sakit 1
daftar isi :
1.aspirasi mekonium
2.artritis reumatoid juvenil
3.asidosis tubular renal atr
4.pasien ibu pengidap infeksi toxoplasmosis
5.pasien ibu penderita infeksi rubella
6.pasien ibu pengidap diabetes melitus
7.pasien ibu pengidap infeksi hepatitis virus b (hbv)
8.pasien ibu pengidap infeksi sifilis
9.pasien ibu pengidap infeksi tuberkulosis paru
10.pasien ibu pengidap infeksi malaria
11. RHABDOMYOSARCOMA
12.BENJOLAN
13.PCOS
1.ASPIRASI MEKONIUM
Sindrom aspirasi mekonium (meconium aspiration syndrome, MAS) disebabkan aspirasi cairan amnion yang mengandung mekonium, Fase obstruksi diikuti dengan tahap inflamasi 12-24 jam sesudahnya
yang mengakibatkan kerusakan lebih lanjut. Aspirasi cairan lain ( cairan amnion atau darah ) mengakibatkan kerusakan yang sama tetapi lebih ringan.
Derajat keparahan MAS berkaitan dengan jumlah mekonium yang teraspirasi dan derajat asfiksia , Hipoksia akut maupun kronik dapat mengakibatkan keluarnya mekonium intrauterin, Mekonium yang teraspirasi memicu hiperekspansi yang disebabkan oleh atelektasis, mekanisme ball-valve, obstruksi jalan napas akut dan peningkatan resistensi jalan napas,
Diagnosa :
pasien bayi meconium aspiration syndrome mengalami tanda postmaturitas, yaitu pewarnaan kuning-hijau pada kulit,kecil masa kehamilan, kuku panjang, kulit terkelupas, mekonium pada cairan ketuban,Konsistensi mekonium bervariasi.
gejala meconium aspiration syndrome bervariasi bergantung pada konsistensi mekonium yang teraspirasi,derajat hipoksia, jumlah mekonium yang teraspirasi,
meski meconium aspiration syndrome dapat terjadi pada mekonium yang hanya sedikit, sebagian besar pasien bayi meconium aspiration syndrome memiliki Obstruksi jalan napas dan riwayat mekonium kental seperti lumpur,
meconium aspiration syndrome dini memicu obstruksi saluran napas,
mekonium kental yang menyumbat memicu Gasping, apnu, Distres pernapasan dan sianosis saluran napas besar.
Mekonium yang teraspirasi hingga ke saluran napas distal tetapi tidak menyebabkan obstruksi total akan memicu distres pernapasan, seperti peningkatan diameter anteroposterior dada, sianosis,takipnu, napas cuping hidung, retraksi interkostal,
Pemeriksaan
Foto toraks menunjukkan hiperinflasi, diafragma mendatar, dan infiltrat kasar/bercak iregular. Dapat terdapat pneumotoraks atau pneumomediastinum.
Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia. Hiperventilasi mengakibatkan alkalosis repiratorik pada kasus ringan, tetapi pada kasus berat akan mengakibatkan asidosis respiratorik,Darah perifer lengkap dan septic work-up untuk mengabaikan infeksi,Ekokardiografi diperlukan apabila terjadi persistent pulmonary hypertension of the newborn (PPHN).
pengobatan
pasien bayi dengan cairan amnion bercampur mekonium di ruang persalinan
Pada penilaian awal sebuah persalinan dengan ketuban bercampur mekonium, dokter anak harus menentukan apakah pasien bayi bugar atau tidak. pasien bayi dikatakan bugar apabila frekuensi denyut jantung >100 kali/menit, bernapas spontan, dan tonus baik (bergerak spontan atau fleksi ekstremitas).
apabila ada distres pernapasan, lakukan laringoskopi direk dan pengisapan intratrakeal (memakai aspirator mekonium). apabila pasien bayi bugar, berikan perawatan rutin tanpa memandang konsistensi mekonium.
pasien bayi yang dilahirkan dengan ketuban bercampur mekonium, sebanyak 20 sampai 30% akan mengalami depresi saat melalui perineum, maka intubasi menggunakan laringoskop dilakukan sebelum usaha napas dimulai, sesudah intubasi, pipa endotrakeal dihubungkan dengan mesin pengisap, ini diulangi hingga trakea bersih atau apabila resusitasi harus dimulai. Visualisasi pita suara tanpa melakukan .pengisapan tidak disarankan karena mekonium masih mungkin berada di bawah pita suara, Ventilasi tekanan positif sebisa mungkin dihindari hingga pengisapan trakea selesai. Kondisi umum pasien bayi tidak boleh diabaikan selama melakukan pengisapan trakea. Pengisapan trakea harus dilakukan dengan cepat dan ventilasi harus segera dimulai sebelum terjadi bradikardi,
Nilai konsistensi mekonium. Kejadian MAS meningkat seiring dengan peningkatan konsistensi mekonium.bahwa harus membersihkan hidung dan orofaring pasien bayi sebelum melahirkan bahu atau dada, tidak disarankan lagi. Jika terdapat mekonium pada cairan ketuban, pasien bayi harus segera diserahkan kepada dokter anak untuk dibersihkan ,
pengobatan meconium aspiration syndrome Koreksi ketidaknormalan metabolik apabila diperlukan. Cairan harus direstriksi untuk mencegah edema serebri dan paru, Walaupun telah dilakukan pengisapan trakea, pasien bayi yang mengalami distres intrapartum masih berisiko mengalami meconium aspiration syndrome dan harus diawasi , Perawatan rutin. Distres memicu ketidaknormalan metabolik seperti hipokalsemia,hipoksia, asidosis, hipoglikemia, pengobatan hipoksemia adalah meningkatkan konsentrasi oksigen inspirasi dengan pemantauan analisis gas darah dan pH, pasien bayi harus mendapat oksigen kuat karena hipoksia berulang mengakibatkan vasokonstriksi .paru dan selanjutnya dapat menyebabkan PPHN,
Pada pasien bayi dengan aspirasi mekonium berat, dapat terjadi obstruksi mekanik saluran napas dan pneumonitis kimia. Atelektasis dan inflamasi yang terus berjalan dan terbentuknya pirau ekstrapulmonar akan memperburuk mismatch ventilasi-perfusi dan memicu hipoksemia berat,
Pulse oxymetri dapat dijadikan pemeriksaan awal untuk mendeteksi PPHN dengan membandingkan saturasi oksigen pada ekstremitas bawah dengan saturasi oksigen pada lengan kanan ,
bila berat perlu inspiratory pressure yang lebih tinggi dibandingkan kasus sindrom gawat napas. Waktu ekspirasi yang cukup harus diberikan untuk mencegah air trapping akibat obstruksi parsial saluran napas.
Ventilasi mekanik terdeteksi apabila terdapat hipoksemia persisten (PaO2 <50 mmHg) atau PaCO2 >60 mmHg ,
pasien bayi dengan meconium aspiration syndrome berat yang tidak
menanggapi ventilator konvensional dan yang mengalami air leak syndrome
mungkin memerlukan high frequency oscillatory ventilator.
Medikamentosa.
Mekonium menghambat aktivitas surfaktan endogen. Terapi surfaktan menurunkan kebutuhan ECMO (extracorporeal membrane oxygenation),meningkatkan oksigenasi, menurunkan komplikasi pulmonal,
Surfaktan tidak rutin diberikan untuk masalah meconium aspiration syndrome tetapi dapat dipertimbangkan untuk masalah berat dan tidak menanggapi terhadap terapi standar
sulit untuk membedakan antara meconium aspiration syndrome dengan pneumonia bakterial hanya berdasarkan foto toraks dan temuan klinis ,
Walaupun beberapa pasien bayi dengan meconium aspiration syndrome juga mengalami infeksi, penggunaan antibiotik spektrum luas terindikasi hanya pada masalah dengan infiltrat pada foto toraks. Kultur darah darus dilakukan untuk mengidentifikasi etiologi dan mengevaluasi keberhasilan terapi antibiotik,
Penggunaan kortikosteroid pada meconium aspiration syndrome tidak disarankan,
Komplikasi
- Pneumotoraks atau pneumomediastinum terjadi pada 10 sampai 20% pasien meconium aspiration syndrome ,Air leak terjadi lebih sering pada pasien bayi yang mendapat ventilasi mekanik. apabila terjadi pneumotoraks, maka harus diobat secepatnya , Hipertensi pulmonal.
PPHN sangat berhubungan dengan meconium aspiration syndrome ,
Ekokadiografi harus dilakukan untuk menentukan derajat keterlibatan paru kanan ke kiri terhadap hipoksemia dan mengeksklusi penyakit jantung bawaan. Pada masalah meconium aspiration syndrome dengan PPHN, dapat dilakukan pemberian vasodilator sistemik seperti magnesium sulfat dengan bantuan inotropik atau inhalasi nitrit oksida untuk mencegah hipotensi.
Sekuele neurologik sering terjadi pada kasus asfiksia berat,
Bronchopulmonary displasia dan penyakit paru kronik adalah akibat
ventilasi mekanik jangka panjang,
Dengan terapi inhalasi nitrit oksida,,ECMO, pemberian surfaktan, high frequency ventilation maka angka mortalitas dapat dikurangi hingga <5%.
pencegahan meconium aspiration syndrome pada tahap pranatal ,yaitu:
-malaria, sifilis, toksoplasmosis atau rubella kemungkinan besar akan mengalami masalah beberapa waktu sesudah lahir, meskipun tampak normal pada waktu lahir. Untuk menghindari semua penyakit di atas perlu dilakukan skrining sebelum dan selama kehamilan.
