,serbuk,jamu,herbal atau bentuk lainya,sebab bawang putih sangat kaya akan kandungan senyawa yang membantu anda dalam usaha  pencegah  penyakit,usaha antivirus,usaha antibakteri , peningkat sistem imun tubuh mengurangi efek terserang flu ,

    SISTEM KEKEBALAN TUBUH PADA TUBUH MANUSIA LANJUT USIA 



peningkatan populasi penduduk lanjut usia  itu dipicu oleh  perbaikan status kesehatan akibat kemajuan teknologi dan penelitian   kedokteran, pergeseran gaya hidup dari urban rural lifestyle ke arah sedentary urban  lifestyle,  peningkatan income per kapita ,transisi epidemiologi dari penyakit infeksi menuju penyakit degeneratif, perbaikan status gizi yang ditandai peningkatan   obesitas  dibandingkan underweight, peningkatan Usia   Harapan Hidup  dari 45 tahun di awal tahun 1940 ke arah 75 tahun saat ini,    pasien lanjut usia mengalami kasus mortalitas dan morbiditas lebih besar dibandingkan orang muda. Kerentanan pasien lanjut usia terhadap penyakit dipicu  oleh menurunnya fungsi sistem sistem kekebalan tubuh , sistem kekebalan tubuh  dipengaruhi oleh proses penuaan, Ilmu yang mempelajari sistem sistem kekebalan tubuh pada golongan 
pasien lanjut usia  dinamakan Immuno-gerontologi,  
Sistem sistem kekebalan tubuh  memiliki fungsi yaitu menghasilkan antibodi (sejenis protein yang  dinamakan  sistem imunoglobulin) , membantu perbaikan DNA manusia; mencegah infeksi yang  dipicu oleh jamur, bakteri, virus,  organisme 
lain  untuk memerangi serangan  bakteri dan virus asing ke dalam tubuh,
Tugas sistem   kekebalan tubuh adalah mencari dan merusak  jamur, bakteri, virus,  organisme  lain   yang membahayakan tubuh manusia,.Fungsi sistem sistem kekebalan tubuh tubuh (immunocompetence)  menurun seiring  bertambahnya usia,   Kemampuan sistem kekebalan tubuh   melawan infeksi menurun termasuk kecepatan tanggapan  sistem kekebalan tubuh dengan meningkatnya pertambahan  usia. ini  bukan berarti  manusia lanjut usia  lebih sering terserang penyakit, namun ketika  menginjak usia tua maka resiko sakit  meningkat 
contoh penyakit kronik,penyakit infeksi, kanker, kelainan autosistem kekebalan tubuh,  ini  dipicu oleh  perjalanan alamiah penyakit yang berkembang secara 
lambat dan gejala-gejalanya tidak terlihat sampai  beberapa tahun kemudian baru  terlihat,  produksi  imunoglobulin  yang dihasilkan oleh tubuh pasien lanjut usia 
 berkurang jumlahnya sehingga vaksinasi yang  diberikan pada golongan pasien lanjut usia kurang efektif  melawan penyakit. sistem kekebalan     tubuh pasien lanjut usia kehilangan kemampuan untuk  membedakan zat zat  asing yang masuk ke dalam tubuh   dengan zat zat  bagian dari dalam tubuh pasien  sendiri,
Salah satu perubahan besar yang terjadi seiring  pertambahan usia adalah proses thymic involution 3, Thymus yang terletak di atas jantung di belakang tulang 
dada adalah organ tempat sel T menjadi matang. Sel T   penting sebagai limfosit untuk membunuh  bakteri dan membantu tipe sel lain dalam sistem  kekebalan tubuh,  Seiring perjalanan usia, maka banyak sel T atau  limfosit T kehilangan fungsi dan kemampuannya  melawan penyakit. Volume jaringan timus kurang dari 
5% dibandingkan ketika lahir. ketika tua   tubuh mengandung  jumlah sel T yang lebih rendah dibandingkan   ketika usia muda, dan juga tubuh kurang  mampu mengendalikan  penyakit dibandingkan dengan  masa-masa sebelumnya,  Jika ini  terjadi, maka dapat  muncul   penyakit autosistem kekebalan tubuh yaitu sistem sistem kekebalan tubuh  tidak dapat mengidentifikasi dan melawan sel kanker dan  mengapa resiko penyakit  kanker meningkat sejalan dengan bertambahnya  usia, Salah satu komponen utama sistem kekebalan tubuh  adalah sel T, suatu bentuk sel darah putih (limfosit)  yang berfungsi mencari jenis penyakit pathogen kemudian   memusnahkannya ,  Limfosit dihasilkan oleh kelenjar limfe  untuk menghasilkan antibodi  melawan infeksi,  limfosit tidak berubah  banyak saat  usia tua, namun konfigurasi limfosit dan  reaksinya melawan infeksi berkurang,  Manusia  memiliki jumlah T sel yang banyak dalam tubuhnya, namun seiring peningkatan usia maka jumlahnya akan  berkurang yang ditunjukkan dengan rentannya tubuh  terhadap serangan penyakit,
Fenotip resiko sistem kekebalan tubuh  ditandai  dengan sedikitnya jumlah sel B,   keberadaan sel-sel CD8T  adalah CMV (Cytomegalovirus), ratio CD4:CD8 < 1, lemahnya proliferasi sel T  in vitro, peningkatan jumlah sel-sel CD8+CD28-, 
pasien lanjut usia  cenderung menghasilkan  autoantibodi yaitu antibodi yang melawan antigennya  sendiri dan mengarah pada penyakit autoimmune,
Autoantibodi adalah faktor penyebab rheumatoid  arthritis dan atherosklerosis. Hilangnya efektivitas  sistem sistem kekebalan tubuh pada pasien lanjut usia  dipicu oleh  perubahan kompartemen sel T yang terjadi sebagai  hasil involusi timus untuk menghasilkan interleukin 10 (IL-10). Perubahan substansial pada fungsional dan  fenotip profil sel T  seiring  dengan  pertambahan usia,
golongan pasien lanjut usia kurang mampu menghasilkan limfosit  untuk sistem sistem kekebalan tubuh,  Ketika antibodi pasien lanjut usia dihasilkan, durasi tanggapanya   lebih singkat dan lebih sedikit sel  yang dihasilkan  dibandingkan dengan  masa-masa sebelumnya,  Sistem sistem kekebalan tubuh golongan dewasa muda  termasuk limfosit dan sel lain bereaksi lebih kuat dan  cepat dibandingkan golongan  pasien lanjut usia ,
Efek infeksi CMV  pada sistem  kekebalan tubuh pasien lanjut usia berhubungan  dengan sel T clonal expansion (CD8T) 4,
 jumlah sel CD8 T berkurang pada usia  lanjut. Sel CD8 T mempunyai 2 fungsi yaitu: untuk  mengenali dan merusak sel yang terinfeksi atau sel  tidak normal , dan untuk mengurangi aktivitas sel darah  putih lain dalam rangka perlindungan jaringan normal. 
 tubuh akan meningkatkan  produksi berbagai jenis sel CD8 T seiring    bertambahnya usia. Sel ini dinamakan  TCE (T cell clonal  expansion) yang kurang efektif dalam melawan  penyakit, TCE mampu berakumulasi secara cepat  karena memiliki rentang hidup yang panjang dan dapat  mencegah hilangnya populasi TCE secara normal  dalam organisme. Sel-sel TCE dapat tumbuh lebih banyak 80% dari total populasi CD8. Perbanyakan  populasi sel TCE memakan ruang lebih banyak  dibandingkan sel lainnya, sehingga terjadi   penurunan efektifitas sistem sistem kekebalan tubuh dalam  memerangi bakteri patogen. bukti  pada  tikus 
yang  memiliki fungsi sistem  kekebalan tubuh  mirip manusia. tikus  berusia 
lanjut mempunyai tingkat TCE lebih besar dibandingkan  tikus normal, populasi sel CD8 T yang kurang beragam, dan penurunan kemampuan melawan 
penyakit. Peningkatan sel TCE pada tikus normal  menunjukkan  berkurangnya kemampuan melawan  penyakit,  jika  produksi TCE dapat dikurangi saat  terjadi proses  penuaan, maka efektifitas sistem  kekebalan tubuh  dapat  ditingkatkan dan kemampuan melawan penyakit lebih  ditingkatkan   lagi. Aging  mempengaruhi aktivitas leukosit seperti  eosinofil,   makrofag, monosit, neutrofil,  
. Perubahan utama pada fungsi sistem kekebalan tubuh pasien lanjut usia 
adalah perubahan tanggapan proliferatif limfosit contoh berkurangnya Interleukin-2 (IL-2) yang  terbukti  ada  rusaknya proses signal pada orang 
tua, minimnya kadar Ca dalam tubuh, dan  perubahan membran limfosit sehingga 
mempengaruhi fungsi sistem kekebalan tubuh. Penurunan Calcium  (Ca) pada pasien lanjut usia mempengaruhi perpindahan  signal dengan gagalnya merangsang enzim  termasuk protein  MEK, kinase C, MAPK dan menghambat produksi cytokines, protein  yang bertanggung jawab untuk koordinasi interaksi dengan antigen dan memperkuat tanggapan  sistem kekebalan tubuh. Salah satu cytokine yang dikenal adalah  interleukin 2 (IL-2), cytokine diproduksi dan  disekresi oleh sel T untuk menginduksi proliferasi  sel dan mendukung pertumbuhan jangka panjang  sel T. Sesuai peningkatan usia sel T, maka kapasitas sel T untuk menghasilkan IL-2 menurun.  Jika terpapar antigen, maka sel T memori akan  membelah diri menjadi lebih banyak untuk melawan antigen. Jika produksi IL-2 sedikit atau  sel T tidak dapat menanggapi  IL-2, maka 
fungsi sel T rusak. Perubahan cytokine lain adalah  gamma interferon,  interleukin 4, tumor necrosis factor alpha, 
 pada  golongan lanjut usia   mengalami perubahan  permukaan sel T. Ketika sel T memakai  reseptor protein di permukaan sel kemudian  berikatan  dengan antigen, maka rangsangan lingkungan  harus dikomukasikan dengan bagian dalam sel T. 
Banyak molekul terlibat dalam transduksi signal,  proses perpindahan ikatan signal-antigen melalui  membran sel menuju sel. Sel T yang berusia tua  tidak menunjukkan antigen CD28, suatu molekul  penting bagi transduksi signal dan aktivasi sel T.  Tanpa CD28, sel T tidak menanggapi masuknya patogen asing. Pada pasien lanjut usia   ada kandungan antigen CD69  yang lebih rendah. Sel T dapat mengurangi   antigen CD69 sesudah berikatan dengan reseptor  sel T. Bila ikatan signal-antigen tidak dipindahkan  ke bagian dalam sel T, maka antigen CD69 akan  hilang di permukaan sel dan terjadi penurunan transduksi signal. 
 Jumlah dan Sub-populasi Limfosit  Aging mempengaruhi fungsi sel T dengan 
berbagai cara, Beberapa sel T ditemukan dalam  thymus dan sirkulasi darah yang dinamakan  sel T memori dan sel T naive. sel T  memori adalah sel aktif yang terpapar  antigen, Sel T naive adalah  sel T yang tidak bergerak  dan tidak pernah  terpapar   antigen asing, maka sel T naive  menjadi aktif dan merangsang sistem  kekebalan tubuh untuk menghilangkan antigen asing dari dalam tubuh, 
kemudian  merubah diri menjadi sel T memori. 
Sel T memori menjadi tidak aktif dan dapat aktif  kembali jika menghadapi antigen yang sama. Pada  golongan lanjut usia , hampir tidak ada sel T naive sejak 
menurunnya produksi sel T oleh kelenjar timus  secara cepat sesuai usia. Akibatnya cadangan sel T  naive menipis dan sistem sistem kekebalan tubuh tidak dapat  menanggapi  secepat tanggapan golongan usia muda. 
Jumlah sel B, sel T helper (CD4+)  berubah  pada saat   lanjut usia ,
tanggapan limfosit diatur oleh cytokine. tanggapan limfosit  atau sel T helper dibagi menjadi 2 jenis yaitu: 1. Th-1  dan 2. Th-2. tanggapan antibodi  diperoleh dari Th-2 cytokine. Perubahan produksi cytokine merubah  sistem kekebalan tubuh perantara sel (Cell Mediated Immunity) pada pasien lanjut usia,  tanggapan limfosit pada makrofag berubah pada pasien lanjut usia di mana ada kepekaan  yang lebih  tinggi terhadap efek inhibitor , 
. Penurunan fungsi sel T pada pasien lanjut usia juga  mempengaruhi fungsi sel B karena sel T dan sel B bekerjasama untuk mengatur produksi antibodi. Sel T 
menginduksi sel B untuk hipermutasi gen-gen  immunoglobulin, menghasilkan perbedaan antibodi .untuk mengenali jenis-jenis antigen. Pada pasien lanjut usia 
ada jenis antibodi yang lebih sedikit dibandingkan pada orang muda, rendahnya tanggapan IgM terhadap infeksi, dan menurunnya kecepatan pematangan sel B. 
Semua itu berpengaruh terhadap penurunan jumlah antibodi yang dihasilkan  untuk melawan infeksi. 
