obstetri dan ginekologi huruf I
INFEKSI POSTPARTUM
infeksi postpartum atau infeksi masa nifas masih menjadi penyebab angka kematian ibu atau AKI tinggi , infeksi luka jalan lahir pasca persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta , demam dalam nifas akibat tifus,infeksi nifas , pielitis, infeksi jalan lahir, pernapasan, malaria,
Infeksi postpartum yaitu infeksi bakteri pada traktus genitalia, yang muncul setelah ibu melahirkan. Morbiditas nifas gejalanya suhu naik 38’ c selama 2 hari , Kenaikan suhu terjadi setelah 1 hari setelah persalinan dalam 10 hari pertama masa nifas,
Infeksi nifas sesudah pervaginam mengenai area implantasi plasenta , desidua dan miometrium didekatnya. cairan yang keluar berbau, cairan banyak, cairan berdarah ,cairan berbusa , Involusi uterus terhambat. Potongan mikroskopis mungkin memperlihatkan lapisan bahan nekrotik di superficial yang mengandung bakteri , leukosit padat.
saat persalinan, bakteri yang menyerang servik dan vagina memperoleh akses ke cairan amnion, dan postpartum bakteri-bakteri ini akan menginvasi jaringan mati di tempat histerektomi. Kemudian terjadi seluletis para metrium dengan infeksi jaringan ikat fibroareolar retroperitonium panggul. ini karena penyebaran limfogen ogranisme dari tempat laserasi servik atau insisi/ laserasi uterus yang terinfeksi. Proses biasanya terbatas jaringan para vagina dan jarang meluas kedalam panggul,
banyak cara kuman agar dapat memasuki ke dalam alat kandungan wanita seperti endogen (dari jalan lahir sendiri),eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh)
penyebab kuman memasuki ke dalam alat kandungan wanita yaitu streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni jalan lahir.
kuinan-kuman yang bisa memasuki ke dalam alat kandungan wanita dan meninggalkan infeksi antara lain :
kuman streptococcus haemoliticus anaerobic diketahui mampu keluar masuk
secara eksogen dan kemudian meninggalkan infeksi parah , infeksi ini berbentuk eksogen yaitu ditularkan dari penderita lain ,
kuman staphylococcus aureus diketahui mampu keluar masuk
secara eksogen dan kemudian meninggalkan infeksi sedang,
kuman escherichia coli diketahui mampu sering keluar masuk sebab berasal dari kandung kemih dan rektum penderita kemudian meninggalkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn namun kebanyakan meninggalkan
infeksi traktus urinarius,
kuman clostridium welchii yang diketahui mampu keluar masuk ini sekarang
jarang ditemukan akan tetapi jika ditemukan maka sangat berbahaya sebab
kuman ini bersifat anaerob meninggalkan infeksi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit,
cara cara penyebaran penularan dan terjadinya infeksi, antaralain:
hospital infection adalah kontaminasi berbagai macam bakteri kuman virus mikroorganisme patogen dan jamur yang dibawa pengunjung rumah sakit, kuman-kuman ini tersimpan di dalam benda-benda yang dibawa pengunjung kemudian menetap di rumah sakit ,
jari tangan tangan pasien sendiri atau penolong dalam praktek pemeriksaan pengobatan sudah membawa bakteri yang sudah ada dalam kandungan ibu hamil lalu ke dalam uterus. mungkin bahwa jari tangan dan peralatan medis yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak bebas dari berbagai macam kuman-kuman,
droplet infeksion atau jari tangan dan berbagai peralatan medis yang dimasukkan ke dalam jalan lahir sudah pernah terkena kontaminasi berbagai macam bakteri kuman virus mikroorganisme patogen dan jamur,
faktor predisposisi infeksi postpartum ,antaralain:
teknik aseptic tidak sempurna, tidak atau lupa mencuci tangan,
manipulasi intrauteri ( eksplorasi uteri, pengeluaran plasenta manual)
trauma jaringan yang luas atau luka terbuka, seperti laserasi yang tidak diperbaiki,
hematoma, hemoragi, khususnya jika kehilanagn darah lebih dari 1.000 ml, pelahiran operatif, terutama pelairan melalui SC, retensi sisa plasenta atau membrane janin, perawatan perineum tidak memadai, infeksi serviks atau PMS yang tidak diobati : vaginosis bakteri, klamidia, gonorrhea, persalinan lama, khususnya dengan pecah ketuban, pecah ketuban yang lama sebelum persalinan,
bermacam-macam pemeriksaan vagina selama persalinan, khususnya pecah ketuban,