- Identifikasi kehamilan risiko tinggi yang dapat memicu hipoksia janin dan insufisiensi uteroplasenta yaitu:
Kehamilan post-matur, Ibu dengan preeklampsia atau hipertensi, Ibu dengan penyakit respiratorik atau kardiovaskular kronik, Ibu yang memiliki janin dengan pertumbuhan terhambat,
Amnioinfusion. Larutan salin normal dimasukkan ke dalam rahim lewat serviks pada ibu dengan cairan ketuban bercampur mekonium dan deselerasi laju jantung pasien bayi, pasien bayi lahir dari ibu penderita diabetes mellitus (DM), infeksi hepatitis virus pasien bayi Lahir dari Ibu Bermasalah ,
Pemantauan janin secara ketat, Tanda distres janin, yaitu ketuban bercampur mekonium dengan takikardi janin, deselerasi atau ruptur membran harus diatasi ,
2. ARTRITIS REUMATOID JUVENIL
Artritis reumatoid juvenil (ARJ) adalah penyakit reumatik artritis atau pembengkakan sedikitnya satu sendi yang berlangsung lebih dari 6 minggu pada anak usia kurang dari 16 tahun
dengan gejala sendi teraba hangat, keterbatasan gerak, nyeri tekan atau nyeri ketika bergerak, penyakit ini mudah mengalami remisi, sehingga
pengobatan untuk mencegah kecacatan dan komplikasi sendi,
Patogenesis Artritis reumatoid juvenil didasari mekanisme kompleks sistem kekebalan badan. Banyak faktor etiologi yang memicu gejala Artritis reumatoid juvenil seperti stres,faktor sistem kekebalan badanogenetik,infeksi, autosistem kekebalan badan, trauma, tidak ada pemeriksaan laboratorium untuk Artritis reumatoid juvenil,
Diagnosa Anamnesis:
nafsu makan, berat badan menurun, gangguan tidur di malam hari karena nyeri
nyeri apabila digerakan dan teraba panas, Inflamasi sendi: gerakan sendi terbatas, kekakuan sendi pada pagi hari, perubahan postur badan.
Pada awitan sistemik terdapat demam tinggi intermiten selama 2 minggu atau
lebih,Pembengkakan atau efusi sendi,Gerakan sendi terbatas,
- Tipe awitan sistemik: suhu badan >390C, tanda artritis, dengan gejala seperti ruam reumatoid , kelainan viseral ( serositis, limfadenopati,hepatosplenomegali),
-Tipe awitan poliartritis: artritis lebih dari 4 sendi, biasanya mengenai sendi jari
dan simetris, dapat juga mengenai sendi lutut, pergelangan kaki, dan siku.
- Tipe awitan oligoartritis: tanda artritis terdapat pada 4 sendi atau kurang, sendi
besar lebih sering terkena dan biasanya di area tungkai,
- Pemeriksaan C3 dan komponen hemolitik meningkat pada Artritis reumatoid juvenil aktif,tanda aktivitas penyakit antara lain adalah LED dan CRP yang biasanya meningkat sesuai aktivitas penyakit,
Pemeriksaan darah tepi: anemia ringan/sedang, Hb 7 sampai 10g/dl. Leukositosis dengan predominasi netrofil. Trombositosis pada tipe sistemik berat atau poliartritis sering dipakai sebagai tanda reaktivasi penyakit ini
tanda aktivitas penyakit antara lain adalah LED dan CRP yang biasanya meningkat sesuai aktivitas penyakit,pada ebih dari 2 tahun dapat terlihat erosi tulang persendian dan penyempitan area tulang rawan, Ankilosis ada di area sendi karpal dan tarsal,
Kelainan tulang dapat dideteksi dengan radio imaging, skintigrafi ,
Pencitraan untuk memeriksa kerusakan sendi yang terjadi, Kelainan
radiologis pada sendi: osteoporosis, kadang-kadang dapat terdapat formasi tulang baru periosteal,pembengkakkan jaringan lunak sekitar sendi, pelebaran
ruang sendi,
Pemeriksaan ANA positif terutama pada tipe oligoartritis dengan komplikasi uveitis, lebih sering pada anak perempuan.
- Faktor reumatoid jarang terdapat pada Artritis reumatoid juvenil , tetapi apabila positif biasanya dihubungkan dengan Artritis reumatoid juvenil tipe poliartritis,kondisi fungsional lebih buruk, anak lebih besar, nodul subkutan atau erosi tulang ,
pengobatan
Tujuan pengobatan artritis kronik yaitu mencegah deformitas, mengendalikan inflamasi,meredakan nyeri, mengembalikan fungsi, meminimalisasi efek samping pengobatan, meningkatkan proses tumbuh kembang, rehabilitasi
diberikan obat Naproksen: dosis 10 sampai 15mg/kgberatbadan dibagi dua; diberikan untuk mengendalikan nyeri, kekakuan dan inflamasi pada anak yang tidak menanggapi terhadap asam asetilsalisilat atau sebagai pengobatan inisial,
diberikan obat Analgetik lain: asetaminofen mengendalikan nyeri dan demam sistemik namun tidak boleh diberikan dalam waktu lama karena mengakibatkan kelainan ginjal ,
diberikan Obat anti inflamasi non steroid (AINS): Asam asetil salisilat: dosis 75 sampai 90 mg/kgberatbadan/hari dalam 3 sampai 4 kali pemberian; diberikan 1 sampai 2 tahun hingga gejala klinis menghilang
diberikan obat Kortikosteroid jika terdapat gejala penyakit sistemik, uveitis kronik, atau untuk suntikan intra-artikular,
diberikan Obat antireumatik kerja lambat seperti penisilamin,sulfasalazin,hidroksiklorokuin, preparat emas (oral atau suntikan) yang hanya diberikan untuk poliartritis progresif yang tidak menunjukkan efektifitas dengan AINS. Hidroksiklorokuin dapat berguna sebagai obat tambahan pada anak besar, dosis awal 6 sampai 7mg/kgberatbadan/hari, sesudah 8 minggu diturunkan menjadi 5 mg/kgberatbadan/hari. apabila sesudah 6 bulan pengobatan
tidak diperoleh efektifitas maka hidroksiklorokuin harus dihentikan,
diberikan obat Kortikosteroid intra-artikular pada oligoartritis yang tidak menanggapi dengan AINS atau sebagai terapi pendukung untuk sendi yang sudah mengalami inflamasi dan kontraktur,
diberikan obat prednison 0,25 sampai 1mg/kgberatbadan/hari dosis tunggal (maksimum 40 mg) Untuk sistemik berat yang tidak terkontrol dosis terbagi
pada keadaan yang lebih berat, apabila ada efektifitas klinis maka dosis diturunkan perlahan dan kemudian dihentikan,
diberikan obat Triamsinolon heksasetonid adalah pilihan dengan dosis
20 sampai 40 mg untuk sendi besar,
diberikan obat Kortikosteroid intraartikular juga dapat diberikan pada poliartritis apabila satu atau beberapa sendi tidak menanggapi dengan AINS.
diberikan obat Kombinasi steroid pulse therapy dengan AINS untuk artritis onset sistemik,
diberikan obat hidroksiklorokuin atau garam emas, Dosis inisial 5mg/m2 /minggu; apabila respons tidak ada sesudah 8 minggu, dosis dapat dinaikkan menjadi 10mg/m2/minggu. Lama pengobatan 6 bulan ,
diberikan obat Metilprednisolon dengan dosis 15 sampai 30 mg/kgberatbadan/pulse, diberikan single pulse dengan jarak 1 bulan dengan pulse berikutnya, atau 3 pulse diberikan berurutan dalam 3 hari dalam 1 bulan, atau 3 pulse diberikan secara berselang dalam 1 bulan. Selama pemberian terapi ini dilakukan pengawasan kardiovaskular pengawasan keseimbangan cairan pengawasan elektrolit,sistem kekebalan badan diberikan obat supresan diberikan dalam protokol eksperimental untuk keadaan berat yang mengancam kehidupan , Obat yang dipakai adalah metotreksat,azathioprin, siklofosfamid, klorambusil Yang sering dipakai yaitu metotreksat yang diindikasikan ,untuk poliartritis berat atau gejala sistemik yang tidak membaik dengan AINS, bedah untuk mengatasi kecacatan sendi pendukung, pemantauan efek samping (, gangguan gastrointestinal pada terapi asam salisilat) dan efektivitas pengobatan dengan pemeriksaan laboratorium (LED, CRP),
3.ASIDOSIS TUBULAR RENAL ATR
Asidosis tubulus renal adalah suatu sindrom yang ditandai oleh asidosis metabolik hiperkloremik dengan senjang anion plasma dan fungsi ginjal normal,
Ginjal berfungsi mempertahankan keseimbangan asam basa dengan cara reabsorpsi HC03- dan ekskresi ion H+, mekanisme yang mengatur keseimbangan asam basa yaitu sekresi ion H+ dalam bentuk asam titrasi , amonia di tubulus distal,,reabsorpsi HC03- di tubulus proksimal, produksi amonia di tubulus proksimal, apabila salah satu mekanisme terganggu akan terjadi asidosis,
3 tipe utama ATR yaitu ATR tipe-1 (ATR distal), tipe-2 (ATR proksimal), dan tipe-4 (ATR hiperkalemia)
Tubulus distal yang dibanjiri HCO3- akan meningkatkan reabsorpsi Na+, yang selanjutnya bertukaran dengan K+ menyebabkan hipokalemia.
Kadar HCO3- plasma biasanya berkisar antara 14-20 mEq/L,
ATRp dapat sembuh spontan (self-limiting disorder),
ATRp sekunder akibat sindrom Fanconi dialami anak dibandingkan ATRp familial atau primer sporadik ,
ATR proksimal
ATR proksimal (ATRp) ditandai oleh menurunnya reabsorpsi HCO3 di tubulus proksimal di bawah ambang kemampuan reabsorpsi total HCO3,
Diagnosis
radiologik: umur tulang dapat terlambat Nefrokalsinosis, nefrolitiasis, rikets, osteomalasia, dan hiperkalsiuria jarang pada penderita ATRp karena diagnosa dini dan suplementasi alkali berkesinambungan,
Pemeriksaan senjang anion: SAP (plasma) normal (8-16 mEq/L - rerata 12 mEq/L) dan SAU (urin) negatif ( Cl- > Na+ + K+ ).