Viskositas membran sel T  berubah pada  pasien lanjut usia, namun viskositas sel B tetap. Kompoisisi lipid pada membran limfosit pasien lanjut usia  menandakan  peningkatan proporsi kolesterol dan  fosolipid dibandingkan orang muda. Serum darah  pasien lanjut usia mengandung banyak VLDL dan LDL. 
Perubahan komposisi lipid di atas dapat  meningkatkan penurunan sistem kekebalan tubuh  pasien lanjut usua,  Pembatasan asupan lemak menurunkan kadar asam docosatetraenoat dan arakhidonat,,mempengaruhi  komposisi membran lipid limfosit, meningkatkan  level asam linoleat, 
 Sistem endokrin dipengaruhi oleh penuaan dan  sirkulasi hormon-hormon seiring  dengan pertambahan usia.  Hormon DHEA (Dehydroepiandrosterone) berkaitan 
 dengan penurunan fungsi kekebalan  tubuh. Prostaglandin, hormon yang mempengaruhi  proses tubuh contoh suhu dan metabolisme tubuh 
mungkin meningkat pada usia tua dan menghambat sel  sistem kekebalan tubuh yang penting,
tanggapan tubuh  pasien lanjut usia terhadap infeksi  penyakit  ditunjukkan dengan reaksi  demam tidak berlangsung secara otomatis. pasien  berusia di atas 65 tahun mempunyai  infeksi bakteri yang serius tidak mengalami demam, 
karena tubuh mampu menetralisir demam dan reaksi  sistem kekebalan tubuh lainnya,  sistem syaraf pusat kurang peka  terhadap tanda-tanda sistem kekebalan tubuh dan tidak bereaksi cepat  terhadap infeksi,
Peningkatan tanggapan Sistem  kekebalan tubuh Fungsi organ-organ menurun seiring  dengan naiknya  usia . Organ kurang efisien dibandingkan ketika usia muda, contohnya timus yang menghasilkan hormon terutama selama pubertas. Pada pasien lanjut usia, sebagian besar kelenjar timus tidak berfungsi. namun ketika limfosit terpapar pada hormon timus, maka sistem  kekebalan tubuh meningkat sewaktu-waktu. Sekresi  hormon termasuk hormon pertumbuhan dan melatonin  menurun pada usia tua dan mungkin dihubungkan  dengan sistem sistem kekebalan tubuh,
 pasien lanjut usia  lebih peka  pada reaksi prostaglandin dibandingkan dewasa 
muda, yang menjadi penyebab  kekurangan sistem kekebalan tubuh  pada pasien lanjut usia. Prostaglandin dihasilkan oleh jaringan  tubuh, namun tanggapan sistem sistem kekebalan tubuh pada  dewasa muda lebih baik ketika produksi prostaglandin dikurangi,. 
Nutrisi berperan penting dalam sistem  kekebalan tubuh,vitamin dan suplemen 
makanan  meningkatkan tanggapan sistem sistem kekebalan tubuh, 
pasien lanjut usia sering mengalami rendahnya dukungan sosial, lebih sering menderita infeksi atau  penurunan  tanggapan terhadap vaksin lebih rendah (contohnya  kematian akibat penyakit tetanus dan flu) 
Depresi  Stress  mempengaruhi melemahkan Sistem sistem kekebalan tubuh ,
dan akhirnya mempengaruhi kesehatan sehingga  mudah terserang penyakit,  dengan munculnya psoriasis dan eczema, ketika terjadi stress, maka hormon glukokortikoid dan kortisol memicu reaksi anti-inflammatory dalam sistem 
sistem kekebalan tubuh,
ditunjukkan oleh tanggapan sistem sistem kekebalan tubuh yang memicu 
aktivasi sel limfosit. penelitian lain yang dilakukan terhadap  kesehatan pasien lanjut usia dengan stress menunjukkan level IL-6  atau interleukin-6 (suatu protein dalam golongan  cytokine) meningkat 4 kali lipat lebih cepat sehingga 
mereka rentan terhadap penyakit jantung, arthritis,  Pada pasien lanjut usia pasien laki laki, depresi dihubungkan  dengan  berkurangnya tanggapan sistem kekebalan tubuh,
Gangguan tidur pada pasien lanjut usia dapat melemahkan  sistem sistem kekebalan tubuh karena darah mengandung penurunan  NKC (Natural Killer Sel). NKC adalah bagian dari  sistem sistem kekebalan tubuh tubuh, jika kadarnya menurun dapat  melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga rentan terhadap 
penyakit,
Sistem  kekebalan tubuh  pasien lanjut usia ditingkatkan melalui  usaha imunisasi dan nutrisi. Tujuan imunisasi untuk  memelihara  sistem kekebalan tubuh melawan agen infeksi, 
Nutrisi berperan penting dalam peningkatan tanggapan  sistem kekebalan tubuh. pasien lanjut usia rentan terhadap gangguan gizi buruk ,  dipicu oleh faktor fisiologi dan  psikologi yang mempengaruhi keinginan makan ,  kondisi fisik sosial  ekonomi. Gizi kurang pada pasien lanjut usia  dipicu oleh berkurangnya kemampuan penyerapan  zat gizi atau konsumsi makanan bergizi ,
imunisasi  vaksin mengandung substansi antigen yang  sama dengan patogen asing agar sistem sistem kekebalan tubuh kenal  patogen asing dengan menghasilkan sel T dan sel B. 
pneumonia  ,Influenza  adalah dua penyakit yang  paling sering diderita oleh pasien lanjut usia sehingga perlu  diberikan vaksinasi influenza , namun 
tanggapan antibodi tubuh dan tanggapan sel T pasien lanjut usia  terhadap vaksin lebih rendah dibandingkan orang muda  mempengaruhi efek pemberian vaksin itu.  sifat Penyakit Infeksi yang Sering  Diderita oleh pasien lanjut usia : 
dari faktor  Virus antaralain : - influenzae , herpes zoster ,
dari faktor  mikroorganisme,Bakteri, Jamur,antaralain : 
ulcer/tukak lambung  dikaitkan dengan  penurunan sirkulasi ,  pneumonia ,infeksi saluran kencing/kandung kemih ,endocarditis ,diverticulitis , meningitis ,TBC ,
kurangnya  kalori  dapat memperlambat proses penuaan dan membantu 
pemeliharaan sejumlah besar sel T naive dan tingkat  IL-2. Konsumsi protein dan asam amino yang tidak  cukup mempengaruhi status sistem kekebalan tubuh karena berhubungan  dengan kerusakan jumlah dan fungsi sistem kekebalan tubuh selluler  dan penurunan tanggapan antibodi,
Nutrisi dan Mineral  dapat  Meningkatkan Sistem sistem kekebalan tubuh pasien lanjut usia ,
Vitamin E dan Zn  berperan penting dalam  memelihara sistem  kekebalan tubuh, kekurangan Zn jangka panjang  menurunkan produksi cytokine dan merusak 
pengaturan aktivitas sel helper T. Vitamin E   sebagai antioksidan yang melindungi limfosit, otak, dan jaringan lain dari kerusakan radikal bebas,mencegah  penyakit Alzheimer, meningkatkan kekebalan tubuh, 
Lemak. kekurangan asam linoleat (asam lemak  omega 6) mengurangi tanggapan antibodi, dan  kelebihan intake asam linoleat menghilangkan  fungsi sel T.
banyak  Konsumsi  asam lemak omega  3 bisa  menurunkan sel T helper, produksi 
cytokine. 
Glutamin, asam amino  semi esensial meningkatkan fungsi sel T dan neutrofil,,berfungsi sebagai bahan bakar dalam merangsang limfosit dan makrofag, 
Yoghurt yang mengandung Lactobacillus  acidophilus dan probiotik lain Meningkatkan  aktivitas sel darah putih sehingga menurunkan penyakit kanker, infeksi usus dan lambung,
Zinc  mampu  Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak langsung mempengaruhi  fungsi sistem kekebalan tubuh melalui peran sebagai kofaktor dalam  pembentukan DNA, RNA, dan protein sehingga  meningkatkan pembelahan sellular. kekurangan Zn  secara langsung menurunkan produksi limfosit T,  tanggapan limfosit T untuk stimulasi  atau rangsangan, dan 
produksi IL-2. 
Beta-glucan   Adalah sejenis gula kompleks  (polisakarida) yang didapat  dari dinding sel ragi  roti, gandum, jamur ,  beta glucan dapat  mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan  neutrofil), 
Protein: arginin dan glutamin,  efektif  memelihara fungsi sistem kekebalan tubuh tubuh dan penurunan infeksi pasca-pembedahan, Arginin  mempengaruhi 
pertumbuhan tumor,  ekresi hormon prolaktin, insulin, growth hormon, fungsi sel T, penyembuhan luka, 
Hormon DHEA, DHEA  berhubungan  dengan aktivasi fungsi sistem kekebalan tubuh pada golongan pasien lanjut usia yang diberikan  DHEA level tinggi dan rendah. sesudah diberikan DHEA  pasien wanita  menopause mengalami peningkatan fungsi sistem kekebalan tubuh dalam waktu 3 minggu ,
Lycopene  mampu  membantu pasien dalam usaha  Meningkatkan konsentrasi sel Natural  Killer (NK) ,Mineral Mikronutrien  yang mempengaruhi  kekebalan tubuh adalah Zn, Fe, Cu, asam folat,  dan Se, Vitamin  Mikronutrien yang berperan  dalam memelihara sistem  sistem kekebalan tubuh tubuh pasien lanjut usia adalah vitamin B12, vitamin  A, vitamin C, vitamin  D, vitamin  E,  vitamin B6,  
Asam Folat 9  mampu  membantu pasien dalam usaha  Meningkatkan sistem sistem kekebalan tubuh pada  pasien lanjut usia 
  tikus yang sudah pernah diberikan  asam  folate dapat meningkatkan distribusi sel T dan  tanggapan mitogen (pembelahan sel untuk .meningkatkan tanggapan sistem kekebalan tubuh),  intake asam folat yang tinggi  mungkin meningkatkan memori populasi pasien lanjut usia, Vitamin C  mampu membantu pasien dalam usaha  memperbaiki   migrasi  migrasi dan mobilitas leukosit dari serangan 
infeksi virus, contohnya virus influenzae, Meningkatkan level interferon dan  aktivitas sel sistem kekebalan tubuh pada pasien lanjut usia, meningkatkan 
aktivitas limfosit dan makrofag, Fe (Iron)   mampu membantu pasien dalam usaha  Mempengaruhi sistem kekebalan tubuh humoral dan  sellular dan menurunkan produksi IL-1,
Vitamin E 10 mampu  membantu pasien dalam usaha  Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan, vitamin E dapat   meningkatkan  tanggapan sistem kekebalan tubuh pada pasien  lanjut  usia. Vitamin E adalah antioksidan yang  melindungi sel dan jaringan dari kerusakan secara .bertahap akibat oksidasi yang berlebihan. Akibat penuaan pada tanggapan sistem kekebalan tubuh adalah oksidatif secara alamiah sehingga harus dimodulasi oleh vitamin E, Vitamin D. Menghambat tanggapan limfosit Th-1,
 Vitamin B. Terlibat dengan enzim  yang membuat konstituen sistem  kekebalan tubuh. Pada  penderita anemia kekurangan vitamin B12  mengalami penurunan sel darah putih dihubungkan  dengan fungsi sistem kekebalan tubuh, sesudah diberikan  suplementasi vitamin B12, ada penambahan   jumlah sel darah putih. kekurangan vitamin B12  pada pasien lanjut usia dipicu oleh menurunnya 
produksi sel parietal yang penting bagi penyerapan vitamin B12. Pemberian vitamin B6 (koenzim) pada pasien lanjut usia dapat memperbaiki tanggapan limfosit  yang menyerang sistem sistem kekebalan tubuh, berperan penting 
dalam produksi protein dan asam nukleat.  kekurangan vitamin B6 menimbulkan atrofi pada  jaringan limfoid sehingga merusak fungsi limfoid  dan merusak sintesis asam nukleat, dan  menurunnya pembentukan antibodi dan sistem kekebalan tubuh  sellular, 
Vitamin A mampu  membantu pasien dalam usaha    proses pematangan sel-sel T dan  merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen  asing, menolong mukosa membran termasuk paru paru dari invasi mikroorganisme, menghasilkan 
mukus sebagai antibodi tertentu contoh: leukosit, air, epitel, dan garam organik, dan menurunkan  mortalitas campak dan diare. 
Beta karoten .(prekursor vitamin A) mampu  membantu pasien dalam usaha  meningkatkan jumlah  monosit, dan mungkin berpengaruh terhadap 
makrofag,sitotoksik sel T, sel B, monosit, 
Gabungan  vitamin  E  ,vitamin A, vitamin  C,  memperbaiki jumlah dan aktivitas sel 
sistem kekebalan tubuh pada pasien lanjut usia.  pasien yang diberikan 
suplementasi multivitamin  A, C, dan E   memiliki  infeksi pernapasan dan urogenital lebih rendah  dibandingkan yang tidak ,