tanda dan gejala infeksi antaralain : suhu tubuh naik ,malaise , nyeri, berbau tidak sedap, kecepatan nadi tinggi terutama pada infeksi berat ,
walau infeksi pascapartum terbanyak adalah endometritis, yang jauh lebih umum terjadi setelah pelahiran SC dibandingkan pelahiran pervaginam, adanya laserasi atau trauma jaringan dalam saluran genetalia dapat terkena infeksi setelah melahirkan, penyebaran infeksi yang berasal dari infeksi local dan menyebar melalui jalur sirkulasi vena dan limfatik sehingga menyebabkan infeksi bakteri di tempat yang lebih jauh. infeksi puerperium meluas hingga femoral, bakterimia, selulitis panggul, salpingitis, ooforitis, peritonitis, tromboflebitis panggul ,
pencegahan infeksi nifas pada masa kehamilan yaitu
jangan melakukan pemeriksaan dalam kalau tidak ada indikasi yang perlu,
koitus pada hamil tua segera dihindari atau dikurangi atau dilakukan hati-hati sebab dapat menyebabkan pecahnya ketuban. jika ini terjadi infeksi mudah masuk dalam jalan lahir, mencegah faktor-faktor predisposisi seperti mengobati penyakit ibu,anemia, malnutrisi , kelemahan ,
pencegahan infeksi nifas pada masa selama nifas,yaitu:
peralatan medis , luka-luka jangan sampai terkena infeksi, kesemuanya harus steril, pasien infeksi nifas diisolasi dalam ruangan khusus, tidak dengan ibu sehat,
pengunjung-pengunjung dibatasi
pencegahan infeksi nifas pada masa selama persalinan yaitu
usaha-usaha pencegahan adalah membatasi sebanyaknya kemungkinan kemungkinan masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir ,antaralain:
alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan pemeriksaan pemeriksaan hanya bila ada indikasi saja dengan sterilisasi yang berkualitas , apalagi jika ketuban telah pecah.
hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama atau menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut,
menjalankan persalinan dengan resiko kesalahan sedikit mungkin,
menjaga sterilitas,
mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan tranfusi darah,
semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker; yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar bersalin,
penanganan :
antisipasi dengan faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan yang dapat berlanjut menjadi komplikasi dalam masa nifas,
pemantauan pengamatan dan pengobatan terhadap infeksi pada saat kehamilan dan persalinan,
penderita jika masa kritis belum berakhir jangan dipulangkan kerumah asalnya,
gejala-gejala yang harus diwaspadai harus mendapat pertolongan dengan segera,
karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, berikan antibiotika spektrum luas (broad spektrum) menunggu hasil laboratorium,
pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau transfusi darah diberikan,
hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga perineum
suhu harus diukur dari mulut 4 kali sehari,
berikan antibiotik,
lakukan transfusi darah ,
berikan hidrasi oral/iv secukupnya bagi bayi baru lahir, dari ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan,
segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika,
berikan dalam dosis yang sesuai,
obstetri dan ginekologi huruf K
KANKER LEHER RAHIM (SERVIKS)
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) yaitu tumor ganas yang berkembangbiak di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina , kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.
penyebab Kanker serviks yaitu terjadi jika sel-sel serviks menjadi tidaknormal dan membelah secara tidak terkendali,
bila sel serviks terus membelah maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang bernama tumor yang bersifat jinak atau ganas. bila tumor ini ganas, maka dinamakan kanker serviks,
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui namun ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks,antaralain:
-pemakaian DES (dietilstilbestrol) digunakan pada tahun 1940-1970 pada wanita hamil untuk mencegah keguguran ,
-gangguan sistem kekebalan tubuh,
-pemakaian pil KB,
-infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun,
-tidak mampu melakukan pap smear secara rutin,
-keadaan prekanker pada serviks,
- HPV (human papillomavirus) HPV adalah virus penyebab kutil genitalis (kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56.
-hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini,
-berganti-ganti pasangan seksual,
sel-sel pada permukaan serviks kadang terlihat tidak normal tetapi tidak ganas.
beberapa perubahan tidak normal pada sel-sel serviks merupakan awal dari perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian mengakibatkan kanker,
perubahan tidak normal pada sel-sel di permukaan serviks, dinamakan lesi skuamosa intraepitel (lesi artinya kelainan jaringan, intraepitel artinya sel-sel yang tidak normal hanya ada di lapisan permukaan).
perubahan pada sel-sel ini dibagi ke dalam 2 jenis ,antaralain:
lesi tingkat rendah atau displasia ringan atau neoplasia intraepitel servikal 1 (NIS 1). : yaitu perubahan dini pada ukuran sel , bentuk sel dan jumlah sel yang membentuk permukaan serviks. beberapa lesi tingkat rendah menghilang dengan sendirinya. sedang yang lainnya tumbuh menjadi lebih besar dan lebih tidak normal , membentuk lesi tingkat tinggi,
lesi tingkat rendah ditemukan pada wanita yang berusia 25-35 tahun,
lesi tingkat tinggi : ditemukan sejumlah besar sel prekanker yang tampak sangat berbeda dari sel yang normal.,
perubahan prekanker ini hanya terjadi pada sel di permukaan serviks. selama bertahun-tahun, sel-sel itu tidak akan menjadi ganas dan tidak akan menyusup ke lapisan serviks yang lebih dalam,
lesi tingkat tinggi dinamakan karsinoma in situ,displasia menengah atau displasia berat, NIS 2 atau 3,
lesi tingkat tinggi sering ditemukan pada wanita yang berusia 30-40 tahun,
jika sel-sel tidak normal menyebar lebih dalam ke dalam serviks atau ke jaringan organ lainnya, dinamakan kanker serviks atau kanker serviks invasif.
kanker serviks sering ditemukan pada usia diatas 40 tahun.
gejala:
perubahan prekanker pada serviks tidak memicu gejala dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita itu menjalani pemeriksaan panggul dan pap smear,
gejala baru muncul saat sel serviks yang tidak normal berubah menjadi ganas dan menyusup ke jaringan di sekitarnya. saat ini akan timbul gejala ,antaralain:
perdarahan vagina yang tidak normal , diantara 2 menstruasi, sesudah melakukan hubungan seksual dan sesudah menopause,
keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer mengandung darah berbau busuk ,menstruasi tidak normal lebih lama dan lebih banyak,
gejala dari kanker serviks stadium lanjut,antaralain:
dari vagina keluar air kemih atau tinja,patah tulang (fraktur),
nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan
nyeri panggul, punggung atau tungkai,
untuk menentukan stadium kanker, dilakukan pemeriksan antaralain:
sigmoidoskopi,skening tulang dan hati,barium enema.,sistoskopi,rontgen dada,
urografi intravena,
diagnosa berdasarkan hasil hasil pemeriksaan ,antaralain:
Tes Schiller: Serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat, sedangkan sel yang tidak normal warnanya menjadi putih atau kuning,
pap smear: pap smear mampu mendeteksi kanker serviks secara akurat ,
setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali/tahun. bila selama 3 kali berturut-turut menandakan hasil yang normal, pap smear dapat dilakukan 1 kali/2-3tahun, hasil pemeriksaan pap smear menandakan stadium dari kanker serviks,antaralain:
normal, karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar),
kanker invasif (kanker sudah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya), displasia ringan (perubahan dini yang belum ganas),
displasia berat (perubahan lanjut yang belum ganas),
biopsi: biopsi dilakukan bila pap smear menunjukkan suatu ketidaknormalan atau kanker.kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar) atau bila pada pemeriksaan panggul ada suatu pertumbuhan atau luka pada serviks,
-pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung antaralain:
tingkatan lesi apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi
apakah ada rencana pasien untuk hamil lagi,
usia dan keadaan kesehatan pasien,
lesi tingkat rendah tidak perlu pengobatan lebih lanjut, terutama bila daerah yang tidaknormal semuanya sudah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. namun pasien harus menjalani pemeriksaan pap smear dan pemeriksaan panggul secara teratur rajin rutin,
-pengobatan pada lesi prekanker berupa , antaralain:
pembedahan laser untuk melenyapkan sel-sel yang tidaknormalan tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya,
LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi,
sesudah pengobatan, pasien akan merasakan kram atau nyeri , perdarahan maupun keluarnya cairan encer dari vagina,
perlu dilakukan histerektomi pengangkatan rahim, terutama bila sel-sel tidak normal ada di dalam lubang serviks. histerektomi dilakukan bila pasien tidak ingin hamil lagi,kriosurgeri pembekuan, kauterisasi pembakaran atau diatermi,
pengobatan kanker serviks: tergantung pada psikologi pasien ,rencana pasien untuk hamil lagi, lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia,
pembedahan:
pada karsinoma in situ atau kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar, maka semua kanker dapat diangkat melalui LEEP , sehingga dengan cara ini pasien masih bisa memiliki anak,
karena kanker ini bisa kambuh, disarankan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan, bila pasien tidak berencana hamil lagi, disarankan menjalani histerektomi,
pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya prosedur ini dinamakan histerektomi radikal dan kelenjar getah bening,
pada pasien wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat,
efek samping terapi penyinaran radioterapi, antaralain:
iritasi rektum , iritasi vagina,
kerusakan kandung kemih , kerusakan rektum
ovarium berhenti berfungsi,
terapi penyinaran radioterapi:
terapi ini efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih ada di daerah panggul.,
terapi ini menggunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker sekaligus menghentikan pertumbuhannya,
ada 2 macam radioterapi:
radiasi internal : zat radioaktif ada di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks. kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu pasien dirawat di rumah sakit, cara ini diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.