SAP = (Na+) - ([Cl-] + [HCO3-]). SAU = (Na+ + K+) – Cl-
Analisa gas darah arteri: asidosis metabolik hiperkloremik dan pH darah 7,20 sampai 7,35 ,Gejala klinis: nonspesifik antara lain gagal tumbuh,anoreksia, muntah, poliuria, kelemahan otot, Perawakan anak dengan ATRp pendek apabila asidosis menahun,
Pemeriksaan serum HCO3- rendah (12-15 mEq/l). K+ normal atau menurun,
Ca++, fosfat, dan vitamin D biasanya normal. LFG biasanya normal,
Terapi
Konfirmasi diagnosis (lihat Pendekatan Diagnosa ATR )
Uji titrasi HCO3-
Uji NH4Cl
diingat bahwa ATRp pada setiap anak dengan gejala gagal tumbuh dengan asidosis metabolik hiperkloremik dan senjang anion plasma normal,
ATRp primer infantil familial biasanya menetap hingga dewasa sehingga perlu
suplementasi alkali berkesinambungan untuk mencegah gagal tumbuh,
ATRp primer infantil sporadik biasanya sembuh dengan bertambahnya usia sehingga kurang berpotensi menganggu tumbuh kembang anak,
Suplementasi alkali diberikan hingga 6 bulan dan perlu pemantauan hingga 2 sampai 3 tahun. Untuk membuktikan penderita ATRp sudah sembuh, perlu diulangi uji titrasi HC03-
Dosis awal HCT 1,5-2 mg/kg/hari diberikan hingga asidosis teratasi, kemudian diturunkan secara bertahap untuk rumatan
Pada asidosis berat perlu tambahan HCT untuk meningkatkan reabsorpsi natrium bikarbonat di tubulus proksimal, merangsang sekresi ion H+ di tubulus distal, dan mengurangi volume cairan ekstraselular,
Suplementasi Natrium laktat atau natrium sitrat atau natrium bikarbonat dosis tinggi 10 sampai 15 mEq/kg/hari dalam dosis terbagi untuk mempertahankan pH serum,
Dosis diturunkan bertahap biasanya hingga 6 bulan apabila nilai ambang reabsorpsi HCO3- tetap normal. ATRp akan membaik sesudah 2 sampai 3 tahun. Kalau perlu uji titrasi HC03- dapat diulangi. Suplementasi alkali efektif untuk normalisasi pertumbuhan,
Tidak perlu diet rendah garam.
ATR hiperkalemik
ATRh primer early childhood dialami pada pasien bayi dibandingkan dengan ATRh sekunder,
ATRh disebabkan oleh defisinsi resistensi tubulus distal terhadap aldosteron (pseudohipoaldosteronisme) atau aldosteron,
ATR tipe 4 (ATR hiperkalemik-ATRh) ditandai dengan hiperkalemia dan asidosis metabolik ,
Diagnosa
Pemeriksaan urin: pH urin <5,5 dalam keadaan asidosis sistemik, ekskresi NH4+ dan K+ berkurang, pCO2 urin normal, ekskresi aldosteron urin normal atau sedikit meningkat, ekskresi bikarbonat apabila kadar plasma rendah berkisar 5 -15% dari total filtrasi HCO3- karena gangguan reabsorpsi HCO3-
Pemeriksaan senjang anion: SAP normal dan SAU positif
Pemeriksaan serum: hiperkalemia dan aktivitas renin plasma meningkat.
Gejala klinis ATRh antara lain muntah, gagal tumbuh, gejala hiperkalemia
asidosis, Gambaran EKG: tanda-tanda hiperkalemia.
Analisis gas darah arterial: asidosis metabolik hiperkloremik,
Terapi
berikan fludrokortison , fluorohidrokortison atau natrium bikarbonat jika darurat untuk koreksi asidosis, mempermudah translokasi K+ intraselular, dan meningkatkan ekskresi K+.
Koreksi hipovolemia untuk menjamin pelepasan NaCl adekuat ke nefron distal,
Berikan furosemid apabila pembatasan K+ diet tidak efektif. Furosemid mengurangi gejala asidosis dan hiperkalemia , pengobatan dibuat berdasarkan gejala dan beratnya hiperkalemia,Pengobatan untuk koreksi ATRh dan penyebab primer , Batasi K+ dietetik dan obat penahan K+.
pasien bayi dengan pseudohipoaldosteronisme primer resisten terhadap
mineralokortikoid eksogen. Pengobatan dengan suplementasi NaCl 3-6 g/hari.
Makin bertambah usia pasien bayi, kebutuhan suplementasi NaCl semakin berkurang dan dapat dihentikan pada umur 2 sampai 4 tahun,
Suplementasi alkali pada ATRh primer early childhood dengan natrium bikarbonat atau natrium sitrat peroral 4-20 mEq/kg/hari.
Dengan pengobatan adekuat, tumbuh kembang normal dapat dicapai dalam waku 6 bulan. Pemberian alkali tidak diperlukan pada umur 5 tahun atau lebih.
Cadangan kardiovaskular pada anak masih normal .sehingga mineralokortikoid dapat dibenarkan bahkan pada penderita anak ATRh ,asimtomatik apabila K+ plasma >5,5 mEq/L. Tidak disarankan penggunaan lama pada insufisiensi ginjal ringan karena memicu retensi garam berlebihan dengan akibat memperburuk fungsi ginjal,hipervolemia, hipertensi,
ATRh primer early childhood yang transien biasanya sembuh pada umur 4 sampai 5 tahun sehingga pengawasan hanya dilakukan hingga umur 5 tahun,
ATRh primer early childhood bersifat transien dan biasanya sembuh pada umur 4 sampai 5 tahun sehingga dengan alkalinisasi kuat, tumbuh kembang anak tidak terganggu.
diagnosa ATR:
alkalis ,Asidosis metabolik, hiperkloremia, SAP normal dan SAU negatif berarti diagnosa banding antara ATRp dan gangguan saluran cerna (diare) atau asupan garam asam berlebihan. Konfirmasi diagnosa ATRp dengan uji titrasi HCO3- dan NH4Cl
Langkah awal evaluasi penderita asidosis metabolik yaitu periksa kadar Cl- serum dan SAP. Diagnosis kerja ATR ditegakkan apabila ada hiperkloremia dan SAP normal,Selanjutnya, periksa analisa gas darah, K+ serum, SAU, dan fungsi tubulus yang lain,Diagnosis ATRp sekunder karena sindrom Fanconi dilakukan apabila terdapat pCO2 tinggi pada urin ,glukosuria, fosfaturia, aminoasiduria, dan hiperurikosuria,
Uji NH4Cl: apabila diberikan 100 mg/kg beratbadan NH4Cl per oral dan pH urin turun <5,4 pada ketika HCO3- plasma turun di bawah nilai ambang ginjal, berarti diagnosa ATRp dilakukan,
Penderita asidosis metabolik dengam hiperkloremia, SAP normal dan SAU positif berarti terjadi gangguan pengasaman urin di tubulus distal dan diagnosa kerja ATRd atau ATRh.
Uji titrasi HC03-: infus natrium bikarbonat atau per oral meningkatkan kadar HCO3- plasma. apabila HCO3- sudah dideteksi di urin (pH urin > 6,5) sebelum tercapai kadar normal plasma, diagnosa ATRp dilakukan
Konfirmasi diagnosa dengan pemeriksaan pH urin:
apabila asidosis berat (HCO3- plasma <18 mEq/l) atau Sesudah uji NH4Cl atau pemberian furosemid (1 mg/kg beratbadan/oral) pada penderita ATR normo-hipokalemia, apabila pH urin < 5,5, diagnosa ATRh
ATR distal
ATR distal (ATRd) ditandai oleh penurunan ekskresi netto ion H+ di tubulus kolektif dan pH urin >5.5. Kelainan asidifikasi ini akan mengurangi ekskresi asam titrasi dan NH4 + dan mencegah ekskresi semua asam diet, sehingga retensi ion H+ tetap berlanjut dan menyebabkan reduksi progresif kadar HCO3
plasma. ATRd bersifat sporadik atau herediter autosom dominan atau resesif dan dapat disebabkan oleh kelainan primer - idiopatik atau sekunder akibat penyakit lain (penyakit autosistem kekebalan badan,penyakit sistemik herediter, ) atau akibat paparan dengan obat tertentu (amfoterisin B).
Diagnosa:
Gejala muntah, dehidrasi, konstipasi, poliuria, gagal tumbuh,gejala hipokaliemia ,polidipsi, batu saluran kemih (nefrokalsinosis),
- ATRd primer permanen atau sindrom Butler-Albright, biasanya sporadik, bersifat kongenital, lebih banyak pada anak perempuan dan sebagian herediter autosom dominan. Gejala poliuria, gagal tumbuh , gejala hipokalemia, Gagal tumbuh sangat jelas pada masa pasien bayi, Hipokalemia ringan hingga berat yaitu kelumpuhan berkala hingga kegawatan akut dengan gejala aritmia jantung, lumpuh layu, muntah, dehidrasi, kolaps sirkulasi, distres pernapasan, dan kesadaran menurun hingga koma, kadang penderita tidak menunjukan asidosis sistemik meskipun ada gangguan asidifikasi urin,
- ATRd primer infantil transien atau sindrom Lightwood ditandai dengan anoreksia, gagal tumbuh pada pasien bayi, muntah, konstipasi, pada pasien bayi lelaki dan sembuh spontan menjelang umur 2 tahun.
Suplementasi alkali memberikan respons dramatis,
Diagnosa:
Kadar fosfat dan Ca++ normal atau rendah. Alkali fosfatase meninggi kalau sudah terjadi osteomalasia aktif,
Pemeriksaan serum: hipokalemia dan hiperkloremia. K+ serum bukan adalah
indikator hipokalemia yang baik apabila terdapat asidemia,
Analisa gas darah arterial:hipobikarbonatemia, asidosis metabolik dan pH darah 6,0 sampai 7,0,
ATRd asimtomatik apabila terdapat ekskresi sitrat urin berkurang dan biasanya baru dapat ditegakkan pada ketika anak berumur 2 tahun,
Kemampuan konsentrasi urin terganggu dengan osmolalitas urin maksimal <450 mOsm/L.
Pemeriksaan pH urin: pH urin tidak dapat diturunkan <6,0 walaupun dalam keadaan asidemia berat.
Pemeriksaan urin: leukosituria, hiperkalsiuria (2 - 10 mg/kg/hari),ekskresi asam titrasi dan NH4+ berkurang, ekskresi fosfat ,K+ meningkat, ekskresi sitrat berkurang, ekskresi Na sedikit meningkat, proteinuria tubular ringan,
Konfimasi diagnosa dengan uji NH4Cl: berikan NH4Cl 100 mg/kg/oral dan periksa pH urin sesudah 3 sampai 6 jam,
diingat bahwa ATRd pada setiap anak dengan gejala gagal tumbuh dengan asidosis metabolik hiperkloremik, SAU positif, dan SAP normal
Pemeriksaan histologi ginjal: pada fase awal gambaran histologik biasanya normal dan tahap lanjut tampak deposit Ca++ di parenkim ginjal, biasanya dengan atrofi tubulus, sklerosis glomerulus,nefritis interstitial kronik, infiltrasi selular,
LFG normal tapi tanpa pengobatan akan menurun progresif.