KEKEBALAN TUBUH


Pada dasarnya, ada 3  jenis  strategi pertahanan tubuh:
1.tanggapan kekebalan tubuh adaptif (didapat/spesifikk). 
2.Bariersikal (kulit dan mukosa yang utuh) dan kimia (asam lambung); 
3.tanggapan kekebalan tubuh alami (innate/nonspesifik), contoh  fagositosis,
perlawanan  terhadap patogen penyakit  dilakukan oleh barier sikal dan 
tanggapan kekebalan tubuh alami, namun bila tidak berhasil, tanggapan kekebalan tubuh  adaptif akan diaktivasi,Membran mukosa, seperti  reproduksi,mukosa pencernaan, pernapasan,  urinari   melindungi tubuh dari  invasi mikroorganisme ,
Populasi  mikro!ora normal yang berkolonisasi pada permukaan kulit  menghambat pertumbuhan mikro organisme patogen potensial  dengan cara mengompetisi  makanan  dan ruang  yang tersedia,
Kulit utuh  berperan  sebagai bariersikal  untuk menghentikan invasi mikro organisme , Sekret kulit, seperti asam keringat dan asam  lemak dari kelenjar lemak,  mengurangi pertumbuhan bakteri pada per mukaan kulit,  Urin dan sekret mukosa   mengeluarkan mikroorganisme ke  luar dari tubuh pasien,
 Barier kimia  contoh  oleh hidung,  asam lambung,enzim antimikroba, lisosim,   pernapasan, air mata, saliva, 
setiap hari pasien menghirup ribuan bakteri , kuman , mikroorganisme dan  virus yang ada di udara namun Sistem kekebalan tubuh membasmi  jika  bakteri dapat mengalahkan sistem  kekebalan tubuh maka sebagai tanda maka  tubuh mengalami  demam, flu ,  Bila tubuh kemudian sembuh dari demam ,ini menjadi tanda bahwa sistem kekebalan tubuh  mampu mengatasi  kuman , sesudah men dapatkan pengalaman  dari kekalahan sebelumnya,Tubuh  menyadari saat sistem  kekebalan tubuh bekerja dengan memicu efek samping yang dapat  dilihat atau dirasakan. Contohnya, saat bagian tubuh ada yang  terluka, bakteri  memasuki tubuh melalui luka. Sistem  kekebalan tubuh menghilangkan bakteri  penyerang ,  sehingga bagian tubuh yang terluka menjadi sembuh, jika sistem kekebalan tubuh gagal maka  luka meradang,  terinfeksi, dan  terisi nanah (pus),  Contoh , saat  digigit nyamuk, timbul merah, bengkak,  gatal,patogen  mampu beradaptasi dan melakukan cara-cara baru untuk menginfeksi tubuh ,.sistem kekebalan tubuh juga  suatu sistem sirkulasi yang  terpisah dari pembuluh darah yang kesemuanya bekerja sama  untuk mengalahkan  patogen, 
Organ sistem kekebalan tubuh  terletak di seluruh tubuh, dan dinamakan organ limfoid, Pembuluh limfe dan kelenjar limfe adalah bagian dari  sistem sirkulasi khusus yang membawa cairan limfe, suatu cairan  transparan yang berisi sel darah putih terutama limfosit. Kata  lymph dalam bahasa Yunani berarti murni, aliran yang bersih, Cairan limfe membasahi jaringan tubuh,  pembuluh  limf mengumpulkan cairan limfe dan membawanya kembali ke  sirkulasi darah. Kelenjar limfe berisi jala pembuluh limfe dan  menyediakan media bagi sel sistem kekebalan tubuh untuk mempertahankan  tubuh dari  patogen ,Limfe  adalah media  dan tempat bagi sel sistem kekebalan tubuh  untuk mengalahkan  patogen,  , Sel kekebalan tubuh dan molekul asing memasuki kelenjar limfe melalui 
pembuluh limfe  atau  darah , Semua sel kekebalan tubuh keluar  dari sistem limfatik dan akhirnya kembali ke aliran darah. Begitu  berada dalam aliran darah, sel sistem kekebalan tubuh, yaitu limfosit dibawa  ke jaringan di seluruh tubuh, 
Sistem kekebalan  ini  mendeteksi bahan patogen, mulai dari cacing virus sampai parasit dan membedakannya dari sel dengan  jaringan normal, 
Setiap hari tubuh pasien dapat terkontaminasi  beratus-ratus bakteri yang dapat memasuki tubuh melalui berbagai jalan , melalui konsumsi makanan, namun bisa  dimatikan oleh mekanisme pertahanan tubuh  semua  bakteri  mati dalam saliva atau asam lambung, saliva atau asam lambung   media  pertahanan tubuh. Namun, kadang-kadang satu bakteri dapat  lolos dan memicu  keracunan makanan,dinamakan  kegagalan sistem kekebalan tubuh, yang   terlihat adalah gejala tanda  mual mulas perih kembung   diare,
Alergi  akibat  kerja sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap  suatu rangsang tertentu ,  Diabetes melitus (DM) dipicu oleh sistem  kekebalan tubuh yang secara tidak tepat menyerang sel pankreas dan  merusaknya,Kegagalan transplantasi organ dipicu oleh kerja sistem kekebalan tubuh 
berlebih,  sering kali menolak organ yang ditransplantasikan  ,
Penyakit radang sendi (artritis reumatoid) dipicu  oleh kerja sistem kekebalan tubuh yang tidak sewajarnya pada jaringan sendi,kelainan tanggapan kekebalan tubuh contohnya tumor ganas limfoma,alergi, AIDS (acquired immune de!ciency syndrome),  diabetes melitus, artritis  reumatoid, penolakan jaringan transplantasi, 
beberapa penyakit yang ditandai dengan desiensi sistem kekebalan tubuh. Contohnya, AIDS yang dipicu oleh HIV (HumanImmunode!ciency Virus), yang menurunkan mekanisme pertahanan kekebalan tubuh hospes oleh adanya infeksi oleh virus ini dan perubahan  sel-sel kunci sistem kekebalan tubuh,
 Pada AIDS, kelainan fungsi kekebalan tubuh terjadi sebab sel yang  bekerja dalam sistem kekebalan tubuh berkurang baik dalam jumlah maupun nfungsinya, seperti sel makrofag dan sel T, Kelainan dalam bentuk peningkatan jumlah dan fungsi sel-sel sistem kekebalan tubuh,terjadinya  alergi dan keadaan hipersensitivitas, dapat pula terjadi pada tumor ganas, contoh nya limfoma,
Makrofag adalah sasaran utama, virus hidup dan memperbanyak diri dalam makrofag. Virus menghentikan aktivitas makrofag namun tidak membasminya. Di 
samping itu, virus menginvasi sel T-helper secara langsung atau  melalui makrofag yang terinfeksi. Sel T-helper secara normal .mengaktivasi sistem kekebalan tubuh termasuk makrofag. Sel T-helper yang  terinfeksi akan terbunuh, sehingga tidak dapat memberi sinyal  kepada makrofag untuk memerangi infeksi , Makrofag 
yang terinfeksi tidak akan berfungsi wajar untuk memerangi .penyakit, sekalipun sel-sel makrofag ini diberi sinyal oleh sel  T-helper. Akibatnya, pasien menjadi peka terhadap organisme  yang dalam keadaan normal tidak pernah memicu penyakit 
(patogen oportunistik). meningitis, sarkoma Kaposi dan kandi diasis ,Pneumocystis Carinii, adalah tanda utama AIDS.,
Virus dapat hidup laten dalam hospes selama beberapa tahun  sebelum akhirnya muncul tanda penyakit. bahwa AIDS teraktivasi  hanya bila tombol genetik pasien dihilangkan. Ada pasien  yang dapat membentuk substansi untuk mencegah terjadinya hal  ini. Bila bahan itu tidak dibentuk, terjadilah infeksi oportunistik 
dan kanker. Sekali terinfeksi, hospes menjadi pembawa sifat   dan dapat melepas virus ke orang lain. Virus HIV tidak dapat ditularkan secara sederhana,  Penularannya adalah  dari ibu yang terinfeksi ke bayi sebelum atau selama kehamilan, melalui hubungan seks, pemakaian jarum suntik bersama,  
melalui hubungan seks,  penyakit ini berhubungan dengan 
klamidia, gonore, sifilis,  hepatitis B. Rongga mulut dapat  mengindikasikan penurunan tanggapan kekebalan tubuh dengan banyak manifestasi. Semua pasien yang terinfeksi HIV dengan atau tanpa  manifestasi penyakit adalah pembawa virus. Penyakit autoimun  tubuh terjadi bila sistem kekebalan tubuh gagal untuk .mengenali dirinya sendiri. Pada keadaan ini, antibodi dibentuk 
melawan protein hospes yang dianggap sebagai antigen. Kompleks  antigen-antibodi akan terbentuk dan meningkatkan reaksi. 
 contoh penyakit  autoimun   tubuh adalah  miastenia gravis,  multipel sklerosis,  diabetes tipe I,  penyakit artritis  reumatoid, lupus eritematosis sistemik (SLE), tiroiditis, demam  reumatik, glomerulonefritis, anemia hemolitika, 
 Pada penyakit-penyakit  ini, terjadi kekeliruan pada fungsi sistem kekebalan tubuh, yaitu menghancurkan sel-sel atau komponen sel tubuh, dengan menganggapnya 
sebagai antigen. .
Pada artritis reumatoid, kompleks antigen-antibodi melawan bjaringan sendi, berakumulasi, dan memicu tanggapan radang.  Akumulasi cairan dan mediator kimia pada rongga sendi menghasilkan pembengkakan dan sakit. Terapi untuk melawan radang  adalah dengan memakai aspirin atau obat berisi aspirin untuk 
mengurangi pembentukan prostaglandin,Defesiensi atau tidak normalitas komponen sistem kekebalan tubuh akan 
membantu sel tumor untuk menghindar dari dikenali dan dirusak  oleh sel T. Sebaliknya, sistem kekebalan tubuh dapat bereaksi berlebihan (kekebalan tubuhoproliferatif) dalam bentuk reaksi hipersensitivitas (alergi). 
tanggapan kekebalan tubuh terhadap swa-antigen (self-antigen) terjadi pada 
penyakit alergi dan autoimun  tubuh,
 Pada diabetes melitus  tipe I , terdapat kekurangan  suplai insulin. Tampaknya sel-sel kekebalan tubuh menyerang pankreas dan merusak sel-sel beta yang memproduksi insulin. Tanpa insulin,  sel-sel tidak dapat mengubah gula dalam aliran darah, merusak  dinding pembuluh darah terutama kapiler. Terjadi komplikasi,  seperti  kebutaan,stroke,penyakit jantung dan ginjal, sirkulasi yang buruk, Gejala sistemis berasal dari ke tidakmampuan nmereabsorpsi air sehingga terjadi haus (polidipsia), poliuria (sering kencing), sering makan (polifagia),  Polidipsia ini dapat  memicu mulut kering dan lidah terasa terbakar. Diabetes 
melitus tipe 2 lebih sering  pada pasien yang lebih  tua, kurang parah dibanding tipe 1 dan tidak bergantung pada  insulin, sebab masih dapat dikendalikan  oleh obat antidiabetik, 
Antigen yang dikenal sebagai alergen dapat memproduksi  reaksi alergi. Alergen ini dapat berwujud  tanaman,minyak tumbuhan,makanan, obat, serbuk sari, debu, kosmetik,  pasien  alergi membentuk IgE yang terikat pada basol dalam darah dan 
sel mast dalam jaringan sekitar pembuluh darah. Ikatan IgE  terhadap sel mast memicu sel ini melepas granula dalam sel .yang mengandung bahan kimia histamin. Histamin melebarkan  pembuluh darah, hal ini adalah suatu aktivitas untuk membawa sel-sel kekebalan tubuh ke daerah jejas. Keadaan ini memicu 
pembengkakan dan radang yang berhubungan dengan alergi. 
Pada alergi serbuk sari, granula-granula yang dilepas oleh sel 
mast memicu bersin dan pengeluaran air mata secara tiba￾tiba. Pengobatannya adalah dengan antihistamin dan kortikostero￾id yang diisap untuk mengurangi radang. tanggapan analaktik da￾pat membahayakan hidup, memicu syok dan asksia. Pada  ke adaan ini, epinefrin diberikan untuk melawan efek histamin. Reaksi hipersensitivitas tipe I, II, dan III melibatkan antibodi.  Tipe IV melibatkan sel- T, dan dinamakan reaksi yang dimediator  oleh sel atau reaksi tertunda sebab memerlukan  waktu sebelum  sel betanggapan terhadap alergen.  reaksi dimulai  minimal 24 jam atau lebih sesudah serangan, contohnya reaksi  terhadap cairan monomer dalam mahkota selubung sementara,  gigi tiruan, dan mahkota jembatan. .Penyakit yang ditandai oleh reaksi hipersensitivitas tertunda 
adalah sifilis ,tuberkulosis  stadium III. Penyakit   juga  dipicu oleh reaksi hipersensitivitas tertunda terhadap mikroorganisme adalah demam rematik. Berminggu-minggu sebelumnya, pasien mengalami infeksi streptokokus hemolitikus beta  yang menyerang orofaring atau kulit.  Beberapa pasien terkondisi dengan reaksi hipersensitivitas  tertunda terhadap organisme atau toksin. Keadaan ini  dapat menyerang  ginjal (glomerulonefritis), kulit, jantung (karditis), sendi (artritis), ditambah dengan demam.  Penyakit jantung rematik menyerang endokardium dan katup. Pada  proses penyembuhannya terjadi pembentukan jaringan parut  dengan kalsifikasi. Katup mitral dalam keadaan khusus dapat  menutup (stenosis), memicu aliran yang cepat pada jantung 
(murmur). walau demikian, kerusakan dapat berlangsung per lahan. Insufisiensi katup dan stenosis akan menegangkan (strain) jantung selama bertahun-tahun, memicu hipertro kompensasi dan mungkin kegagalan jantung. pasien dengan kerusakan  katup pada penyakit jantung rematik cenderung meng alami infeksi 
endokarditis (SBE, = subacute bacterial endocarditis). SBE merupakan infeksi bakteri pada katup jantung yang sebelumnya sudah  dirusak oleh  aterosklerosis, kongenital, penyakit  jantung rematik. Infeksi ini dipicu oleh bakteriemia, menetapnya dan bertumbuhnya bakteri (vegetasi) pada katup jantung  yang sudah rusak. SBE memicu pasiennya . mengalami gagal jantung dan meninggal. 
jika bahan infeksi  tidak dapat dihentikan oleh bariersik dan khemis, bahan infeksius akan masuk melalui kulit atau  membran mukosa dan kemudian mengawali terjadinya lini  pertama dari mekanisme pertahanan kekebalan imunologi yang dinamakan  tanggapan kekebalan tubuh innate atau nonspesifik atau alami. Bila bahan  patogen tidak dapat dieliminasi oleh tanggapan kekebalan tubuh innate, penyakit  akan menyerang sehingga tanggapan kekebalan tubuh adaptif atau spesifik atau  didapat akan diaktivasi, agar tubuh pulih kembali. 
tanggapan kekebalan tubuh dikategorikan menjadi   tanggapan kekebalan tubuh adaptif (spesifik) dan tanggapan kekebalan tubuh innate (alami/nonspesifik)  Contoh komponen kekebalan tubuhitas innate adalah sel fagosit (sel monosit, 
makrofag, neutrofil    fi) yang secara herediter memiliki sejumlah  peptida antimikrobial dan protein yang mampu membasmi bermacam-macam bahan patogen, bukan hanya satu bahan patogen  , Sebaliknya, tanggapan kekebalan tubuh adaptif akan meningkat  sesudah terpapar oleh suatu bahan patogen. Pada tanggapan kekebalan tubuh adaptif spesifik, sel limfosit (sel T dan sel B) adalah komponen 
dasar yang berperan , mengindikasikan adanya tanggapan  kekebalan tubuh yang spesifik. Kemampuan sel T dan sel B untuk mengenali  struktur spesifik oligomer pada suatu bahan patogen dan membentuk progeni juga adalah struktur yang dikenali, dan membuat sistem kekebalan tubuh mampu metanggapan lebih cepat dan efektif ketika  terpapar kembali dengan bahan patogen itu. 
maka  dua perbedaan  dari tanggapan kekebalan tubuh  innate dan adaptif adalah tanggapan kekebalan tubuh adaptif  untuk bahan patogen/antigen tertentu dan meningkat pada tiap .paparan selanjutnya oleh antigen yang sama. Namun, keduanya  bekerja sama pada beberapa tahapan (contoh nya, dengan melepas 
faktor stimulus sitokin) untuk merusak antigen penyerang,
Sistem kekebalan tubuh adalah  jejaring yang didesain untuk  homeostasis molekul yang besar (oligomer) dan sel berdasarkan pada proses pengenalan yang spesifik. Pengenalan  dari struktur suatu oligomer oleh reseptor sel kekebalan tubuh adalah  komponen penting dari kekhususan sistem kekebalan tubuh. 
Sistem kekebalan tubuh terbentuk dari sitokin, jaringan limfoid,jejaring kompleks sel kekebalan tubuh  dan organ  yang bekerja sama dalam  mengeliminasi bahan infeksius dan antigen lain. Antigen yaitu  substansi yang memicu tanggapan kekebalan tubuh (contohnya jaringan transplantasi  bakteri, serbuk sari, ), memiliki beberapa  komponen yang dinamakan epitop. Tiap-tiap epitop memicu 
pembentukan antibodi spesifik atau menstimulasi sel limfosit T spesifik. Antigen adalah generator antibodi. Obat antigenik  yang dipakai untuk mendidik sistem kekebalan tubuh dinamakan vaksin.  Bentuk rekayasa dari antigen original dipakai dalam bentuk  vaksinasi dengan tujuan menstimulasi pembentukan sel T dan sel 
B memori tanpa memicu suatu penyakit.