radiasi eksternal : sinar berasal dari sebuah mesin besar , sehingga pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan 5 hari/minggu selama 5-6 minggu,
terapi biologis pada terapi ini digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit,
terapi biologis untuk kanker yang sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya,
terapi biologis menggunakan obat interferon dikombinasikan dengan kemoterapi,
bila kanker telah menyebar ke luar panggul, dianjurkan menjalani kemoterapi.efek samping terapi biologis yaitu mungkin mengalami mudah memar , mengalami perdarahan,ruam,menggigil, demam, nyeri otot, lemah, nafsu makan berkurang, mual, muntah dan diare.
pada kemoterapi dipakai obat-obatan untuk melenyapkan sel-sel kanker,
obat anti-kanker diberikan melalui mulut, suntikan intravena ,
obat Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, kemudian dilakukan pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya,
obat kemoterapi seperti carboplatin, bleomycin, imiquimod,cisplatin, cetuximab, 5-fluorouracil, docetaxel, methotrexate, paclitaxel,
efek samping pengobatan:
metoda untuk membasmi sel-sel kanker pada permukaan serviks sama dengan metode untuk mengatasi lesi prekanker,
pengobatan mampu membunuh sel-sel kanker namun juga memicu kerusakan pada sel-sel yang sehat ,
efek samping dari pengobatan kanker tergantung kepada jenis dan luasnya pengobatan , tergantung juga dari reaksi setiap pasien yang berbeda-beda,
efek samping dari pengobatan kanker seperti kram , nyeri, perdarahan , keluar cairan encer dari vagina,
Beberapa hari sesudah menjalani histerektomi, pasien dapat mengalami nyeri di perut bagian bawah. Untuk mengatasinya maka diberikan obat pereda nyeri.
pasien akan mengalami kesulitan dalam berkemih dan buang air besar. Untuk mengatasinya bisa dipasang kateter,
setealh pembedahan, aktivitas pasien dibatasi agar penyembuhan berhasil,
sesudah menjalani histerektomi, pasien tidak mengalami menstruasi lagi, Histerektomi tidak mempengaruhi kemampuan dan gairah seksual ,
Selama dan setelah menjalani radioterap, pasien mengalami kelelahan ,
Pada radiasi eksternal, sering terjadi kerontokan rambut di daerah yang disinari dan kulit menjadi kering gatal-gatal,
sesudah radiasi internal, vagina menjadi lebh sempit dan kurang lentur, sehingga dapat menyebabkan nyeri saat melakukan hubungan seksual,
sesudah radioterapi pasien mengalami diare dan sering berkemih,
efek samping kemoterapi tergantung kepada jenis dosis obat juga efek sampingnya pada setiap pasien berbeda beda, .