Pemeriksaan radiologik: nefrokalsinosis pada pasien paling cepat pada pasien bayi umur 1 bulan,
pH urin tetap > 6,0 berarti ATRd. pH urin < 5,5 berarti anak nomal atau ATRp
Terapi
HCT tidak dianjurkan pada penderita ATRd karena memperberat hipokalemia
Pengobatan lebih lama diperlukan pada anak besar yang belum pernah diobati ,
Suplementasi alkali hingga tercapai tumbuh kembang normal,
Dosis alkali dikurangi secara progresif hingga 2-3 mEq/kg/hari hingga umur 6 tahun, diteruskan dengan dosis rumatan 1-2 mEq/kg/hari.
Natrium atau kalium bikarbonat atau Na-K sitrat, 1- 3 mEq/kg/hari hingga 10 mEq/ kg/hari selama tahun pertama,, Dosis alkali disesuaikan dengan pH darah dan ekskresi kalsium urin yang harus dipertahankan <2 mg/kg beratbadan /hari.
Suplementasi alkali diberikan seumur hidup karena ATRd tidak sembuh
apabila sesudah pemberian natrium atau kalium bikarbonat terjadi gangguan saluran cerna seperti sendawa ,kembung maka diganti kalium sitrat atau
dengan natrium , Sitrat cepat memperbaiki hipositraturia.Suplementasi K+ tanpa memandang kadar K+ plasma diberikan sebelum koreksi asidosis karena hipokalemia berat mengganggu otot jantung dan otot pernapasan yang membahayakan ,
dilakukan pengawasan secara berkala hingga remaja sebab alkalinisasi diberikan seumur hidup,
Penderita ATRd primer persisten mengalami gagal tumbuh sehingga perlu
alkalinisasi seumur hidup
Tumbuh kembang penderita ATRd primer infantil transien biasanya tidak terganggu jika alkalinisasi kuat; penderita sembuh di umur 2 tahun,
FOTO asidosis tubular renal semua
bayi lahir dari ibu yang sakit
Bayi lahir dari ibu penderita sifilis, rubella, toksoplasmosis,diabetes mellitus ,
infeksi hepatitis virus B, tuberkulosis, malaria, kemungkinan akan mengalami masalah setelah lahir, meskipun tampak normal saat lahir,untuk
menghindari semua penyakit di atas perlu dilakukan skrining sebelum dan selama kehamilan,
4.PASIEN IBU PENGIDAP INFEKSI TOXOPLASMOSIS
Penularan infeksi dari ibu ke pasien bayi dapat secara pervaginam atau parenteral ,Jika infeksi didapat dari ibu pada trimester pertama, sekitar 17%
janin terinfeksi dan biasanya berat. Jika infeksi didapat pada trimester ke3, sekitar 65% janin terinfeksi dan keterlibatannya ringan atau asimptomatik pada ketika lahir, yang terjadi apabila pasien bayi terinfeksi secara kongenital antara lain prematuritas (25 sampai 50%), hidrops fetalis, kematian perinatal,parut retina perifer, ikterus menetap, trombositopenia ringan, pleositosis cairan serebrospinal, eritroblastosis, trias tanda-tanda klasik (kalsifikasi otak,korioretinitis, hidrosefalus),
Diagnosa
gejala pada toxoplasmosis kongenital mulai tampak pada usia 3 bulan ke atas,
a. gejala Neurologis,antaralain : ketidakstabilan
pengaturan suhu, ensefalitis hidrosefalus obstruktif,mikrosefali, bertambahnya lingkar kepala tidak sebanding dengan parameter pertumbuhan yang lain, kejang opistotonus, paralisis, sulit menelan, retardasi pertumbuhan intrauterin,
gangguan pernapasan, tuli,
b. gejala Oftalmologis, antaralain : korioretinitis yang memicu gangguan
penglihatan dan baru timbul pada usia beberapa tahun , strabismus, nistagmus, katarak, mikrkornea, retinitis fokal nekrotising, vitreitis,skleritis, uveitis, skar korioretinal, ptisis(destruksi bola mata), atrofi optik, retinal detachment, iritis,
Penderita juga dapat menderita korioretinitis dan retinopathy of prematurity
sekaligus,
Gejala , antara lain: hipogamaglobulinemia, sindrom nefrotik, hepatosplenomegali, hiperbilirubinemia persisten, trombositopenia, limfadenopathy, anemia,
Gejala dan tanda yang timbul sebelum terdiagnossa atau selama menderita toxoplasmosis
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan toksoplasmosis kongenital
PCR dapat mendeteksi T.gondii pada buffy coat darah tepi, cairan amnion atau cairan serebrospinal untuk menentukan banyaknya DNA parasit yang muncul di awal kehamilan. Sensitifitas PCR pada kehamilan 17 sampai 21 minggu (>90%)
Immunosorbant Agglutination Assay (ISAGA) (IgM, IgA, IgE) sensitifitas sekitar 75 sampai 80%.,Double Sandwich Enzyme Immusorbant Assay (ELISA) (IgM, IgA, IgE),,Indirect Fluorescent Antibody (IFA IgG, IgM) sensitifitas 25 sampai 50%
Tes Sabin Feldman (IgG),
CT Scan
mendeteksi adanya kalsifikasi di periventrikel dan basal ganglia,, hidrosefalus
yang mungkin terjadi pada minggu pertama kehidupan, dan atau adanya atrofi
korteks.
Pemeriksaan patologi
terdapatnya takizoit atau kista di jaringan atau cairan badan.
Laboratorium
Serum Glucose-6-Phosphate-Dehydrogenase (G6PD) sebelum pemberian
sulfadiazinUrinalisis dan kreatininCairan serebrospinal: xantokrom, mononuklear pleositosis, protein meningkat. Leukositosis/leukopeni. Awalnya limfositopenia atau monositosis. Eosinofilia (>30%), trombositopenia,Fungsi hati, PCR lebih baik dalam mendeteksi parasit pada cairan serebrospinal.
pengobatan
ibu terinfeksi selama kehamilan tidak mengakibatkan gejala dan tidak terdeteksi tanpa skrining antibodi.
a. Infeksi pada neonatus guna memperbaiki gejala akut dan outcome.
Asam folat 10 mg, 3x/minggu hingga 1 minggu sesudah pemberian pirimetamin berhenti., berguna untuk mencegah supresi sumsum tulang.
Sulfadiazin 50 mg/kgberatbadan/12jam hingga usia 1tahun.
Efek samping supresi sumsum tulang, kristaluria, hematuri dan/atau hipersensitif, diganti oleh atovaquon,klindamisin atau azitromisin
Pirimetamin 1 mg/kgberatbadan/12 jam selama 2 hari diteruskan tiap hari hingga usia 2-6 bulan, dan 3x/minggu hingga usia 1 tahun. Efek samping yaitu supresi sumsum tulang terutama kejang, tremor , gangguan saluran cerna dan netropenia adalah inhibitor reduktase dihidrofolat,
pasien bayi dari ibu yang terinfeksi HIV dan T.gondii dapat diberikan terapi bersama antiretroviral seperti zidovudin,
Shunt ventrikel pada hidrosefalus,
Pemberian prednison memerlukan tappering off dan dihentikan ketika gejala membaik,Prednison 0,5 mg/kgberatbadan/12jam diberikan pada infeksi susunan saraf pusat yang aktif (protein >1g/dL), korioretinitis aktif, penglihatan
b.Terapi untuk mencegah terjadinya kerusakan otak dan kelainan retina dalam uterus yang ireversibel.
Diagnosa prenatal dapat menggunakan PCR cairan amnion, sedangkan USG
kepala untuk mendeteksi adanya dilatasi ventrikel.
Spiramisin diberikan pada kehamilan <18 minggu hingga aterm.
asam folat, Pirimetamin, sulfadiazin diberikan pada kehamilan >18 minggu. Jika infeksi fetus terjadi pada kehamilan <17 minggu hanya diberikan sulfadiazin saja hingga sesudah trimester pertama, oleh karena pirimetamin mempengaruhi organogensis. sesudah pengobatan diberikan pada ibu, diagnosa pada pasien bayi menjadi sulit , serologis menjadi samar,
Pencegahan
Kelainan pada mata yang paling sering pada toksoplasmosis kongenital maka perlu dilakukan pemeriksaan setiap 3 bulan hingga 18 bulan dan setahun sekali. Dengan pengobatan yang baik, korioretinitis membaik sesudah 1 sampai 2minggu dan tidak relaps.
Pemeriksaan toksoplasmosis kongenital
a. Laboratorium
Serum Glucose-6-Phosphate-Dehydrogenase (G6PD) sebelum pemberian
sulfadiazinUrinalisis dan kreatininCairan serebrospinal: xantokrom, mononuklear pleositosis, protein meningkat. PCR lebih baik dalam mendeteksi parasit pada cairan serebrospinal, Leukositosis/leukopeni, pada mulanya monositosis atau limfositopenia ,.Eosinofilia >30%, trombositopenia,
Fungsi hati
b. CT Scan
mendeteksi kalsifikasi di basal ganglia dan periventrikel , hidrosefalus
mungkin terjadi pada minggu pertama kehidupan, dan atau adanya atrofi
korteks,
c. Pemeriksaan patologi
adanya takizoit atau kista di jaringan atau cairan tubuh,
d. PCR dapat mendeteksi T.gondii pada buffy coat darah tepi, cairan serebrospinal atau .cairan amnion untuk menentukan banyaknya DNA parasit yang muncul di awal kehamilan, Sensitifitas PCR pada kehamilan 17 sampai 21 minggu >90%
b.Serologis
Immunosorbant Agglutination Assay (ISAGA) (IgM, IgA, IgE) sensitifitas 75 sampai 80%,Double Sandwich Enzyme Immusorbant Assay (ELISA) (IgM, IgA, IgE), Tes Sabin Feldman (IgG)
, Indirect Fluorescent Antibody (IFA IgG, IgM) sensitifitas 25 sampai 50%
pengobatan :
90% ibu terinfeksi selama kehamilan tidak menimbulkan gejala dan
tidak terdiagnosa tanpa skrining antibodi.
Infeksi pada neonatus guna memperbaiki gejala akut dan outcome.
Prednison 0,5 mg/kg.beratbadan /12jam diberikan pada infeksi susunan saraf pusat yang aktif (protein >1g/dL), korioretinitis aktif, penglihatan
Pemberian prednison memerlukan tappering off dan dihentikan ketika gejala membaik.
Pirimetamin 1 mg/kg beratbadan /12 jam selama 2 hari dilanjutkan tiap hari sampai usia 2 sampai 6 bulan, dan 3x/minggu sampai usia 1 tahun.