Regulasi Sistem Kekebalan Tubuh

Organisme patogen
 patogen mengembangkan berbagai cara agar  berhasil menginfeksi tubuh dengan cara  menghindari  sistem kekebalan tubuh. contoh nya, bakteri mengatasi  bariersik dengan menyekresi enzim yang mencerna barier  atau dengan cara menyuntikkan proteinnya ke dalam tubuh hospes  yang dapat menghentikan pertahanan tubuh hospes,  dengan  replikasi intraselular yang  dinamakan patogenesis intraselular. Patogen menghabiskan  seluruh siklus hidupnya di  dalam sel hospes yang dipakai sebagai benteng pertahanan 
terhadap kontak langsung dengan komplemen,sel kekebalan tubuh, antibodi,   contoh  patogen intraselular antara lain adalah bakteri salmonella yang memicu keracunan makanan ,virus , parasit yang memicu malaria (Plasmodium
falciparum). Bakteri  Mycobacterium tuberculosis  hidup di dalam kapsul pelindung yang melindunginya dari efek  lisis dari komplemen,
Ada bakteri yang membentuk protein permukaan yang terikat  pada antibodi sehingga membuat antibodi menjadi tidak efektif, contohnya  streptokokus (protein G) dan stalokokus aureus (protein A). 
 patogen menyekresi substansi yang  menyimpangkan tanggapan kekebalan tubuh. Ada  bakteri yang membentuk biom untuk melindungi diri dari sel dan protein sistem kekebalan tubuh. Biolm ini ada  pada banyak infeksi.
Mekanisme  virus  untuk menghindari sistem  kekebalan tubuh dengan menyelubungi antigen virus dengan molekul  hospes demi untuk menghindar agar tidak dikenali oleh sistem  kekebalan tubuh,  Pada HIV, kapsul yang menyelubungi virion (partikel  lengkap virus) dibentuk dari lapisan luar sel hospes sebagai  mantel virus yang membuat virus menjadi sulit teridentifikasi  sebagai  non-self   protein oleh sistem kekebalan tubuh,
Mekanisme  virus untuk menghindari sistem  kekebalan tubuh adaptif  dengan  mengubah epitop yang tidak esensial (asam amino  dan atau gula) pada permukaannya, sementara mempertahankan  epitop esensial tetap tersembunyi.  contoh adalah HIV,  yang secara teratur memutasikan protein pada kapsulnya untuk  dapat memasukkan dirinya ke dalam sel target. Perubahan antigen 
virus yang  sering terjadi ini yaitu kegagalan vaksinasi yang memakai protein 
virus secara langsung,

Regulasi Fisiologis
Sistem kekebalan tubuh meningkat saat tidur  dan melemah saat frustasi,
 nutrisi yang kurang  pada janin  memicu penurunan sistem kekebalan tubuh untuk  seumur hidupnya,lingzhi,bawang putih, elderberry, jamur sitake,   madu  menstimulasi sistem kekebalan tubuh,Hormon yang meregulasi sistem kekebalan tubuh adalah prolaktin dan hormon pertumbuhan,vitamin D juga dapat meregulasi  sistem kekebalan tubuh,penurunan kadar  hormon seiring bertambahnya usia pemicu  melemahnya  kekebalan tubuh di usia tua, Hormon dapat mengatur kepekaan sistem kekebalan tubuh, Contohnya,  hormon pada wanita  menstimulasi baik tanggapan  kekebalan tubuh innate maupun adaptif. Sebaliknya, androgen seperti  testosteron  menekan sistem kekebalan tubuh,
 beberapa  hormon diregulasi oleh sistem kekebalan tubuh, contoh nya  hormon 
tiroid. Beberapa penyakit autoimun  , seperti lupus erite matosus 
lebih banyak dialami  wanita saat  masa pubertas,
Obat imunosupresan  dipakai untuk mengendalikan kelainan , tanggapan kekebalan tubuh dapat dimanipulasi  untuk menekan  tanggapan sesuai dengan yang diinginkan,  ini muncul saat penolakan transplantasi, imunitas , alergi, 
 in!amasi ketika terjadi kerusakan jaringan  yang berlebihan dan  mencegah penolakan transplantasi , Obat anti-in!amasi  dipakai untuk mengendalikan  efek  in!amasi, dalam hal ini kortikosteroid  adalah obat  paling kuat. Namun, ada efek samping  toksik ,  Obat antinflamasi dosis rendah  dipakai dalam kaitannya dengan  pemakaian obat imunosupresan  atau sitotoksik , Obat sitotoksik  menghambat tanggapan kekebalan tubuh dengan mematikan sel seperti sel T  yang teraktivasi. Namun, pembunuhan ini tidak selektif maka  organ  sel lain ikut terkena. Obat imunosupresan  seperti  siklosporin mencegah sel T memberi tanggapan yang benar terhadap  sinyal dengan menghambat jalan penyaluran sinyal,  tanggapan proteksi sistem kekebalan tubuh dapat  distimulasi,  Stimulasi tanggapan kekebalan tubuh  untuk memerangi  patogen .