obat obatan anti-kanker mempengaruhi sel-sel yang membelah dengan cepat, termasuk sel darah (yang berfungsi melawan infeksi, membantu pembekuan darah atau mengangkut oksigen ke seluruh tubuh)
jika sel darah terkena pengaruh obat anti-kanker, pasien akan mengalami infeksi, memar , perdarahan , lemah,
sel-sel pada akar rambut dan sel-sel yang melapisi saluran pencernaan dapat membelah dengan cepat,
bila sel-sel itu terpengaruh oleh kemoterapi, maka pasien akan mengalami mual, muntah ,luka terbuka di mulut, kerontokan rambut, nafsu makannya berkurang,
jalan satu satunya untuk mencegah kanker serviks ,antaralain:
disarankan kepada setiap Anak wanita yang berusia dibawah 19 tahun untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan siapa pun,
hindari melakukan hubungan seksual dengan penderita kutil kelamin , kondom kadang kadang belum diandalkan dalam mencegah penularan kutil kelamin,
hindari berganti-ganti pasangan seksual,
Pemeriksaan panggul setiap tahun ( Pap smear) harus dimulai saat seorang wanita mulai aktif melakukan hubungan seksual pada usia 20 tahun keatas , Setiap hasil yang tidak normal harus dilanjutkan dengan pemeriksaan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi.konsumsi suplemen vitamin A ,
pap smear wajib harus dilakukan secara teratur pada pasien jika ,antaralain:
Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun jika 3 kali Pap smear berturut-turut menandakan hasil negatif juga bagi wanita yang sudah menjalani histerektomi bukan karena kanker,
sering periksa bagi wanita yang hasil Pap smear nya menunjukkan tidak normal,
dan setelah menjalani pengobatan prekanker atau kanker serviks,
Setiap tahun bagi wanita usia diatas 35 tahun dan yang berganti-ganti pasangan seksual atau wanita yang sudah pernah sembuh setelah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin, wanita yang memakai pil KB
cara cara mencegah kanker serviks,antaralain:
sehari sebelum menjalani pap smear, tidak boleh menggunakan tampon, tidak boleh melakukan pencucian atau pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam,
pap smear efektif mendeteksi perubahan prekanker pada serviks.
jika hasil pap smear menunjukkan displasia atau serviks tidak normal , maka dilakukan biopsi dan kolposkopi ,
melakukan pemeriksaan pap smear secara teratur ,
pap smear (tes papanicolau) yaitu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel yang didapat dari apusan serviks,
pada pemeriksaan pap smear, contoh sel serviks didapat dari sebuah spatula yang terbuat dari kayu atau plastik (yang dioleskan bagian luar serviks) dan sebuah sikat kecil (yang dimasukkan ke dalam saluran servikal).
sel-sel serviks lalu dioleskan pada kaca obyek lalu diberi pengawet dan dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa.
KANKER RAHIM
Kanker Rahim yaitu tumor ganas pada endometrium atau lapisan rahim
Kanker ini terjadi sesudah masa menopause wanita berusia 50-60 tahun,
Kanker ini menyebar (metastase) lokal atau ke berbagai bagian tubuh seperti sistem getah bening, kanalis servikalis, tuba falopii, ovarium, daerah di sekitar rahim, atau ke bagian tubuh lainnya melalui pembuluh darah,
penyebab kanker ini tidak diketahui, mungkin ini melibatkan peningkatan kadar estrogen,
fungsi estrogen normal yaitu merangsang pembentukan lapisan epitel pada rahim, estrogen yang disuntik suntikkan kepada hewan memicu kanker atau hiperplasia endometrium ,
wanita yang menderita kanker rahim mengidap faktor resiko atau sesuatu yang mendorong kemungkinan untuk menderita suatu penyakit,
wanita yang sudah memiliki faktor resiko tidak selalu memiliki kanker rahim, sebaliknya banyak penderita kanker rahim yang tidak memiliki faktor resiko.
beberapa faktor yang memicu munculnya kanker rahim,antaralain:
wanita yang mengkonsumsi tamoksifen untuk mencegah kanker payudara berisiko terkena penyakit ini sebab efek tamoksifen yang sama dengan estrogen terhadap rahim,
keuntungan yang dari tamoksifen lebih besar dibandingkan resiko nya namun setiap wanita tidak sama kondisinya,
kanker rahim lebih sering dialami pada wanita kulit putih,
kanker kolorektal,
menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun,
menopause sesudah usia 52 tahun,
tidak mempunyai anak,
kemandulan,
penyakit ovarium polikista,
polip endometrium,
usia yang semakin tua,
kanker uterus ,
hiperplasia endometrium,