Sulfadiazin 50 mg/kg berat badan /12jam sampai usia 1tahun. Efek samping supresi hipersensitif sumsum tulang, kristaluria, hematuri diganti dengan atovaquon, klindamisin.atau azitromisin,
Asam folat 10 mg, 3x/minggu sampai 1 minggu setelah pemberian pirimetamin
berhenti., berguna untuk mencegah supresi sumsum tulang.
Efek samping supresi sumsum tulang
terutama gangguan saluran cerna, netropenia, kejang, tremor , Merupakan
inhibitor reduktase dihidrofolat, Shunt ventrikel pada hidrosefalus,
Bayi dari ibu yang terinfeksi HIV dan T.gondii diberikan terapi bersama
antiretroviral seperti zidovudin,Terapi untuk mencegah terjadinya kerusakan otak dan kelainan retina dalam uterus yang ireversibel,Setelah pengobatan diberikan pada ibu, diagnosa pada bayi menjadi sulit karena klinis dan serologis menjadi samar,
Jika infeksi fetus terjadi pada kehamilan <17 minggu maka diberikan sulfadiazin saja sampai setelah trimester pertama, oleh karena pirimetamin mempengaruhi organogensis,Spiramisin diberikan pada kehamilan <18 minggu sampai aterm, sulfadiazin, asam folat dan Pirimetamin diberikan pada kehamilan >18 minggu.
Diagnosa prenatal dapat menggunakan PCR cairan amnion, USG
kepala untuk mendeteksi adanya dilatasi ventrikel,
Pencegahan :
Kelainan pada mata pada toksoplasmosis kongenital perlu
dilakukan pemeriksaan setiap 3 bulan sampai 18 bulan juga setahun sekali,
Dengan pengobatan yang baik, korioretinitis sembuh setelah 1 sampai 2minggu dan tidak .relaps,
5.PASIEN IBU PENDERITA INFEKSI RUBELLA
infeksi rubella maternal pada kehamilan 12 minggu pertama akan menimbulkan infeksi pada fetus sekitar 81%, sekitar 54% pada kehamilan 13 sampai 16 minggu, 36% pada kehamilan ,17 sampai 22 minggu, dan seterusnya ini akan semakin menurun seiring bertambahnya usia
kehamilan. transmisi fetomaternal pada kehamilan 10 minggu pertama memicu kelainan jantung dan tuli sebanyak 100% pada fetus yang terinfeksi,
pengobatan :
tidak ada terapi spesifik untuk ibu atau infeksi rubella kongenital karena lebih dari setengah neonatus dengan rubella kongenital asimptomatik pada saat lahir,
pencegahan:
imunisasi,
pemeriksaan laboratorium
antenatal
vkm
postnatal
isolasi virus rubella di urin, orofaring dan deteksi IgM spesifik Rubella
pada darah
neonatus atau umbilikus,
IgM spesifik dari darah fetus yang diperoleh secara PUBS dan antigen rubella dari biopsi
spesimen vili horialis,
Diagnosa Sindrom Rubella Congenital:
Kelainan jantung kongenital ( stenosis a.pulmonalis,patent ductus arteriosus)
,Katarak,Tuli sensorineural
Kelainan lain,antaralain :
Kelainan yang jarang terjadi yaitu ketidaknormalan tiroid, kriptorkismus,
penyakit ginjal polikistik,miokarditis, glaukoma, mikrosefali, panensefalitis,
progresif kronis, hepatitis, anemia, hipogamaglobulinemia, IUGR,Pada gambaran radiologi tampak tulang lusen,DM,Hepatosplenomegali
,Retinopati,Mikroftalmia,Meningoensefalitis,ketidaknormalan elektroensefalograf,Trombositopenia purpura,Hipotonia, ketidaknormalan dermatoglyphic,
6.PASIEN IBU PENGIDAP DIABETES MELITUS
muncul Masalah pada pasien bayi yang lahir dari ibu dengan gangguan ginjal, jantung, atau mata,pasien bayi yang dilahirkan dari ibu penderita diabetes melitus berisiko mengalami masalah pada ketika lahir yaitu makrosomia,gangguan maturitas paru, berat lahir besar untuk masa kehamilan (BMK) apabila disertai dengan penyakit vaskular akan mengalami berat lahir kecil untuk masa kehamilan (KMK).
Diagnosa Anamnesa
Pengamatan pada IDM (infants of diabetic mothers) di ruang resusitasi:
Malformasi kongenital,Bukti adanya makrosomia,Hipoglikemia dengan tanda letargi, tidak mau minum, apnea atau kejang dalam 6 sampai 12 jam sesudah lahir. Kejang yang timbul sesudah usia 12 jam kemungkinan diakibatkan oleh hipomagnesemia atau hipokalsemia ,Distres respirasi akibat imaturitas paru,
Asfiksia,Trauma lahir,
pengobatan
- apabila pasien bayi berusia kurang dari 3 hari, amati hingga usia 3 hari:
Periksa kadar glukosa , Ketika pasien bayi datang atau pada usia 3 jam,3 jam sesudah pemeriksaan pertama, kemudian ulangi tiap 6 jam selama 24
jam atau hingga kadar glukosa dalam batas normal sesudah 2 kali pemeriksaan
berturut-turut,
- disarankan ibu untuk menyusui lebih sering, paling tidak 8 kali sehari siang dan malam,
-pasien bayi lahir dari ibu penderita diabetes mellitus, berisiko untuk mengalami hipoglikemia pada 3 hari pertama sesudah lahir, walaupun pasien bayi sudah dapat minum dengan baik.
- apabila kadar glukosa ≤45 mg/dL atau pasien bayi menunjukkan tanda hipoglikemia (tremor atau letargi), tangani untuk hipoglikemia (lihat SPM hipoglikemia),
- apabila tidak ada tanda hipoglikemia atau masalah lain dan pasien bayi dapat
minum dengan baik, pulangkan pasien bayi pada hari ke3,
Pencegahan
Pencegahan komplikasi yang berat pada janin maupun pasien bayi pada masa neonatal dilakukan dengan penanganan pada ibu selama hamil seperti :
mengendalikan kadar gula dengan terapi diet, apabila tidak berhasil dengan insulin, melakukan kontrol rutin ,Pemeriksaan pada trimester pertama, kedua, dan ke3
Pemeriksaan laboratorium
- Kadar bilirubin serum diperiksa apabila ada indikasi tanda ikterus.
- Hemoglobin/hematokrit diperiksa pada usia 4 dan 24 jam
- Kadar glukosa serum dengan dextrotix sesudah lahir dan selanjutnya sesuai prosedur pemeriksaan kadar glukosa darah. apabila kadarnya <40 mg/dL, maka dilakukan pemeriksaan ulang kadar glukosa serum.Kadar kalsium serum diperiksa pada usia 6, 24 dan 48 jam. apabila kadar rendah, periksa juga kadar magnesium karena mungkin menurun,
- Pemeriksaan laboratorium lain seperti analisa gas darah, hitung jenis leukosit, dan kultur diperiksa sesuai indikasi.
- ekokardografi,Radiologi, EKG sesuai indikasi,
7.PASIEN IBU PENGIDAP INFEKSI HEPATITIS VIRUS B (HBV)
pasien bayi yang dilahirkan dari ibu penderita Hepatitis B biasanya asimptomatis, jarang disertai gejala sakit. perpindahan virus hepatitis B (HB) dari ibu penderita terjadi ketika lahir karena paparan darah ibu, melalui fekal oral (sangat jarang) dan ASI,apabila ibu terbukti menderita hepatitis akut pada kehamilan trimester pertama dan kedua, risiko penularan pada pasien bayinya kecil karena antigen dalam darah sudah negatif pada kehamilan cukup bulan dan antiHBs sudah muncul, apabila ibu
terinfeksi virus HB pada kehamilan trimester akhir, kemungkinan pasien bayi akan tertular adalah 50 sampai 70%. risiko tersebut dapat minimal apabila pasien bayi diberikan HBIG dan vaksin hepatitis B,
Diagnosa Anamnesis:
infeksi hepatitis B banyak yang tidak bergejala, Gejala nya mirip dengan infeksi hepatitis A dan C tetapi mungkin lebih berat dan lebih mencakup keterlibatan kulit dan sendi, Gejala malaise, letargi dan anoreksia ,
Gejala seperti artralgia atau lesi kulit berupa akrodermatitis papular, sindrom Gianotti-Crosti,urtikaria, ruam purpura dan makulopapular,
Pemeriksaan :
Limfadenopati,Ikterus timbul sesudah 6 sampai 8 minggu, Hepatosplenomegali,
pengobatan :
Ibu yang menderita hepatitis akut selama hamil atau HBsAg positif dapat menularkan hepatitis B pada pasien bayinya, maka diperlukan pencegahan dengan:
berikan sistem kekebalan badan oglobulin hepatitis B (HBIG) 200 IU
(0,5 mL) IM disuntikkan pada paha sisi yang lainnya, dalam waktu 24 jam sesudah lahir (paling lambat 48 jam sesudah lahir).