Kanker
Ketika sel normal berubah menjadi sel kanker, beberapa antigen  sel kanker mengalami perubahan. Sel kanker  secara konstan melepaskan sedikit 
protein dari permukaan sel ke dalam sistem sirkulasi,  antigen tumor adalah salah satu protein di antara protein  yang dicurahkan. Antigen yang dicurahkan ini memicu aksi pertahanan sistem kekebalan tubuh termasuk makrofag sel T-sitotoksik, NK (natural  killer),  Sel yang berpatroli dalam sistem kekebalan tubuh menyediakan immune  surveilance yang berkelanjutan   bagi tubuh,  menangkap  dan mematikan sel yang sedang mengalami transformasi ke keganasan. Kanker berkembang saat immune surveillance ini rusak .

tanggapan kekebalan tubuh 
Sering  tanggapan kekebalan tubuh non-spesifik (aktivitas fagositosis, NK, 
in!amasi) yang didapat saat lahir dan terjadi pada beberapa jam  pertama infeksi tidak cukup mengatasi patogen sehingga penyakit  terjadi dan tubuh harus menyembuhkan diri dengan mengaktivasi  tanggapan kekebalan tubuh adaptif melawan patogen . tanggapan kekebalan tubuh  adaptif dimediasi oleh sel limfosit. Terjadi dengan cara aktivasi,proliferasi,  diferensiasi bermacam-macam sel limfosit melalui AMI (antibody mediated immune response ) atau CMI (cellmediated immune  response  ), memproduksi pemusnahan patogen ,
saat  infeksi disembuhkan, sebagian besar antigen spesifik  limfosit mengalami apoptosis, sementara sebagian kecil sel limfosit berdiferensiasi menjadi sel limfosit-memori yang berumur  panjang dan tetap berada dalam sirkulasi darah untuk 10 tahunan  sesudah paparan pertama oleh patogen tertentu. Bila terjadi 
paparan antigen yang sama untuk kedua kalinya, antigen akan  dapat dimusnahkan dengan sangat cepat (hitungan jam) dan  efisien oleh sel memori  ,
patogen mampu mengadakan berbagai strategi (seperti mutasi  atau menurunkan sifat imunogenik antigen) untuk mengalahkan  pertahanan tubuh sehingga terjadi peperangan  antara  penyerang dan hospes,

Ada 2 tipe tanggapan kekebalan tubuh adaptif, yaitu AMI dan CMI. Sel 
  dalam tanggapan kekebalan tubuh adaptif adalah limfosit (25- 30% dari populasi sel darah putih). Ada 2 macam limfosit, yaitu  limfosit T  dan limfosit B  dengan perbandingan 1:5. Limfosit B  berperan  pada  kekebalan tubuh yang dimediasi antibodi,  AMI (antibody mediated immune tanggapanse)
Limfosit B berkembang menjadi sel kekebalan tubuh okompeten dewasa 
dalam sumsum merah tulang. Tiap limfosit B mengekspresikan  reseptor antigen tunggal spesifik  contoh  antibodi  pada  permukaan sel. Pada kekebalan imunitas  dimediasi antibodi (AMI), ikatan  antigen dengan reseptor antigen  contoh  antibodi  pada sel B  memicu aktivasi dan diferensiasi sel B menjadi sel plasma 
pembentuk antibodi. Namun, aktivasi penuh dan diferensiasi sel   B menjadi sel plasma sebagai tanggapan terhadap sebagian besar  antigen memerlukan  sinyal ko-stimulator yang dibentuk oleh  interaksi sel B dengan CD4+ sel T-helper (sel T mengekspresi  molekul CD4). Ikatan molekul CD154 pada CD4+ sel T ke 
molekul CD40 pada sel B bersama pem bentukan sitokin (IL-5 dan IL-4  ) oleh sel CD4+ T-helper memicu aktivasi penuh  dari sel B dan diferensiasi sel B menjadi sel plasma pembentuk  antibodi,
Tiap sel plasma menyekresi  2000 antibodi/detik untuk .melawan antigen asal dan proses ini berlanjut sekitar 4-5 hari.  Pembentukan antibodi oleh sel plasma meningkat oleh aktivasi .sitokin IL-6. Antibodi yang disekresi beredar dalam sirkulasi darah dan limfatik, terikat pada antigen asal dan menandainya 
untuk dimusnahkan oleh beberapa mekanisme, termasuk aktivasi .sistem komplemen, memicu fagositosis via opsonisasi dan memediasi ADCC (Antibody Dependent Cell Mediated Citotoxicity)dengan sel efektor seperti neutrofil    fil,sel makrofag, NK, 

CMI (cell-mediated immune tanggapanse)
Kontras dibandingkan dengan AMI, CMI melawan patogen penyerang dengan dimediasi oleh limfosit T. Limfosit T bertanggung  jawab terhadap kekebalan tubuhitas dimediasi sel (CMI) dalam melawan  antigen asing. Mengembangkan tanggapan kekebalan tubuh dimediasi sel T  pada  antigen spesifik untuk melawan antigen tumor adalah  tujuan vaksinasi kanker,
Sel T berkembang dari pra-sel T dalam sumsum tulang dan  menjadi dewasa dalam timus menjadi sel T pengekspresi CD4+  atau sel T pengekspresi CD8+. Seperti sel B, aktivasi sel T yang  berhasil memerlukan  keberadaan 2 sinyal, sinyal pengenalan  dan sinyal ko-stimulator. Sinyal pengenalan adalah pengenalan 
antigen oleh reseptor antigen pada permukaan sel T yang  dinamakan reseptor sel T (TCR = T-cell receptors) yang menghasilkan pergerakan sel T dari tahap istirahat (Go ) ke tahap G1  dari  siklus sel. Namun, berbeda dengan sel B yang dapat langsung  terikat pada antigen dengan reseptor antigen yang unik (antibodi), 
TCRs pada sel T CD4+ dan sel T CD8+ hanya dapat mengenali  suatu fragmen antigen yang telah diproses dan disajikan dalam  hubungan dengan antigen self yang unik pada permukaan sel  yang dinamakan antigen MHC (Major Histocomptability  Complex),
CD8+ sel T yang mengenali antigen target, berproliferasi  dan diferensiasi menjadi sel T-sitotoksik CD8+ (Tc), yang  membasmi antigen target dengan mengirimkan sitokin berdosis  letal (limfotoksin dan perforin) atau langsung memicu 
apoptosis. Sel T pengekspresi CD4+ antigen dinamakan sel T-helper 
(TH0). Ikatan antigen pada sel T-helper CD4+ memicu  proliferasi dan diferensiasi sel menjadi 2 turunan sel T-helper  CD4+ , yaitu sel TH 1 dan TH  2. Sel TH
1 membentuk sitokin (IL-2 dan TNF) yang menstimulasi tanggapan kekebalan tubuh dimediasi sel (CMI)  melawan patogen intraselular dan sel tumor. Pembentukan sitokin  oleh sel TH 1 akan membantu pemusnahan antigen target oleh sel  makrofag dari sistem kekebalan tubuh non-spesifik.  ini memperlihatkan  
bahwa sel T-helper CD4+ adalah tulang punggung sistem  kekebalan tubuh. Sel TH
2 membentuk sitokin (IL-4, IL-5, IL-6) yang berperan   dalam regulasi tanggapan kekebalan tubuh dimediasi antibodi (AMI)  dalam melawan antigen ekstra-selular dan patogen.  Peran sel T-helper CD4+ menjadi kritis pada AIDS dimana 
sel ini adalah target dari virus. Pada pasien  normal, jumlah  sel T-helper CD4+ dalam darah berkisar 800-1.200 sel/mm3
. Bila  jumlahnya berkurang sampai di bawah 200/mm3  berarti kondisi  pasien sudah mengarah ke stadium akhir dari infeksi HIV dan  pasien menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik oleh mikroba  dan juga kanker seperti sarkoma Kaposi atau limfoma, yang secara normal tidak terjadi pada pasien sehat. masalah AIDS mendukung pendapat yang menyatakan bahwa kekebalan tubuhosupresi dapat  meningkatkan kejadian  kanker.  mendukung konsep bahwa 
kekebalan tubuhosurveilance tubuh berperan dalam sistem pertahanan tubuh 
Di samping sel T-helper CD4+ dan sel T-sitotoksik CD8+,  terdapat populasi lain dari sel limfosit T yang menghambat  tanggapan kekebalan tubuh dengan melepaskan inhibitor sitokin. Sel ini dinamakan sel T supresor (Ts).A
da 2 tipe utama dari sel-sel sistem kekebalan tubuh spesifik, yaitu sel 
T dan sel B. Keduanya berasal dari sel-sel prekusor  sumsum tulang embrionik yang direkayasa   melalui timus menjadi sel T, yang melalui  bursa limfatikus dalam sumsum tulang, hati, limpa, atau usus  menjadi sel B.
Baik sel T maupun sel B beredar dalam darah dan jaringan  limfoid seperti kelenjar limfe. Ada beberapa sel T, termasuk sel  T-helper, supresor, dan killer. Sel B berkembang menjadi sel  plasma yang membentuk antibodi. Sel T-helper 
menjalankan sistem kekebalan tubuh  dan memerintah sel-sel lain.  Sesudah antigen dihasilkan oleh makrofag, sel T akan menerima atau mengikat antigen dengan suatu reseptor  pada  permukaan sel. Sel T yang terstimulasi akan mengeluarkan  mediator kimiawi yang dinamakan linterferon ,imfokin, interleukin, Mediator ini akan mendorong proliferasi sel kekebalan tubuh.  Pelepasan mediator kimiawi memicu sel B menjadi sel  plasma. Sel plasma membentuk antibodi, suatu protein  yang terikat pada bahan pemicu. 
Antibodi dinamakan kekebalan imunoglobulin, ada  dalam serum  dan adalah komponen cairan humoral utama. IgG yang .adalah 80% dari antibodi tubuh, adalah kekebalan imuoglobulin yang paling banyak. Antibodi yang disekresi oleh kelenjar liur adalah IgA (13%) dan  berperan dalam pertahanan permukaan mukosa. IgM (6%) adalah antibodi yang mengaktifkan sistem komplemen. IgD (1%) terlibat dalam immune tolerance. IgE (1%) terlibat dalam reaksi hipersensitivitas imediat, antibodi ini memicu sel mast melepaskan hitamin dalam 
jumlah besar, memicu vasodilatasi berat. Interferon yang dilepaskan oleh sel T, akan memicu  makrofag diaktivasi sedemikian rupa sehingga dapat memfagosit 
lebih baik dan mematikan benda asing dengan lebih efisien. Pada  saat sama  , sel sel T-sitotoksik  dan  sel  B  diaktivasi. Sel-sel ini  menjadi banyak dan dapat mengenali antigen pada permukaan sel .yang terinfeksi oleh benda asing. Sel T-sitotoksik menginjeksi  protein ke dalam membran sel yang akan membentuk lubang dalam membran, memicu bagian dalam sel terbuka dan mematikan sel. Di samping mematikan sel-sel yang terinfeksi dengan  virus, sel T-sitotoksik  mematikan sel  sel tumor. Tumor dapat memiliki antigen yang berbeda dari 
dirinya sendiri dan sel T-sitotoksik dapat menyerang sel-sel tumor. 
Sistem kekebalan tubuh pada saat serangan organisme yang pertama 
akan mencapai aktivitas seluler dan humoral  dalam .periode sekitar 1 minggu dan berakhir selama beberapa minggu.  Dengan matinya  organisme, terjadi penurunan serangan oleh  sistem kekebalan tubuh ini. Sel T-supresor menghentikan sistem ini dengan .mengirimkan tanda untuk menekan aktivitas sitotoksis dan  aktivitas pembentukan antibodi. Sel T-supresor ini  menekan 
terjadinya perubahan sel T menjadi sitotoksik dan mencegah  tubuh menyerang dirinya sendiri. Sebelum sel T dan sel B hilang,  terbentuk sel-sel memori yang beredar dalam darah dan sistem limfatik  bertahun-tahun . Kemudian bila organisme  menyerang lagi, sel-sel memori ini segera mengenali antigen 
itu dan segera menyerangnya, termasuk di dalamnya adalah  antibodi dalam air mata ,serum, mukus, saliva,  sehingga  penyerang dapat mengenalinya dari semua pintu masuk.  Peran sentral pada semua tipe tanggapan kekebalan tubuh dilakukan oleh  CD4+ sel T-helper. CD4+ sel T-helper yang terstimulasi oleh 
antigen, berdiferensiasi menjadi turunan CD4+ sel T-helper, yaitu  sel TH 1 dan TH
2.   Sitokin yang dilepaskan oleh sel TH 1 membantu tanggapan 
kekebalan tubuh selular dengan meningkatkan populasi sel T-sitotoksik 
CD8+ dan aktivasi makrofag yang berperan dalam tanggapan kekebalan tubuh innate/non-spesi!k. Pembentukan  sitokin oleh makrofag  mengaktivasi proliferasi dan diferensiasi sel T-helper,