terapi sulih hormon (TSH) yang digunakan untuk mengatasi menopause, mencegah osteoporosis dan mencegah penyakit jantung atau stroke,
wanita yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron ,
pemakaian estrogen dosis tinggi secara terus menerus,
wanita yang mengkonsumsi estrogen sekaligus progesteron tidak berisiko sebab progesteron melindungi rahim,
tubuh mengumpulkan sebagian estrogen di dalam jaringan lemak sehingga wanita yang gemuk memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. tingginya kadar estrogen merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker rahim pada wanita gemuk,
diabetes (kencing manis),
hipertensi (tekanan darah tinggi),
tamoksifen,
gejalanya kanker ini ,antaralain:
perdarahan yang sangat lama, pada wanita yang berusia diatas 40 tahun,
nyeri perut bagian bawah atau kram panggul,
keluar cairan putih yang encer atau jernih pada wanita pasca menopause,
nyeri atau kesulitan dalam berkemih,
nyeri saat melakukan hubungan seksual,
siklus menstruasi dan perdarahan rahim yang tidak normal,
perdarahan diantara 2 siklus menstruasi pada wanita yang masih mengalami menstruasi,
perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause,
diagnosa kanker ini ,antaralain:
USG transvagina,Biopsi endometrium,Pemeriksaan panggul,
Pap smear,
untuk menentukan stadium atau penyebaran kanker, dilakukan pemeriksaan ,antaralain:
sigmoidoskopi,limfangiografi,kolonoskopi,
sistoskopi,pemeriksaan darah lengkap,pemeriksaan air kemih,
rontgen dada,CT scan tulang dan hati,
staging yang menentukan stadium kanker,
stadium i : kanker hanya ada di badan rahim
stadium ii : kanker sudah menyebar ke leher rahim serviks
stadium iii : kanker sudah menyebar ke luar rahim, namun masih di dalam rongga panggul dan belum menyerang kandung kemih maupun rektum. kelenjar getah bening panggul mungkin mengandung sel-sel kanker
stadium iv : kanker sudah menyebar ke dalam kandung kemih atau rektum atau kanker telah menyebar ke luar rongga panggul
pengobatan tergantung kepada ukuran tumor, stadium tumor , pengaruh hormon terhadap tumor , kecepatan tumor , usia ,pengobatannya ,antaralain:
terapi penyinaran (radiasi) sinar berenergi tinggi untuk membasmi sel-sel kanker,
terapi ini merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker di area yang disinari saja,
pada stadium i, ii atau iii dilakukan pembedahan dan terapi penyinaran , penyinaran bisa dilakukan sebelum dan sesudah pembedahan untuk memperkecil ukuran tumor dan untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa . 2 jenis terapi penyinaran antaralain :
radiasi eksternal : peralatan medis radiasi yang mengarahkan sinar ke area tumor. sebanyak 5 kali/minggu selama beberapa minggu , pada cara ini tidak ada zat radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh,
radiasi internal : dengan selang kecil yang mengandung suatu zat radioaktif, yang dimasukkan melalui vagina dan dibiarkan selama beberapa hari. selama menjalani radiasi internal, penderita dirawat di rumah sakit,
pembedahan histerektomi (pengangkatan rahim). kedua tuba falopii dan ovarium diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral) karena sel-sel tumor dapat menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang mungkin tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh ovarium. .
bila ada sel-sel kanker di dalam kelenjar getah bening di sekitar tumor, maka kelenjar getah bening itu juga diangkat. bila sel kanker ada di dalam kelenjar getah bening, maka kemungkinan kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya,
bila sel kanker belum menyebar ke luar endometrium (lapisan rahim), maka pasien tidak perlu menjalani pengobatan ,
bila kanker telah menyebar atau tidak memberikan respon terhadap terapi hormonal, maka diberikan obat kemoterapi sisplastin, siklofosfamid, doksorubisin ,
kemoterapi terapi hormonal digunakan zat untuk mencegah sampainya hormon ke sel kanker dan mencegah pemakaian hormon oleh sel kanker. hormon dapat menempel pada reseptor hormon dan memicu perubahan di dalam jaringan rahim,
sebelum dilakukan terapi ini , pasien menjalani tes reseptor hormon. bila jaringan mempunyai reseptor, maka kemungkinan besar pasien akan memberikan respon pada terapi hormonal,
terapi hormonal adalah terapi sistemik karena dapat mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. pada terapi hormonal dipakai pil progesteron,