Berikan dosis awal vaksin hepatitis B 0,5 mL IM dalam 12 jam sesudah lahir diteruskan dosis ke-2 dan ke-3 pada usia 1 dan 6 bulan,
jika pasien bayi menderita hepatitis B kongenital dapat diberikan etanercept ,lamivudin, tenofovir, atau adefovir,
Pada pasien bayi yang dilahirkan dari ibu penderita hepatitis B dan tidak mendapatkan penanganan maka perlu dilakukan pemeriksaan:
Anti HBs untuk melihat tingkat kekebalan pasien bayi; apabila positif pasien bayi telah mendapat kekebalan dan terlindung dari infeksi
HBsAg pada 1 sampai 2 bulan sesudah lahir; apabila positif perlu penanganan lebih lanjut, rujuk ke suberatbadanagian hepatologi.
pencegahan terhadap infeksi HB neonatal yaitu dengan memberikan
sistem kekebalan badan oprofilaksis,
Pemeriksaan laboratorium:
- Bukti pertama infeksi HBV adalah kenaikan serum ALT, yang mulai naik sebelum ada gejala, sekitar 6 sampai 7 minggu sesudah pemajanan,
Periksa kadar HBsAg dan IgM anti-HBc. Kadar antigen akan terdeteksi dalam darah pasien bayi pada usia 6 bulan, dengan kadar puncak pada usia 3 sampai 4 bulan. Jangan ambil darah umbilikal karena
adanya kemungkinan antigen noninfeksius dari darah ibu terkontaminasi dengan darah ibu yang mengandung antigen positif atau sekresi vagina,
8.PASIEN IBU PENGIDAP INFEKSI SIFILIS
transmisi infeksi sifilis ke janin terjadi pada 2 trimester akhir, tetapi kuman spirokhaeta dapat menembus plasenta setiap saat selama kehamilan, Diagnosa
.Sifilis kongenital mengakibatkan manifestasi klinis ketika berusia 3 bulan kehidupan,Gejalanya,antaralain:
ketidaknormalan SSP atau oftalmologi, Erb’s palsy atipik,Watery nasal discharge (rinitis persisten),Anemia,Pneumonia,Ikterus,Hepatosplenomegali, ketidaknormalan rangka pseudoparalisis,osteokondritis, periostitis,
Lesi kulit dan mukokutan ruam terutama di telapak tangan dan kaki
Pemeriksaan :
pemeriksaan dan uji serologis (VDRL) segera sesudah lahir pada setiap
pasien bayi yang dilahirkan ibu dengan hasil seropositif ,antaralain:
Diobati tetapi belum sembuh,Tidak terjadi penurunan titer treponema sesudah pengobatan,Diobati dengan obat selain penisilin,Tidak diobati atau tidak punya catatan pengobatan ,Diobati selama kehamilan trimester akhir,
Pemeriksaan fisik:
Sensitivitas 75% pada sifilis primer, mendekati 100% pada sifilis sekunder, dan
75% untuk sifilis tersier atau laten, terdapatnya pleiositosis dan peningkatan protein,FTA-ABS 19S Ig M test, PCR (polymerase chain reaction) untuk mendeteksi adanya T. pallidum,
- Nontreponemal test (4x/> dari titer ibu) berupa RPR (rapid plasma reagin), ART (automated reagin test),,VDRL dan (the veneral disease research laboratory), Treponemal test seperti FTA-ABS (the fluorescent treponemal antibody absorption test)
Pemeriksaan cairan likuor otak untuk mengetahui adanya neurosifilis.
Pencegahan :
pemeriksaan serologis pada pasien ibu hamil yang mempunyai faktor risiko tinggi riwayat sudah pernah mengalami infeksi sebelumnya, riwayat sudah pernah mengalami infeksi HIV ,pelaku seks komersial, sering berganti pasangan, pecandu obat-obatan, Berikan pengobatan terhadap pasien ibu hamil yang terinfeksi untuk mencegah terjadinya sifilis kongenital,
Patofisiologi sifilis (masa inkubasi 3 minggu)
a. Sifilis kongenital
saat lahir tidak mengakibatkan gejala, tetapi tanda muncul sesudah usia 3 bulan, Gejala pada sifilis kongenital awal ,gejala lanjut terjadi sesudah 2 tahun yaitu neurosifilis, tuli saraf ,keratitis interstitial, perubahan tulang (hutchinson teeth,saddle nose,frontal bossing, high palatal arch, maksila pendek),
b. Sifilis didapat
Sifilis laten
Tidak ada gejala akan tetapi terdapat bukti serologis adanya infeksi.
Sifilis primer Timbul 1/> chancre (indurasi,ulkus tidak sakit)
Sifilis tersier
Timbul 4 sampai 12 tahun kemudian sesudah sifilis sekunder, dapat berupa gumma pada kulit, tulang, atau organ dalam,
Sifilis sekunder Terjadi sesudah 3 sampai 6 minggu. Terjadi plak membran mukosa, ruam polimorfik pada telapak tangan dan kaki, kondiloma lata, alopesia, sakit tenggorokan, demam, sakit kepala, limfadenopati difus, mialgia, artralgia,
Neurosifilis
gejala dini antara lain: penyakit neurovaskular dan meningitis lanjut yaitu kejang,demensia, tabes dorsalis, .
pengobatan
Ibu dengan infeksi sifilis
apabila hasil uji serologis pada ibu positif dan sudah diobati dengan penisilin 2,4 juta unit dimulai sejak 30 hari sebelum melahirkan, pasien bayi tidak perlu diobati, apabila ibu tidak diobati atau diobati secara tidak adekuat atau tidak diketahui status pengobatannya, maka:
beri ibu dan ayahnya benzatine penisilin 2,4 juta unit IM dibagi dalam dua suntikan pada tempat yang berbeda,
beri pasien bayi aqueous crystalline penicillin G 50.000 U/kg/dosis IM/IV tiap 12 jam selama ,7 hari pertama usia kehidupannya, diteruskan tiap 8 jam hingga 10-14 hari.; atau aqueous procaine penicillin G 50.000 U/kg IM dosis tunggal selama 10 sampai 14 hari.
pengawasan :
pemeriksaan rutin pertumbuhan pasien bayi dan tanda-tanda sifilis kongenital pada pasien bayi berusia 1, 2, 4, 6, dan 12 bulan.
Lakukan follow-up sesudah terapi ketika pasien bayi berusia 3, 6, dan 12 bulan hingga pemeriksaan serologi nonreaktif dan titer VDRL turun.
berikan terapi untuk sifilis kongenital jika ada tanda-tanda sifilis kongenital pada pasien bayi seperti kondiloma di anus, rinitis, hidrops fetalis/hepatosplenomegali ,edema, ruam kulit, lepuh di telapak
tangan/kaki,
9.PASIEN IBU PENGIDAP INFEKSI TUBERKULOSIS PARU
tuberkulosis kongenital jarang terjadi, faktor yang memicu peningkatan tuberkulosis pada anak dan dewasa muda yaitu epidemi HIV (human immunodeficiency virus), terjadinya penurunan pelayanan kesehatan ,terjadi multidrug-resistant tuberkulosis, imigrasi dari area yang risiko tinggi terjadi tuberkulosis ke area yang risiko rendah, peningkatan transmisi terutama pada fasilitas kesehatan, pasien ibu hamil dengan infeksi tuberkulosis pada paru saja tidak akan menularkannya ke janin hingga pasien bayi lahir. Mekanisme infeksi intrauterin dapat melalui beberapa cara yaitu penyebaran secara aspirasi cairan amnion yang terinfeksi tuberkulosis kongenital, secara hematogen melalui vena umbilikalis , transmisi melalui proses persalinan tuberkulosis natal , tuberkulosis pascanatal terjadi akibat penularan secara droplet.
Diagnosa Anamnesa
tuberkulosis kongenital adalah tuberkulosis yang terjadi pada pasien bayi berusia 1 sampai 84 hari, tuberkulosis kongenital baru akan mengakibatkan gejala pada usia 2 sampai 3 minggu,seperti : Distensi abdomen,Iritabel,,Letargi ,
Gagal tumbuh, Demam ,
Pemeriksaan :
Distres respirasi,Hepatosplenomegali,Berat badan menurun,Pembesaran kelenjar,Ear discharge,Apnea,Ikterus,Berat badan lahir rendah, prematur,Tanda-tanda pada sistem saraf pusat,
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan plasenta PA, mikrobiologis-BTA dan perkembang biakan tuberkulosis ,
jika bersifat asimtomatik atau dengan gejala minimal,Pada pasien bayi yang dicurigai menderita terinfeksi tuberkulosis perinatal atau tuberkulosis kongenital perlu test tuberkulin PPD meskipun hasilnya bisa negatif kecuali kalau infeksi sudah berlangsung selama 4 sampai 6 bulan,
apabila terdapat hepatomegali, lakukan pemeriksaan USG abdomen,
jika ada lesi di hati lakukan biopsi hati, apabila selama evaluasi klinis terdapat lesi kulit , ear discharge, limfadenopati lakukan pemeriksaan mikrobiologis dan atau PA, apabila pasien bayi terbukti menderita tuberkulosis kongenital, lakukan penanganan sebagai tuberkulosis kongenital , Pemeriksaan BTA (basil tahan asam) pada cairan lambung, Lumbal pungsi apabila indikasi ke arah meningitis tuberkulosis atau tuberkulosis milier , Foto dada, menunjukan adanya adenopati atau infiltrat atau berupa bentuk milier.
Pencegahan TB neonatal:
mengobati pasien ibu hamil sedini mungkin, dilakukan uji tuberkulin pada semua pasien ibu hamil yang dicurigai kontak dengan penderita, pasien ibu hamil dengan gastrektomi,HIV positif, diabetes atau ibu yang bekerja di lingkungan dengan kemungkinan penularan cukup tinggi,
pengobatan
apabila ibu tidak mengalami infeksi aktif, sedang dalam pengobatan, hasil pemeriksaan sputum negatif dan hasil foto dada stabil:
Foto ulang ibu pada 3 dan 6 bulan sesudah melahirkan, dan yakinkan ibu tetap minum obat,Periksa anggota keluarga , pasien bayi diperiksa tes tuberkulin PPD pada usia 4 bulan; apabila hasilnya negatif, sputum ibu negatif, dan anggota keluarga lain tidak terinfeksi, hentikan pemberian INH, Ulang pemeriksaan tuberkulin PPD pada usia 6,9, dan 12 bulan apabila ibu mendapat pengobatan , Periksa foto dada ulang ibu pada 3 dan 6 bulan sesudah melahirkan karena ada kemungkinan terjadi eksaserbasi, Lakukan pemeriksaan ulang tes tuberkulin PPD setiap 3 bulan selama 1 tahun, sesudah
itu evaluasi tiap tahun, INH tidak perlu diberikan pada pasien bayi.
Periksa anggota keluarga ,
bila ibu baru terdeteksi sesudah melahirkan atau belum diobati
Semua anggota keluarga harus diperiksa kemungkinan terinfeksi, pasien bayi diperiksa foto dada dan tes PPD pada usia 4 sampai 6 minggu,Ulang tes PPD pada usia 4 bulan dan 6 bulan, apabila hasil tes negatif pada usia 4 bulan dan tidak ada infeksi aktif di seluruh anggota keluarga; pemberian INH dapat dihentikan, pemberian ASI dapat diteruskan,
apabila ibu menderita tuberkulosis paru aktif dan mendapat pengobatan kurang dari 2 bulan sebelum melahirkan, atau didiagnosa menderita tuberkulosis sesudah melahirkan,maka:
Beri profilaksis isoniazid (INH) 5 mg/kg sekali sehari peroral,Jangan diberi vaksin BCG segera sesudah lahir, Pada usia 8 minggu lakukan evaluasi kembali, catat berat badan dan lakukan tes Mantoux dan pemeriksaan radiologi apabila memungkinkan:
apabila keadaan pasien bayi baik dan hasil tes negatif, lanjutkan terapi pencegahan dengan INH selama 6 bulan, apabila tuberkulosis aktif, berikan pengobatan anti-tuberkulosis lengkap ,Kortikosteroid diberikan apabila terdapat meningitis tuberkulosis, jika terjadi resisten multiobat (MDR=multidrug resistant) berikan 4 macam obat selama 12 sampai 18 bulan.