tanggapan kekebalan tubuh innate/non-khusus/alami
tanggapan kekebalan tubuh innate dimediasi oleh rangkaian kompleks 
dari peristiwa selular dan molekular termasuk fagositosis, radang, Antibodi,
 Antibodi dibentuk oleh sel plasma dari diferensiasi  sel limfosit B. Meningkatkan fagositosis dengan  opsonisasi. Menetralisasi antigen dan mengaktivasi 
komplemen. Kompleks Ag/Ab dapat terikat pada sel  efektor, seperti sel NK dan makrofag, memicu  destruksi antigen oleh ADCC (antibody-dependent 
cell mediated-cytotoxicity) Komplemen adalah lebih dari 20 glikoprotein serum yang  ketika diaktivasi dapat memicu opsonisasi MHC (Major  Histocomptability  Complex), lisis sel,  peradangan, 
Molekul MHC mengikat dan menyajikan antigen  peptida pada permukaan sel untuk dikenali oleh  reseptor antigen spesi!k dari sel T (TCR, T cell receptor). Ada 2 kelas: MHC-I pada semua sel berinti, MHC-II pada sel kekebalan tubuh penyaji antigen CD4 adalah molekul yang diekspresikan pada sel  T-helper, mengikat antigen peptida yang disajikan  oleh MHC-II,
CD8 yaitu  molekul yang diekspresikan pada sel  T-sitotoksik mengikat antigen peptida yang disajikan  oleh MHC-I  aktivasi komplemen, dan sel NK. Berbeda dengan tanggapan kekebalan tubuh  adaptif yang meningkat pada tiap paparan selanjutnya dengan  antigen yang sama, tanggapan kekebalan tubuh innate tidak berubah saat  paparan berikutnya.,
tanggapan kekebalan tubuh innate atau tanggapan kekebalan tubuh non-spesifik atau tanggapan  kekebalan tubuh alami sudah ada sejak lahir dan   normal yang selalu ditemukan pada tubuh sehat. tanggapan ini  meliputi:pertahanan humoral, , pertahanan selular.  pertahanan fisik/mekanik, pertahanan biokimia, 
 non-spesifik sebab tidak ditujukan terhadap  mikroba tertentu, telah ada, dan siap berfungsi sejak lahir. tanggapan  ini adalah pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan   mikroba ,Jumlahnya dapat ditingkatkan oleh infeksi, contoh  sel leukosit  meningkat selama tahap akut penyakit.


Sitokin yang Berperan Penting dalam tanggapan kekebalan tubuh : 
--Tumor  Necrosis  Factor (TNF) :   berasal dari sel  T-helper  dan sel  makfrofag ,  Sitotoksis terhadap sel tumor. Meningkatkan aktivitas sel  fagosit.
-- Limfotoksin  (LT) :    Disekresi oleh sel T-sitoksik  membasmi sel oleh aktivasi 
rangkaian enzim sel yang menginduksi endonuklease  untuk mendegradasi DNA sel (apoptosis)  ,
--Perforin  :  Disekresi oleh sel T-sitotoksik dan NK,membentuk struktur tubular yang melubangi lapisan lemak dari sel .target sehingga memicu lisis osmotis,
--IL-6  :   berasal dari sel T ,sel makrofag, endotel,   Berperan  mensintesis protein tahap akut dalam  hati. Menginduksi proliferasi sel pembentuk antibodi,
--Interferon  (IFN) : memiliki aktivitas antivirus, Dibentuk oleh  NK, sel makrofag, limfosit, sebagai  aktivator makrofag , Berperan  mengaktivasi sel NK dan meningkatkan tanggapan AMI dan CMI ,
--Transforming  Growth  Factor (TGFb )  :  dibentuk oleh sel T dan monosit,  Menghambat proliferasi  sel T dan B dan menghambat aktivitas sel NK,
--IL-1  :  Terutama berasal dari sel makrofag, berperan pada  terjadinya demam, makrofag,aktivasi sel T, 
--IL-2  :  Disekresi oleh sel T-helper, ko-stimulator proliferasi sel 
T-helper, sel B,  sel T-sitotoksik ,mengakitvasi sel  NK,
--IL-4   : Diproduksi oleh  makrofag, sel T, sel B , ikut   aktivasi sel B, diferensiasi sel TH2, dan supresi sel TH 1,
--IL-5  :    berasal dari sel T-helper dan sel mast, mengaktivasi kemoatraksi dari eosino!l,

Sel Sistem kekebalan tubuh : 
--Sel Limfosit-B (sel B) : Mengekspresikan antibodi pada permukaan sel yang 
dapat berikatan dengan antigen dan berdiferensiasi  menjadi sel plasma sebagai sel pembentuk antibodi, 
--Sel Plasma :  Bentuk limfosit-B yang menyekresi antibodi.
--Sel T  sitotoksik (Sel T-Killer, Sel Tc)   :   Turunan sel limfosit-T (CD8+) yang mengenali antigen  asing (yang diekspresikan pada sel dan yang berikatan 
dengan molekul MHC-1) dan membasminya dengan  melepaskan sitokin perforin dan limfotoksin. Sel T  sitotoksik  melepas sitokin lain yang menstimulasi 
fagositosis dan menghambat replikasi virus
--Sel T-helper (Th, T4): 
Turunan sel limfosit-T (CD4+) yang membentuk sitokin untuk menstimulasi tanggapan kekebalan tubuh yang dimediasi sel  (CMI) dan tanggapan kekebalan tubuh yang dimediasi antibodi (AMI), 
--Sel T-memori   : Berkembang sesudah paparan pertama oleh antigen tertentu. Menetap dalam sirkulasi dan mengenali antigen semula sampai bertahun-tahun sesudah paparan pertama dan menanggapi dengan  cepat  pada paparan kedua dan selanjutnya,
--Sel T-supresor : Sel yang menurunkan tanggapan kekebalan tubuh,
--Fagosit  : mencerna dan memakan patogen (fagosi￾tosis), contoh: makrofag, neutrofil    fil ,
--Antigen ,Presenting Cells : Memproses dan menyajikan antigen ke limfosit-T, 
contoh: sel dendritik, makrofag, sel B,
--Sel Natural Killer (NK) :  membasmi sel tumor dan sel terinfeksi virus, adalah 
sel limfosit namun bukan sel limfosit-B dan T, kurang  memori.














Fungsi Komponen Sistem Kekebalan Tubuh
1. Fungsi Leukosit

a. Fagositosis

Fagositosis adalah proses pencernaan partikel  (dalam ukuran yang dapat terlihat oleh mikroskop  cahaya) oleh sel., komponen komplemen (contoh   C5a), dan sitokin tertentu, Fagositosis adalah proses multitahap dengan  sel fagosit memakan infeksi, Fagositosis dilakukan dalam fagosom,  suatu vakuola yang struktur membrannya tidak jelas dan  berisi bahan patogen,
Sistem kekebalan tubuh melakukan opsonisasi, yaitu  melapisi patogen dengan suatu molekul antibodi atau  protein komplemen yang membuat fagosit bisa  mengikat dan mencerna patogen itu. Selanjutnya proses diteruskan dengan penyatuan membran plasma sel fagosit  dengan permukaan mikroorganisme.  terjadi  perluasan membran plasma (pseudopodia) dan sel  fagosit menelan patogen. Terbentuk fagosom (vakuol  fagosistik) yang menyatu dengan lisosom sehingga patogen dapat dicerna oleh enzim pencernaan yang sesuai  (contoh  lisosim) dan bahan kimiawi bakterisidal. Saat mikroba dapat dicerna, mikroba ini akan   dibunuh. Fagosit membasmi bakteri dengan 2 mekanis￾me, yaitu mekanisme non oksidatif dan  mekanisme berdasar reduksi oksigen yang  dinamakan mekanisme oksidatif ,Mekanisme oksidatif memerlukan  adanya  oksigen, potensi oksidasi reduksi. Mekanisme ini  tidak optimal dilakukan di daerah krevikular gingiva.  Jadi, fagosit juga harus memiliki mekanisme pembunuh  bakteri dengan mekanisme non-oksidatif. neutrofil    tidak 
memerlukan   oksigen untuk energi dan dapat berfungsi  dalam kondisi anaerob. Mekanisme non-oksidatif   memerlukan penyatuan  lisosom dan  fagosom  membentuk  fagolisosom yang memproduksi sekresi komponen  lisosom ke dalam fago lisosom. neutrofil    memiliki 2  macam  granula atau  lisosom ,
 Granula yang pertama adalah granula  untuk sekresi ekstraselular dan intrafagolisosom dan yang ke dua adalah granula azurol  terutama untuk sekresi in trafagolisosom. Bahan yang  dicerna dikeluarkan dari sel (eksositosis).
monosit  atau  makrofag .yaitu  sel yang  efisien dalam fagositosis  sehingga dinamakan fagosit profesional. Fagositosis  oleh neutrofil    lebih bersifat primitif dibandingkan  fagositosis .oleh makrofag dalam sistem kekebalan tubuh. Sel fagosit tertarik  ke tempat infeksi oleh proses kemotaksis. Contoh faktor 
kemotaksis adalah produk dari mikrobial, sel jaringan dan leukosit yang rusak,
Contoh sel fagosit adalah sel makrofag,neutrofil    , monosit,  Seperti tipe lain dari sel darah putih, sel  fagosit berasal dari sel pumca (stem) pluripoten dalam 
sumsum merah tulang. neutrofil   ,


b. Kemotaksis
saat  leukosit memasuki jaringan ikat, sel ini    bermigrasi dan menempati jaringan yang terluka.