terapi hormonal dilakukan untuk :
pengidap yang kankernya telah menyebar ke paru-paru atau organ tubuh lainnya,pengidap kanker rahim yang kembali kambuh
pengidap kanker rahim yang tidak mungkin menjalani terapi penyinaran atau pembedahan ,
efek samping pengobatan kanker,antaralain:
sesudah menjalani histerektomi, pasien akan mengalami lelah nyeri ,
mual , muntah , gangguan buang air besar ,berkemih ,
wanita yang sudah menjalani histerektomi tidak bisa mengalami menstruasi dan tidak bisa hamil . bila ovarium diangkat, maka pasien mengalami gejala menopause. hot flashes , akibat histerektomi lebih berat dibandingkan dengan gejala akibat menopause biasa,
pasien merasakan kehilangan keinginan hubungan seksual,
kerusakan pada sel dan jaringan yang sehat,
efek samping tergantung kepada jenis dan luasnya pengobatan,
efek samping dari terapi penyinaran,antaralain:
wanita yang mengkonsumsi progesteron akan mengalami peningkatan nafsu makan, dan penambahan berat badan mengalami siklus menstruasi yang berubah ubah,
efek samping terapi ini sangat tergantung kepada dosis dan bagian tubuh yang disinari
yaitu gatal-gatal, kekeringan pada vaginanya, kelelahan,kulit menjadi kering dan merah, rambut di area yang disinari mengalami kerontokan, nafsu makan berkurang
diare , sering berkemih, terjadinya penurunan jumlah sel darah putih,
pencegahan terhadap penyakit ini ,yaitu dengan:
sering menjalani pemeriksaan panggul dan pap smear secara rutin, tes penyaringan termasuk biopsi endometrium,
KELUARGA BERENCANA (KB)
kontrasepsi adalah usaha mencegah terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau mencegah menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim. ada metode dalam kontrasepsi namun tidak ada satupun yang efektif secara total , walau begitu, beberapa metode efektif dibandingkan metode lama, . efektivitas metode kontrasepsi sangat bergantung pada kesesuaian dengan instruksi , penggunaan yang terkadang tidak konsistenn dan sempurna mengikuti semua instruksi dengan benar dan tepat, kontrasepsi oral efektif jika digunakan secara tepat, namun banyak wanita yang lupa untuk mengonsumsi secara teratur.
efektivitas metode kontrasepsi bergantung pada petunjuknya dipatuhi atau tidak,
pada kontrasepsi implan, saat implan dimasukkan ke dalam tubuh, tidak diperlukan perlakuan apapun lagi (sehingga penggunaan implan menjadi penggunaan sempurna) sampai tiba waktunya untuk diganti. dalam hal ini maka penggunaan tipikal sama saja dengan penggunaan sempurna, sampai saat penggantian implan.
keluarga berendana yaitu usaha usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak kelahiran anak,
untuk menghindari kehamilan sementara digunakan kontrasepsi
untuk menghindari kehamilan menetap digunakan sterilisasi,
aborsi digunakan untuk mengakhiri kehamilan jika terjadi kegagalan kontrasepsi.
metode kontrasepsi terdiri dari:
kontrasepsi oral (pil KB) mengandung hormon kombinasi progestin dengan estrogen atau progestin saja,
Pil KB menghentikan ovulasi (pelepasan sel telur oleh ovarium) dan menjaga kekentalan lendir servikal sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma,
obat kombinasi ada yang mengandung estrogen dosis rendah dan ada yang mengandung estrogen dosis tinggi,
estrogen dosis tinggi diberikan kepada wanita yang mengkonsumsi obat obat epilepsi,
obat yang hanya mengandung progestin memicu perdarahan tidak teratur. sehingga hanya diberikan bila pemberian estrogen membahayakan wanita yang sedang menyusui,
pil KB untuk mengurangi:
kekambuhan kram ketika menstruasi, ketegangan premenstruasi,
perdarahan tidak teratur, anemia,kista payudara,
kista ovarium,kehamilan ektopik atau kehamilan di luar kandungan ,
infeksi tuba falopi, resiko kanker jenis tertentu,
sebelum menggunakan pil KB, dilakukan pemeriksaan fisik untuk melihat bahwa tidak ada gangguan kesehatan ,
bila wanita atau keluarga menderita diabetes penyakit jantung, maka dilakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar kolesterol dan gula darah. bila kadar kolesterol atau gula darahnya tinggi, maka diberikan pil KB dosis rendah,
3 bulan sesudah menggunakan pil KB, dilakukan pemeriksaan ulang untuk mengetahui adanya perubahan tekanan darah. kemudian pemeriksaan dilakukan 1 kali/tahun ,
pemantauan dilakukan bila pil KB digunakan oleh:
wanita yang merokok dan berusia dibawah 35 tahun,
wanita yang mengalami hepatitis ,
wanita yang mengalami penyakit lainnya yang telah sembuh total,
wanita yang mengalami depresi,
wanita yang mengalami migren,
Pil KB sebaiknya tidak digunakan oleh:
wanita yang mempunyai penyakit kanker payudara ,
wanita yang mempunyai penyakit kanker rahim,
wanita yang merokok ,
wanita yang berusia diatas 35 tahun,
wanita penderita penyakit hati ,
wanita penderita penyakit tumor,
wanita yang mempunyai kadar trigliserida tinggi ,
wanita yang mempunyai tekanan darah tinggi ,
wanita penderita diabetes disertai penyumbatan arteri,
wanita yang mempunyai bekuan darah,
wanita yang tungkainya sedang digips,
wanita yang mempunyai penyakit jantung ,
wanita yang mempunyai penyakit stroke,
wanita yang mempunyai penyakit kuning pada saat kehamilan,
pemakaian pil KB :
resiko terbentuknya bekuan darah di tungkai muncul sesudah kehamilan dan akan semakin meningkat bila wanita tersebut mengonsumsi pil KB,
bila menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu sesudah persalinan, maka pil KB bisa langsung .dikonsumsi bila menstruasi terakhir terjadi dalam waktu 12-28 minggu, maka harus menunggu 1 minggu sebelum pil KB mulai dikonsumsi , sedangkan jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu lebih dari 28 minggu, harus menunggu 2 minggu sebelum pil KB mulai dikonsumsi ,
Wanita yang menyusui tidak mengalami ovulasi sampai 10-12 minggu sesudah persalinan, namun mereka dapat mengalami ovulasi dan hamil sebelum terjadinya menstruasi pertama. Karena itu, ibu yang menyusui sebaiknya mengonsumsi pil KB bila tidak ingin hamil,
Pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui dapat mengurangi jumlah air susu dan kandungan zat lemak dan protein dalam air susu. Hormon dari pil ada dalam air susu sehingga dapat sampai ke bayi. Karena itu untuk ibu yang menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung progestin, yang tidak mempengaruhi pembentukan air susu,
Pil KB yang dikonsumsi segera sesudah terjadinya pembuahan atau pada awal kehamilan sebelum wanita mengetahui bahwa dia hamil tidak berbahaya bagi janin,
Interaksi pil KB dengan obat lain:
oba anti-kejang phenobarbital dan fenitoin memicu perdarahan tidak normal pada wanita yang mengonsumsi pil KB, wanita penderita epilepsi yang mengkonsumsi anti-kejang diberikan pil KB dosis tinggi. Pil KB tidak berpengaruh dengan obat lain, namun obat lain .terutama obat tidur dan antibiotik memicu berkurangnya efektivitas dari pil KB,
wanita pemakai pil KB akan hamil bila secara terus menerus mengkonsumsi antibiotik golongan sulfa , rifampin, penisilin, ampisilin, tetrasiklin ,
saat mengkonsumsi antibiotik , selain pil KB seharusnya dikombinasikan dengan kontrasepsi penghalang ( kondom atau diafragma),
efek samping pil KB:
efek samping progestin antaralain : nafsu makan tinggi, jerawat , kecemasan. penambahan berat badan sebanyak 1,5-2,5 kg akibat penahanan cairan ,
bekuan darah 3-4 kali lebih sering terjadi pada pemakaian pil KB dosis tinggi. bila tiba-tiba merasa nyeri dada atau nyeri tungkai, penggunaan pil KB segera dihentikan dan memeriksakan diri sebab gejala ini adalah adanya bekuan darah di dalam vena tungkai bisa menyebar ke paru-paru.
perdarahan tidak teratur. terjadi beberapa bulan pertama setelah mengonsumsi pil KB, bila tubuh sudah menyesuaikan diri dengan hormon maka perdarahan akan berhenti,
beberapa bulan sesudah berhenti mengonsumsi pil KB, tidak terjadi menstruasi, namun obat ini tidak memicu berkurangnya kesuburan secara permanen.
efek samping akibat estrogen seperti hipertensi, depresi,mual, nyeri pada payudara, perut kembung, penahanan cairan,
wanita pemakai pil KB mengurangi resiko kanker ovarium dan kanker rahim ,
pil KB dan pembedahan memicu pembentukan bekuan darah, sehingga 1 bulan sebelum menjalani pembedahan pemakaian pil harus dihentikan dan baru mulai dipakai lagi 1 bulah sesudah pembedahan,
wanita pemakai pil kb dapat mengalami depresi , kesulitan tidur,
melasma (bercak-bercak berwarna gelap di wajah). bila terkena sinar matahari, bercak semakin gelap. melasma menghilang jika pemakaian pil KB dihentikan,
kanker leher rahim dapat muncul jika pil KB dipakai selama lebih dari 10 tahun, maka wanita pemakai pil KB harus memeriksakan diri Pap smear
minimal 1 kali/tahun ,