Tunda pemberian vaksin BCG hingga 2 minggu sesudah pengobatan selesai. apabila vaksin BCG sudah diberikan, ulang pemberiannya 2 minggu sesudah pengobatan INH selesai, tiap 2 minggu untuk menilai kenaikan berat pasien bayi.
10.PASIEN IBU PENGIDAP INFEKSI MALARIA
infeksi Plasmodium falsiparum selama kehamilan memicu gangguan pertumbuhan intrauterin, pasien bayi berat lahir rendah (beratbadanLR), anemia pasien ibu hamil, abortus, lahir mati, kelahiran prematur,
Diagnosa Anamnesa
Gejala sianosis , kehilangan kesadaran,demam dan anemia, kuning, tidak mau minum, lemas, sianosis , Riwayat ibu menderita malaria,
Pemeriksaan Hepatosplenomegali dan Ikterus
Pemeriksaan Laboratorium:
Cari tanda-tanda malaria kongenital (masalah minum ,muntah, ikterus, hepatosplenomegali, anemia, demam ); meskipun kenyataannya sulit dibedakan dengan gejala malaria ,pada setiap pasien bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita atau dicurigai menderita malaria- IgM dan PCR,
Periksa apusan darah tipis untuk menemukan jenis Plasmodium falsiparum ,
Pemeriksaan darah seperti trombosit, bilirubin,hematokrit, leukosit,
pengawasan
setiap 2 minggu dalam 8 minggu untuk memeriksa pertumbuhan pasien bayi
Pencegahan komplikasi terhadap janin akibat infeksi malaria selama hamil adalah memberikan pengobatan intermiten sulfadoksin-pirimetamin
minimal 2 kali selama hamil,
pengobatan:
Pada area yang resisten klorokuin, ada terapi baru oleh WHO yaitu ACT (artemisin dan combination therapy) misalnya: pemberian artemisin dan primakuin (usia >1 tahun) pada Plasmodium falciparum,atau dapat .dipakai artemisin (25 mg/kg pada hari pertama dan 12,5 mg/kg pada hari ke2-3)
dengan meflokuin (15 mg/kg dosis tunggal pada hari kedua)
pasien bayi yang lahir dari ibu dengan malaria dapat mengalami hepatosplenomegali, ikterus, anemia,kelahiran prematur, berat lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, demam, masalah minum, iritabilitas,
Periksa apusan darah tipis terutama untuk plasmodium falsiparum, apabila:
hasil positif, obati dengan anti-malaria,hasil negatif, tidak perlu pengobatan
pasien ibu hamil yang menderita malaria, pasien bayinya berisiko menderita malaria kongenital,
obat klorokuin basa (dosis maksimal 25 mg/kg) pada hari pertama 10 mg/kgberatbadan per oral, diteruskan 5 mg/kgberatbadan 6 jam kemudian, selanjutnya hari ke-2 dan ke-3 masing�masing 5 mg/kgberatbadan untuk Plasmodium malariae,,Plasmodium vivax, Plasmodium ovale,
untuk Plasmodium falciparum yang cenderung resisten terhadap klorokuin dipakai quinine 10 mg/kg beratbadan per oral tiap 8 jam selama 8 hari ditambah dengan klindamisin 20 sampai 40 mg/kgberatbadan/hari dibagi 3 selama 5 hari, Jangan memberi kina pada pasien bayi di bawah usia 4 bulan, karena dapat mengakibatkan hipotensi,
RHABDOMYOSARCOMA
Rhabdomyosarcoma yaitu kanker langka yang terbentuk di jaringan lunak, termasuk jaringan otot rangka,Rhabdomyosarcoma menyerang di area mana saja. Tetapi, paling sering terjadi di sistem reproduksi vagina, rahim, , testis,tangan dan kaki, kepala dan leher,sistem kemih kandung kemih,
dua jenis rhabdomyosarcom, yaitu:
- Rhabdomyosarcoma embrional (ERMS) menyerang anak-anak saat mulai lima tahun pertama kehidupan ,ERMS terjadi di kepala dan leher, kandung kemih, vagina, atau di dalam atau di sekitar prostat dan testis,
-Rhabdomyosarcoma alveolar (ARMS) mempengaruhi semua golongan umur. terjadi pada otot besar di batang tubuh, lengan, dan tungkai,ARMS cenderung tumbuh lebih cepat dibandingkan ERMS,
jenis kanker ini bisa berkembang ketika terjadi perubahan dalam DNA.
DNA sel berisi informasi yang memberi tahu sel tentang apa yang harus dilakukan. jika terjadi perubahan, maka sel bisa berkembang biak dengan cepat dan terus hidup. padahal, sel yang sehat memiliki tahap mati.
karenanya, terjadi penumpulan sel tidak normal atau tumor yang dapat menyerang dan merusak jaringan tubuh yang sehat,
sel tidak normal dapat pecah dan menyebar (bermetastasis) ke seluruh tubuh.
gejala yang bisa terjadi,antaralain :
sel kanker yang muncul di telinga bisa memicu sakit telinga, pendarahan, atau keluarnya cairan dari saluran telinga,sel kanker yang tumbuh di area hidung bisa memicu mimisan atau gejala yang mirip dengan infeksi sinus, sel kanker yang tumbuh di otot lengan atau kaki, bisa memicu benjolan atau bengkak,
sel kanker yang tumbuh di sistem kemih dan sistem reproduksi bisa memicu pendarahan, sakit perut, dan sulit buang air besar,
rhabdomyosarcoma bisa memicu komplikasi, antaralain :
rhabdomyosarcoma dapat menyebar dari tempat asalnya ke paru-paru, kelenjar getah bening , tulang daerah lain, membuat pengobatan menjadi lebih sulit.perawatan rhabdomyosarcoma memicu efek samping yang substansial, baik dalam jangka pendek maupun panjang,
BENJOLAN
pemicu munculnya Benjolan di Ketiak,antaralain:
- Limfoma hodgkin dan non-hodgkin dapat bergejala bersifat lambat pertumbuhannya atau indolent. Pada limfoma hodgkin sering yang terkena yaitu kelenjar getah bening di daerah leher,
-pemicu lain yang jarang yaitu PTGC (Progressive Transformation of Germinal Centers), Rosai-Dorfman disease, IgG4-related disease,castleman’s disease (penyakit hiperplasia pembuluh darah dan kelenjar limfe), kikuchi’s disease, kawasaki disease, limfoma T cell angioimmunoblastic, inflammatory pseudotumor, amyloidosis, Kimura disease,
- Infeksi HIV dengan tanda tidak nyeri, lokasi benjolan di ketiak, leher, dan bagian belakang kepala berkembang pada minggu kedua dari gejala akut HIV,
- Infeksi mycobacteria dengan tanda benjolan terjadi di leher/skrofuloderma. Benjolannya tidak nyeri, membesar dalam seminggu sampai sebulan tanpa gejala sistemik ,
- Infeksi mononukleosis dengan tanda demam yang tinggi, faringitis, dan limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening). Kelenjar getah bening yang terkena biasanya simetris dan melibatkan kelenjar leher bagian belakang. juga ada di ketiak dan lipat paha. Gejalanya memuncak pada minggu pertama dan mereda pada 3 minggu sesudahnya,
- Sarcoidosis menyerang paru, tetapi sekitar 40 % menyerang ekstra paru. Pembesaran kelenjar getah bening terjadi pada sekitar 50 % , paling sering di mediastinum (di dalam rongga dada). Gejalanya batuk, sesak napas, dan nyeri dada, kelelahan, demam, berat badan turun,
- Systemic Lupus Erythematosus (SLE) penyakit autoimun. Pembesaran kelenjar getah bening pada penyakit ini terjadi sebesar 50 % . Biasanya kelenjar teraba lunak, tidak nyeri dan tersebar, berukuran antara 0,5 sentimeter sampai beberapa sentimeter. Biasanya ada di leher, ketiak, dan lipat paha. jika infeksi, benjolan kelenjar getah bening akan terasa lebih nyeri.
-beberapa obat-obatan memicu gejala demam, nyeri sendi, gatal, dan pembesaran kelenjar getah bening hampir seluruh tubuh, obat quinidine, sulfonamide, sulindac, allopurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, sefalosporin, ethosuximide, hydralazine, imatinib, lamotrigine, penisilin, pyrimethamine, fenitoin dapat memicu gejala pembesaran kelenjar getah bening,
diagnosis benjolan di ketiak dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium, radiologi antaralain USG, Doppler, CT-Scan, MRI.
biopsi tergantung dari kecurigaan penyakit yang ditegakkan oleh petugas medis spesialis bedah konsultan bedah onkologi, sesudah Ibu berkonsultasi langsung dengan petugas medis. Biopsi yang dapat dilakukan antara lain open biopsy, FNAB (fine needle aspiration biopsy), maupun core needle biopsy.
jika keadaan ini sudah berlangsung cukup lama, baiknya berkonsultasi dengan petugas medis spesialis bedah konsultan onkologi. agar segera melakukan pemeriksaan secara langsung, bedan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis ,
setiap wanita dalam siklus normalnya akan mengalami haid atau menstruasi.
biasanya haid terjadi dalam rentang waktu 3-7 hari,
wanita yang memilki keluhan nyeri benjolan di sekitar payudara saat menstruasi, mewaspadai risiko kanker payudara.
gejala yang umum dialami antaralain mengidam menu hidangan, nyeri pada dada atau payudara, nyeri pada pinggul sebelum dan saat haid terjadi, nyeri di perut, kembung, mood swing (mudah marah), sakit kepala, kelelahan, benjolan pada ketiak, yang bisa hilang,muncul saat haid,
risiko kanker payudara karena benjolan yang muncul di ketiak setiap kali haid, memiliki arti bahwa sebenarnya payudara manusia tidak hanya satu pasang payudara, hanya di bagian dada, tetapi ternyata manusia sebelum lahir memiliki 6 pasang payudara, yang berada di garis payudara.garis payudara itu yaitu kelenjar payudara yang ada dari ketiak sampai selangkangan.