Contoh Kemotaksin untuk neutrofil    !l

Kemotaksin Sumber

neutrofil    phil chemotactic factor ----- Sel mast
IL-1  ----- Sel B, makrofag
IFN  ----- Sel T yang teraktivasi
N-formyl-methionyl peptides----- Bakteri
TNF  ---- Makrofag/monosit
IL-8  ---- neutrofil    !l (PMN), endotel
Platelet activang factor ---- Banyak sel
Leukotrin B4
C5a  ----- Serum/plasma

Fagosit hanya merasakan sedikit  bahan kimiawi .yaitu kemotaksin sebab memiliki reseptor kemotaksin. Reseptor untuk kemotaksis adalah protein yang tergolong dalam famili protein-G. 
 ini bisa terjadi   oleh kemotaksis yang .bergantung pada kemampuan leukosit untuk merasakan  gradien kimiawi yang melintasi badan sel dan bermigrasi 
ke arah yang lebih tinggi konsentrasi kimiawinya,


c. Pemprosesan dan penyajian antigen 
 Molekul MHC
Molekul MHC adalah suatu tempat pada lengan pendek kromosom 6 (6p21.3) yang mengode beberapa   molekul termasuk molekul MHC kelas I, II, dan III yang 
terlibat dalam  penyajian  pengikatan antigen, pemprosesan,  
Ada 2 jenis   molekul self-MHC yang   dinamakan HLA (Human Leucocyte Antigen), yaitu  molekul MHC kelas I dan molekul MHC kelas II , Semua sel memproses dan menyajikan antigen yang  berasal dari sel (antigen intrasel) pada molekul MHC 
kelas I. Molekul MHC kelas I ada  pada semua sel  tubuh kecuali pada sel eritrosit,  Molekul MHC kelas I  menyajikan antigen intrasel TCR pada sel T CD8+, dan 
sel NK. Molekul MHC kelas III yaitu  faktor komplemen C4,B, C2, 
Antigen yang berasal dari sumber di luar sel disajikan oleh sel penyaji antigen khusus (APC, Antigen  Precenting Cell) pada molekul MHC kelas II. Ada 3 
APC khusus, yaitu  derivat monosit,sel B, sel dendritik periferal,  Molekul MHC kelas II ada  .hanya pada permukaan sel penyaji antigen (APC, 
Antigen Presenting Cell) seperti sel dendritik,sel makrofag, sel B,   Molekul MHC kelas II berperan  dalam penyajian antigen eksogen ke reseptor sel .T pada sel T-helper CD4+. Sel-sel ini khusus menyajikan  antigen ke sel T CD4+yang mengenali antigen pada  molekul MHC kelas II.  sebab  CD4+ sel T mengendalikan  proliferasi sel T lain dan sel B.  Sel penyaji antigen khusus memproses antigen dan mengekspresikannya pada molekul MHC kelas II (contoh  HLA-DR ,HLA-DP, HLA=DQ ). Antigen ekstrasel ini  diproses oleh fagositosis dan memproduksi molekul  peptida pada molekul MHC kelas II di permukaan sel, .Molekul MHC kelas I, II dan III pada pasien bersifat pleomorfik berdasar adanya variasi gen tertentu.  Ini memicu antigen yang terikat pada molekul  MHC kelas I dan II seseorang belum tentu terikat pada  pasien lain. Adanya pleomorfik adalah faktor 
pertimbangan ada tidaknya penolakan  dalam transplantasi sehingga ada istilah histokom pafitibilitas. Bila jaringan donor tidak cocok dengan MHC, 
akan terjadi bermacam-macam antigen baru yang  dikenali sebagai patogen  dan jaringan donor ditolak  oleh  kekebalan tubuh, 
Sesudah pengikatan fragmen komplek antigen MHC  pada TCR, sel T menjadi aktif hanya bila menerima  sinyal kedua (sinyal ko-stimulator). Sinyal kedua ini 
penting untuk aktivasi penuh sel T dengan cara: membuat  sel T resisten terhadap apoptosis (kematian sel yang  terprogram), meningkatkan regulasi reseptor faktor pertumbuhan pada sel T sehingga menstimulasi proliferasi  sel T, dan mengurangi jumlah waktu yang diperlukan  untuk menstimulasi proliferasi sel T. 
Molekul ko-stimulator  adalah molekul adhesi sel yang membuat 2 sel melekat satu dengan  yang lain untuk periode lama dan memicu proliferasi dan diferensiasi sel T. Contoh: aktivasi dan diferensiasi sel T CD4+ menjadi sel T-helper memerlukan   ikatan molekul CD28 pada CD4+ sel T ke molekul 
CD80/CD86 yang tersaji pada APC, memproduksi pembentukan IL-2, ekspresi Il-2, progresi siklus sel, dan  proliferasi sel T teraktivasi,  Pengenalan antigen oleh 
reseptor antigen pada sel limfosit dalam absennya sinyal  ko-stimulator memicu tidak terbentuknya sitokin .yang memproduksi suatu keadaan yang dinamakan 
anergi (keadaan tidak adanya tanggapan kekebalan tubuhologi) atau .memicu meningkatnya apoptosis,  Berbeda dengan sel T-helper CD4+, aktivasi penuh 
sel T-sitotoksik melawan sel target dipicu  oleh ikatan  molekul CD2 pada CD8+ sel T dengan molekul CD58  sel target dan dengan interaksi LFA-1 (Lymphocyte 
Functional Antigen-1) pada sel T dengan molekul adhesi  interselular-1 (ICAM-1, Intercellular Adhesion Molecule 1) pada sel target2. neutrofil    !l dan Monosit/Makrofag  neutrofil     dan monosit adalah sel fagositik dari leukosit. 
Perbedaan  keduanya adalah monosit keluar dari sumsum 
tulang sesudah 2 hari dalam keadaan yang relatif tidak dewasa 
dan berdiferensiasi dalam jaringan  sedang  neutrofil    mengalami diferensiasi hampir lengkap dalam sumsum tulang  selama 14 hari, 
 neutrofil    memiliki lisosom dalam sitoplasmanya, maka  neutrofil    tidak perlu mengalami diferensiasi untuk melakukan fungsinya, sel ini cocok untuk tanggapan segera. neutrofil  mengadakan  tanggapan  cepat terhadap infeksi, 
neutrofil   dinamakan  PMN (leukosit polimorfonuklear) dan  adalah sel leukosit terbanyak dalam darah, yaitu   dua per tiga populasi leukosit (4000-8000 sel/mm3
). Keduanya berukuran  sama (diameter 10µm) dan berada dalam darah,
neutrofil    berumur pendek (1-5 hari). saat  neutrofil    meninggalkan darah, sel ini selalu  mempertahankan ukurannya yang kecil maka dinamakan  mikrofag,
 Dalam menaggapi  infeksi, sumsum tulang membentuk neutrofil   1-2x1011 per 
hari. Jumlah neutrofil    tidak berkurang seiring dengan  bertambah  usia, 
 neutrofil    memiliki  reseptor untuk metabolit dari molekul komplemen C3 dan 
membentuk reseptor komplemen 1,3,4 (CR1, CR3, CR4). 
Reseptor-reseptor ini membuat neutrofil    dapat ikutserta  dalam menanggapi radang dan mencerna molekul asing , sel  asing  patogen dalam proses fagositosis, neutrofil   hanya memfagosit patogen  yang kecil seperti virus atau bakteri,
Makrofag membasmi agen infeksi melalui beberapa mekanisme, seperti sekresi molekul yang sangat  banyak, contoh nya interferon (antivirus) atau lisosim (antibakteri) dan membentuk produk yang mengandung klorin, radikal oksigen, asam nitrat, 
 monosit dianggap sebagai makrofag , saat sel ini meninggalkan darah. Monosit menyempurnakan diferensiasinya dalam jaringan lokal dan diameter nya menjadi lebih besar dari 22 µm, didesain sebagai makrofag, Kontras dengan neutrofil    makrofag dalam  jaringan yang berasal dari darah,  menanggapi   lebih lambat 
 rangsang kemotaktik, namun lebih efisien dalam .mefagosit sisa jaringan patogen yang masih hidup dan yang  sudah mati. Makrofag adalah bagian non-spesifik dari sistem  kekebalan tubuh yang memusnahkan   organisme asing , 
Makrofag hidup menetap dalam jaringan tertentu (sel  kupffer dalam hati, mikroglia dalam otak) atau bergerak ke  seluruh tubuh untuk mencari patogen (makrofag patroli), Makrofag yang teraktivasi  membentuk  sitokin (IFN,IL-1, IL-8, TNF ) yang  menstimulasi tanggapan in!amasi dan menambah tentara dari  sel kekebalan tubuh dan molekul ke tempat infeksi agar lebih efektif  memusnahkan patogen pe nyerang ,     makrofag mengalami diferensiasi dan hidup dalam 
jaringan lokal, sel ini cocok untuk berkomunikasi dengan  limfosit dan sel lain di sekitarnya. Makrofag hidup lama bertahun tahun  untuk menyajikan antigen ke 
sel T. Sangat penting dalam aktivasi tanggapan kekebalan tubuh adaptif 
melawan patogen dengan menyajikan fragmen antigen yang  diproses pada permukaan selnya yang berhubungan dengan  molekul MHC-II, ke CD4+ limfosit-T, memicu aktivasi  CD4+ limfosit T-helper, sehingga terjadi stimulasi tanggapan 
kekebalan tubuh  humoral dan  selular  melawan patogen, 
 Monosit/makrofag memiliki reseptor CR5a, CR1, CR3,  CR4,  limfosit dan Makrofag membentuk tanggapan in!amasi  kronis,beberapa kelas dari reseptor Fc dan molekul  penting dalam penyajian antigen (reseptor MHC kelas I dan CD1). Begitu makrofag mencerna organisme, bagian dari  organisme yang teridentifikasi (sebagai antigen), tampak  pada permukaan makrofag pada MHC. Antigen ini berfungsi  sebagai marker yang kemudian memberi tanda pada sel T 
yang  mengenal penyerangnya,
1. Interleukin
 IL-10 dan TGF, adalah kekebalan imunosupresan, menghambat tanggapan sitotoksis sistem kekebalan tubuh (sel makrofag dan sel T ) terhadap antigen tumor dan agen infeksi. Obat yang memblok   aksi kekebalan imunosupresi IL-10 dan TGF pada sistem kekebalan tubuh merupakan substansi yang berperan  dalam terapi kanker  pasien. Obat yang menstimulasi fungsi IL-10 dan TGF, 
 untuk menekan tanggapan kekebalan tubuh patologis seperti pada penolakan transplantasi,penyakit autoimun  tubuh, alergi, Ada 22 interleukin (IL-1 sampai IL-22). IL-1, disekresi oleh  makrofag dan monosit, menstimulasi tanggapan in!amasi dan mengaktivasi limfosit. IL-2, diproduksi oleh limfosit T-helper,  menstimulasi proliferasi dari T-helper, T-sitotoksik dan 
limfosit-B, dan mengaktivasi sel NK.
2. Interferon
berbagai  sel tubuh yang mengandung inti dan dilepas sebagai tanggapan 
terhadap infeksi virus. INF berperan dalam antivirus, menginduksi sel di sekitar sel terinfeksi virus, menjadi resisten  terhadap virus, menyingkirkan sumber infeksi  tanggapan kekebalan tubuh ,mengaktifkan sel NK untuk memusnahkan  sel terinfeksi virus,  Interferon adalah sitokin berwujud glikoprotein yang diproduksi oleh: makrofag yang diaktifkan, sel NK, 
3. Limfosit
3  jenis  limfosit dibedakan berdasar pada reseptor  antigennya, menjadi limfosit-B, dan sel pembunuh  alami (NK, natural killer)  dan  limfosit-T,   Dalam darah, sel T. dan sel B  bersifat tidak aktif dan berukuran kecil (8-10 µm), .Sel NK dapat berdiferensiasi secara luas dalam sumsum  tulang dan tampak dalam darah sebagai suatu limfosit besar  bergranular,  Dengan diameter >15 µm, sel menjadi lebih  besar dari sel leukosit lainnya dalam darah, 
Limfosit-T (sel T)
Limfosit-T mengenali berbagai antigen dengan memakai  kompleks transmembran aktifitas  lemah yaitu  reseptor antigen sel T (TCR, T-cell antigen receptor). Antigen  dikenali oleh sel T dalam kaitannya baik dengan molekul 
MHC kelas II maupun MHC kelas I. Sel T dibagi berdasar  adanya ko-reseptor CD4 atau CD8. Ko-reseptor CD4 terikat  secara reversibel untuk molekul MHC kelas II (HLA-DQ,HLA-DR,  HLA-DP, ) yang ada  pada sel dendritik, 
makrofag, dan sel B.CD4+ sel T mengawali dan membantu tanggapan kekebalan tubuh  dalam melakukan proliferasi dan membedakan sinyal. Ko reseptor CD8 untuk molekul MHC kelas I yang berada pada  semua sel, CD8+ sel T terutama adalah sel T sitotoksik yang  terlibat dalam pengendalian  antigen intrasel (contoh , virus,bakteri,  fungi, hifa jamur, ),Pengaktifan  limfosit-T sama dengan limfosit-B. Limfosit ini memiliki  reseptor permukaan untuk antigen, membentuk sel T-memori  dan limfokin (untuk menanggapi  rangsangan antigen), memiliki kekebalan imunoglobulin permukaan dalam jumlah lebih sedikit,Limfosit-T adalah 80-90% limfosit darah tepi,  yang tetdapat  di area  parakorteks kelenjar limfe. 
Limfosit-B (sel B)
Limfosit-B membantu mengendalikan  antigen ekstraselular,  seperti  virus  ,bakteri, jamur,  Limfosit-B mengenali antigen yang bermacam macam  dengan memakai reseptor antigen  sel B (BCR, B-cell antigen receptor) yang adalah reseptor antigen beraktifitas kuat. Sel B berikatan dengan reseptor permukaan IgM, IgD untuk mengikat antigen sehingga  terjadi proliferasi limfosit-B, membentuk ekspansi klonal.  Interaksi anitas kuat antara BCR dan antigen mampu membuat sel B mengikat dan mencerna antigen tanpa menyajikan  antigen. Dengan kata lain, antigen terikat kuat tanpa terekspresi. Sebelum antigen terekspresi, sel B mengekspresikan  IgM sebagai bagian dari BCR. Antigen yang dicerna didegradasi dan disajikan pada sel T, Sesudah paparan antigen, limfosit-B berdiferensiasi  membentuk sel plasma   untuk membentuk dan  menyekresi antibodi dari isotipe IgM.,Limfosit-B ada  dalam pulpa putih , limpa,   sumsum tulang, folikel limfoid,  adalah 10-20% limfosit  darah perifer. Namanya berasal dari bursa of fabricus (organ  burung yang terlibat dalam  pembentukan produksi  limfosit-B), 
Sel B memori meningkatkan populasi sel plasma saat paparan kedua dari antigen dan memproduksi antibodi  beranitas kuat dengan isotipe yang sesuai,
Limfosit-B lainnya,  dengan adanya sel T dapat berdiferensiasi melalui jalur 
memori, membentuk limfosit B-memori. Sel B memori bertanggung jawab untuk  tanggapan antibodi  sekunder. 
4. Antibodi
 IgA adalah antibodi  dalam saliva,  untuk menghalangi perlkatan bakteri ke epitel mulut, gastrointestinal,faring, 
IgG adalah pertahanan utama terhadap  mikroorganisme dan toksin. IgM adalah antibodi pertama  yang disekresikan untuk  rangsangan antigen  IgD,  sebagai reseptor antigen di permukaan limfosit. IgE  sangat sedikit dalam serum, berpartisipasi dalam reaksi hipersensitivitas tipe I. Antibodi adalah protein (kekebalan imunoglobulin). Dihasilkan oleh sel plasma yang berasal dari  diferensiasi   sel B  dan  proliferasi yang terjadi setelah kontak dengan antigen.  berdasar kegunaannya, adalah  antibodi netralisasi yang berfungsi untuk melapisi bakteri dengan opsonin untuk membantu proses 
fagositosis antibodi dengan mengikat bakteri, untuk melawan toksin, 
5. Sel Pembunuh Alami (NK)
Sel NK memiliki beberapa kelas reseptor antigen,  termasuk  KAR (Killer
Activating Receptors),   dan  KIR (Killer Inhibitory Receptors) , Reseptor-reseptor ini  mengenali  antigen yang berhubungan dengan molekul MHC kelas I, 
molekul MHC kelas I   atau suatu glikoprotein permukaan lainnya.Sel normal memiliki molekul MHC kelas I yang menyajikan antigen yang dikenali sebagai self yang berinteraksi dengan KIR dan melindungi sel dari pembunuhan  yang dimediasi sel NK. Perubahan antigen yang disajikan  oleh molekul MHC kelas I terjadi pada sel tumor dan sel  yang terinfeksi virus, memicu aktivasi sel NK sebab 
KIR tidak mendeteksi  self antigen. Selain itu, sel dapat  menyajikan self antigen sebagai tanggapan terhadap stres atau  perubahan lainnya, yang dikenali oleh KAR. Aktivasi KAR   mengacuhkan inhibisi KIR dan memicu sel NK membasmi sel target,
Sel NK   menginduksi ADCC (antibody-dependent cell mediatedcytotoxicity) pada sel target dengan mengikatnya pada bagian  Fc antibodi. Contohnya, protozoa dan cacing terlalu besar  untuk dimakan oleh sel fagosit sehingga perlu diliputi oleh  antibodi saat sisi antigen dari antibodi (contoh , IgG1 dan IgG3 
pasien) terikat pada antigen itu sehingga bagian Fc  antibodi yang bebas dapat terikat pada reseptor Fc dari sel  NK dan terjadi pembunuhan sel secara langsung oleh ADCC,Tidak seperti limfosit-T atau limfosit-B, sel NK kurang  kurang memori, namun dapat menginduksi lisis  spontan dari sel terinfeksi virus dan sel tumor dengan menyekresi perforin dan enzim litik lainnya. 
 Sel NK adalah subpopulasi limfosit yang berperan  dalam  kekebalan tubuh alami dengan  melepas sitokin (IFN  dan TNF) dan memediasi efek  sitotoksis dalam sel target , Sel NK mengenali dan membasmi  sel yang terinfeksi virus dan sel tumor  tertentu  ,Jumlah NK meningkat seiring  bertambahnya usia, namun kapasitas toksisitasnya   menurun seiring  bertambahnya usia, yang memicu menurunnya tanggapan sitotoksisitas terhadap antigen pada  infeksi atau  sel  tumor pada usia tua , 
6. Komplemen
 Komplemen adalah suatu rangkaian interaksi dari sekitar 30 membran yang berhubungan dengan reseptor sel dengan  glikoprotein serum yang larut,  Komponen larut dari sistem  ini berjumlah sekitar 5% (3-4 mg/mL) dari total protein serum. Sebagian besar komponen yang larut disintesis dalam 
hati, namun banyak juga yang dibentuk oleh makrofag  contoh , 
C1-INA, Faktor D,  Faktor H,C1, C2, C3, C4, C5, Faktor B, 
C3 adalah komponen  dari komplemen  komponen terbesar, yaitu sekitar sepertiga total  komplemen,  Komponen larut dari sistem komplemen pertama kali dilihat ketika memicu bakteriolisis dan sitolisis dalam  hubungannya dengan tidak adanya antibodi dan adanya  antibodi (suatu komplemen dari antibodi) , Efek  ini menjadi terkenal dan mewakili hanya  1 fungsi dari komplemen. Sistem komplemen berperan   dalam memusnahkan mikroba selama tanggapan kekebalan tubuh adaptif dan  innate ,
Komplemen yaitu  protein yang bila diaktifkan  akan melindungi terhadap infeksi dan berperan dalam tahap  in!amasi dengan berperan sebagai: opsonin untuk meningkatkan fagositosis; faktor kemotaksis; melisis bakteri dan parasit. 
7.Sitokin
  sistem kekebalan tubuh selular maupun humoral dikoordinasi oleh  sitokin (60 sitokin). Sitokin terbagi dalam beberapa famili, termasuk  tumor necrosis factor, colony stimulating factor,  kemokin,interleukin, interferon, yang mengatur migrasi sel di antara dan .di dalam jaringan.Sitokin adalah protein hormon yang  lebih terlokalisasi dibandingkan  hormon endokrin dan dapat  menstimulasi atau menghambat fungsi normal sel,
Ada 3 jalur  aktivasi komplemen, dua di antaranya  diinisiasi oleh mikroba dalam keadaan tidak adanya antibodi,  jalur ini dinamakan jalur alternatif atau jalur lectin. Jalur ketiga diinisiasi oleh isotipe antibodi tertentu yang melekat  pada antigen, pengaktifan jalur ini dinamakan jalur klasik. 