Payudara pada manusia itu ada enam pasang, jadi jumlahnya ada 12. Mulainya dari titik ketiak sampai selangkangan,
pada usia janin sekitar 10 minggu di dalam kandungan, bibit payudara di tempat yang tidak semestinya akan menghilang,Sehingga, yang berkembang hanyalah payudara yang ada di bagian dada normal antaralain yang biasanya kita miliki.
Namun, beberapa orang garis payudaranya masih tertinggal dan berkembang,
artinya ada puting dan bisa menyusui,garis payudara yang ada di ketiak sampai selangkangan, bisa jadi menjadi pemicu munculnya benjolan pada ketiak saat haid, benjolan itu yaitu kelenjar yang sama dengan kelenjar payudara di dada, sehingga saat haid akan mengalami rasa nyeri yang sama dengan payudara.
Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah benjolan yang muncul di ketiak setiap kali haid berpotensi kanker atau tidak, hanya dengan melakukan pemeriksaan mammografi atau USG.
PCOS
Sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovary syndrome (PCOS) yaitu keadaan yang memicu gangguan ketidaksembangan hormon dan masalah metabolisme pada wanita.penyakit ini tidak dapat disembuhkan, namun gejala PCOS bisa dikendalikan.PCOS juga memicu diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, depresi, sampai peningkatan risiko kanker rahim.
diet sehat dapat membantu mengurangi dampak PCOS.
pengidap PCOS biasanya memiliki kadar hormon insulin di atas normal.
Insulin yaitu hormon yang diproduksi di pankreas. Hormon ini membantu sel tubuh dalam mengubah gula atau glukosa menjadi energi,Kadar insulin yang terlalu tinggi memicu resistensi insulin dan membuat ovarium memproduksi lebih banyak hormon androgen,Resistensi insulin memicu indeks massa tubuh di atas rata-rata normal. jenis diet yang disarankan untuk pengidap PCOS antara lain:
Diet indeks glikemik rendah,
menu hidangan dengan indeks glimemik rendah cenderung lebih lambat dicerna, sehingga kadar insulin tidak cepat melonjak sesudah makan.
Diet antiperadangan
menu hidangan antiperadangan antaralain beri, ikan, sayuran hijau, dan minyak zaitun dapat mengurangi gejala peradangan
Diet DASH
Pola makan untuk pengidap penyakit darah tinggi atau dietary approaches to stop hypertension (DASH) dapat mengurangi risiko penyakit pembuluh darah dan jantung. menyarankan makan ikan, unggas, buah, sayur, biji-bijian, dan susu rendah lemak. Diet ini juga menghindari lemak jenuh dan gula.
menu hidangan yang disarankan untuk pengidap PCOS,antaralain:
Buncis, lentil, legum,Lemak sehat antaralain minyak zaitun, aplukat, kelapa,
kenari, almond, pistachio,Cokelat hitam,kunyit dan kayu manis,
menu hidangan alami, bukan menu hidangan olahan,menu hidangan berserat tinggi,Ikan berlemak antaralain salmon, tuna, sarden, dan mackerel,
Sayuran hijau antaralain kangkung, bayam, kale, Buah berwarna merah tua antaralain tomat, anggur, ceri, blueberry, blackberry,Brokoli dan kembang kol,
menu hidangan menu hidangan yang harus dihindari pengidap PCOS,antaralain:
minuman dan menu hidangan manis.
Karbohidrat olahan antaralain kue, roti, mi, pasta, dan menu hidangan berbasis terigu,Segala sesuatu yang digoreng, Minuman manis, soda, minuman berenergi, minuman dalam kemasanDaging olahan antaralain hot dog, sosis, kornet, burgerMargarin, mentega,Daging merah mentah murah berlebih,
Sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovarian syndrome (PCOS) yaitu gangguan produksi hormon yang menyerang wanita.Penyakit ini memicu pengidapnya menghasilkan hormon androgen lebih banyak dari keadaan normal,akibatnya pengidapnya mengalami gangguan siklus haid, masalah kesuburan,
ciri-ciri PCOS antaralain :
Tumbuh kutil di area ketiak atau leher,Rambut rontok ,Resistensi insulin,Susah hamil,Haid sering terlambat atau tidak teratur,Tumbuh kista di ovarium atau indung telur,Berat badan naik ,berJerawat ,Tumbuh rambut tak wajar di beberapa bagian tubuh,Muncul bercak kulit gelap dan tebal di leher, lengan, payudara, atau paha,
Perawatan medis yang tepat membantu pengidap PCOS memiliki peluang untuk bisa hamil, ibu hamil dengan PCOS lebih berisiko mengalami komplikasi selama mengandung ,
PCOS menaikan risiko komplikasi bagi ibu hamil , hamil dengan PCOS memiliki risiko mengalami preeklamsia lebih tinggi dibandingkan ibu hamil dengan keadaan normal.Risiko ini dipicu masalah hormon karena PCOS membuat tekanan darah dan kadar gula darah ibu hamil melonjak selama kehamilan.
Kadar gula darah tinggi pada ibu hamil memicu berat badan calon bayi di dalam kandungan lebih besar dari janin normal. ini bisa jadi masalah saat melahirkan.Bagi bayi, PCOS pada ibu hamil dapat membuat bayi lahir prematur, bayi yang lahir juga berisiko terkena PCOS ,skor pascapersalinan (skor Apgar) rendah, Ibu hamil dengan PCOS biasanya melahirkan bayi melalui operasi caesar.cara agar pengidap PCOS bisa hamil dengan aman ,antaralain:
persiapan hamil pada biasanya, wanita dengan PCOS perlu menjaga berat badannya ideal.
gunakan kalender ovulasi untuk melacak masa subur di sepanjang siklus menstruasi, untuk menentukan peluang kehamilan paling besar terjadi.
perlu menjaga pola makan yang sehat, hindari menu hidangan dan minuman manis, karbohidrat sederhana, dan lemak tak sehat,Perbanyak konsumsi buah dan sayur,
Perbanyak konsumsi yang mengandung asam folat (vitamin B9), vitamin B6, vitamin B12, vitamin C, vitamin D, dan vitamin E.
PCOS memicu kadar gula darah pengidapnya melonjak. ini membuat tubuh pengidapnya jadi kurang sensitif terhadap insulin.Wanita dengan PCOS yang ingin hamil perlu menyeimbangkan kadar gula darahnya. Kurangi karbohidrat sederhana, makan lebih banyak serat, protein, dan lemak sehat.
,pengidap PCOS memproduksi hormon testorteron dan estrogen dalam jumlah yang tidak normal.Produksi hormon reproduksi yang terlalu banyak atau sedikit ini membuat wanita susah hamil, petugas medis menyarankan obat resep untuk menyeimbangkan kadar hormon dalam tubuh pengidap PCOS.
Program kehamilan bagi pengidap PCOS agar bisa hamil salah satunya yaitu perawatan fertilisasi in vitro (IVF).pengidap disarankan melakukan tes darah, USG, dan pemeriksaan fisik.IVF kadang bisa bertahun-tahun.
perawatan IVF relatif mahal. maka disarankan inseminasi intrauterine (IUI).
Program kehamilan ini dengan menyuntikkan sperma dengan konsentrasi tinggi ke dekat sel telur.sindrom ovarium polikistik (polycystic ovary syndrome atau PCOS),
PCOS yaitu keadaan hormonal yang dapat memicu kista tumbuh pada ovarium,
sedang Endometriosis terjadi ketika jaringan endometrium (lapisan dalam rahim) tumbuh di luar rahim. sebagian besar gejala antara PCOS dan endometrium berbeda dan mempengaruhi bagian-bagian sistem reproduksi yang berbeda juga, keduanya bisa memicu masalah kesuburan, wanita tidak mungkin memahami perbedaan gejala dari keduanya sebelum memeriksakan diri ke petugas medis, inilah perbedaan gejala antara PCOS dan endometrium :
-Endometriosis
Gejalanya : memiliki periode haid yang nyeri, bahkan sangat nyeri, kram yang begitu parah sehingga mengganggu rutinitas normal sehari-hari ,
Nyeri saat berhubungan seks atau berkemih. Rasa nyeri tetap ada, di bagian panggul, endometrium memicu wanita kesulitan untuk hamil ,
-Sindrom ovarium polikistik
PCOS terjadi karena ketidakseimbangan hormon,
PCOS terjadi ketika ovarium atau kelenjar adrenal memproduksi hormon laki lebih dari biasanya, Gejalanya :
Menstruasi yang tidak teratur. Haid datang setiap dua sampai tiga bulan atau bahkan hanya sekali atau dua kali dalam setahun,Panjang antara periode haid mungkin berbeda-beda,karena berlebihnya hormon laki, tumbuh rambut di tempat-tempat tak terduga ini dinamakan hirsutisme. mengalami pola kebotakan , berjerawat dan berminyak, kesulitan untuk hamil,
pemakaian KB hormonal dapat membantu meringankan gejala PCOS dan endometriosis karena KB hormonal mengatur periode haid dan membuatnya kurang menyakitkan, pembedahan pembedahan untuk membuang kelebihan lapisan endometrium atau operasi pengangkatan rahim dan indung telur ,
Pengobatan PCOS lebih ditargetkan pada gejala sehingga petugas medis meresepkan obat untuk masalah pertumbuhan rambut yang tidak normal, jerawat , menawarkan program IVF atau bayi tabung,
PCOS memicu pengidapnya mengalami kadar hormon estrogen rendah dan kadar hormon laki androgen yang justru lebih tinggi, ibu yang mengalami polycystic ovarian syndrom (PCOS) cenderung memiliki anak autisme. PCOS lazim dialami 15 % wanita usia subur, bahwa paparan hormon di awal kehidupan mungkin berperan terhadap terjadinya autisme pada anak lelaki dan wanita,keadaan PCOS yang terkait dengan peningkatan luar biasa hormon androgen, pemicunya masih belum diketahui namun ada bukti bahwa paparan hormon androgen di masa awal kehidupannya mungkin berperan terhadap terjadinya autisme,Androgen bertanggung jawab untuk membentuk karakter laki. Karena wanita dengan PCOS memiliki androgen yang tinggi, bahkan juga di masa kehamilan, paparan androgen saat hamil, pengaruh genetika terbagi antara kedua keadaan itu menjelaskan kaitan antara autisme dan PCOS ,
PCOS (Polycystic Ovarian Syndrome) terjadi karena ketidakseimbangan hormon dimana wanita lebih banyak memproduksi hormon androgen (hormon pada laki-laki) secara berlebihan. ini memicu wajah lebih berminyak dan siklus menstruasi yang tidak teratur,