Beberapa protein dalam sistem komplemen berinteraksi .dalam sekuen yang tepat. Protein komplemen yang dalam jumlah besar di dalam plasma dinamakan C3, berperan  dalam ketiga jalur pengaktifan di atas. C3 secara .spontan terhidrolisis dalam plasma dengan kadar rendah  namun produknya tidak stabil dan cepat   hilang. Jalur alternatif terpicu saat produk pecahan hidrolisis  C3 yang dinamakan C3b dideposit pada permukaan mikroba. .Di sini, C3b membentuk ikatan kovalen yang stabil dengan protein atau polisakarida mikroba yang melindunginya dari  pengrusakan selanjutnya. C3b dicegah untuk berikatan stabil 
dengan sel hospes normal oleh beberapa protein regulator  yang berada pada sel hospes dan tidak ditemukan pada  mikroba. Mikroba yang terikat dengan C3b menjadi substrat  bagi pengikatan protein lain, dinamakan faktor B, yang 
dipecahkan oleh protease plasma untuk membentuk fragmen  Bb. Fragmen ini tetap melekat pada C3b dan kompleks  C3bBb secara enzimatik memecahkan lebih banyak C3 sebagai suatu jalur alternatif konvertasi C3 sehingga aktivitas 
konvertasi ini membentuk lebih banyak molekul   C3bBb  dan  C3b ,

Sistem komplemen adalah komponen pusat dari  tanggapan in!amasi yang memicu  leukosit dan  endotel  mengenali kemudian  mengikat erat  substansi asing dalam keadaan kekurangan reseptor,  Sistem komplemen mengandung rangkaian protein tidak aktif dalam darah dan dapat diaktivasi sesudah
pengikatan antibodi pada bakteri dan sel asing lain  atau dengan jalur alternatif dengan melibatkan kapsul polisakarida bakteri. Sekali diaktivasi, sistem komplemen membentuk sejumlah protein aktif yang dapat meningkatkan 
in!amasi dan fagositosis dan memicu lisis sel ,

Komplemen memicu in!amasi dengan membentuk:
* Fragmen C3b adalah opsonin  yang menyelubungi permukaan sel patogen,  Opsonin C3b terikat  pada agregasi molekul, partikel atau sel, yang membuat 
fagosit mampu mencernanya. Sel fagosit (neutrofil,makrofag,  monosit,  memiliki reseptor C3b yang membasmi  patogen dengan memicu fagositosis ,
* C8, C9,C5b-C6, C7   berperan dalam memicu lisis sel  dengan membentuk kompleks dengan membran yang diserang,
* Kemotaksin, C5a yang menarik leukosit dan menstimulasi sekresi fagosit,
* Molekul yang dinamakan analatoksin, C3a, dan C5a  memproduksi analaksis dengan menginduksi sekret sel mast,
* Substansi vasoaktif yang dinamakan kinin-like, C2a, yang meningkatkan permeabilitas  dan pelebaran pembuluh darah,menginduksi sakit,
* C5a,C3a, C4a,  meningkatkan reaksi  in!amasi dengan cara  menstimulasi pelebaran arteri, pelepasan histamin oleh sel mast dan basoil, dan kemotaksis 
sel neutrofil ,




sistem kekebalan tubuh sistem kekebalan tubuh Reviewed by bayi on Juli 19, 2018 Rating: 5

About

LINK VIDEO