sakit 1


 





 daftar isi :

1.aspirasi mekonium

2.artritis reumatoid juvenil

3.asidosis tubular renal atr

4.pasien ibu pengidap  infeksi toxoplasmosis

5.pasien  ibu   penderita infeksi rubella

6.pasien  ibu pengidap  diabetes melitus

7.pasien ibu pengidap  infeksi hepatitis virus b (hbv)

8.pasien ibu pengidap  infeksi sifilis

9.pasien ibu  pengidap  infeksi tuberkulosis  paru

10.pasien ibu pengidap infeksi malaria

11. RHABDOMYOSARCOMA

12.BENJOLAN 

13.PCOS


1.ASPIRASI MEKONIUM


Sindrom aspirasi mekonium (meconium aspiration syndrome, MAS) disebabkan aspirasi  cairan amnion yang mengandung mekonium, Fase obstruksi diikuti dengan tahap  inflamasi 12-24 jam sesudahnya 

yang mengakibatkan kerusakan lebih lanjut. Aspirasi cairan lain (  cairan amnion atau  darah ) mengakibatkan kerusakan yang sama tetapi lebih ringan.

Derajat keparahan MAS berkaitan dengan jumlah mekonium yang  teraspirasi dan  derajat asfiksia , Hipoksia akut maupun kronik dapat mengakibatkan keluarnya mekonium intrauterin, Mekonium yang teraspirasi memicu hiperekspansi yang disebabkan oleh atelektasis,  mekanisme ball-valve, obstruksi jalan napas akut dan  peningkatan resistensi jalan napas, 

Diagnosa :

pasien bayi  meconium aspiration syndrome   mengalami tanda postmaturitas, yaitu pewarnaan kuning-hijau pada kulit,kecil masa  kehamilan, kuku panjang, kulit terkelupas, mekonium pada cairan ketuban,Konsistensi mekonium bervariasi.

gejala meconium aspiration syndrome bervariasi  bergantung pada konsistensi mekonium yang teraspirasi,derajat hipoksia, jumlah mekonium yang teraspirasi,

meski  meconium aspiration syndrome   dapat terjadi pada mekonium yang hanya sedikit, sebagian besar pasien bayi meconium aspiration syndrome   memiliki Obstruksi jalan napas dan  riwayat mekonium kental seperti lumpur, 

meconium aspiration syndrome    dini memicu  obstruksi saluran napas,

 mekonium kental yang menyumbat memicu Gasping, apnu, Distres pernapasan dan sianosis saluran napas besar.

 Mekonium yang teraspirasi hingga ke saluran napas distal tetapi  tidak menyebabkan obstruksi total akan memicu  distres pernapasan,  seperti  peningkatan diameter  anteroposterior dada, sianosis,takipnu, napas cuping hidung, retraksi interkostal, 

Pemeriksaan 

Foto toraks menunjukkan hiperinflasi, diafragma mendatar, dan infiltrat kasar/bercak  iregular. Dapat terdapat pneumotoraks atau pneumomediastinum.

Analisa  gas darah menunjukkan hipoksemia. Hiperventilasi mengakibatkan alkalosis  repiratorik pada kasus ringan, tetapi pada kasus berat akan mengakibatkan asidosis respiratorik,Darah perifer lengkap dan septic work-up untuk mengabaikan  infeksi,Ekokardiografi diperlukan apabila  terjadi persistent pulmonary hypertension of the  newborn (PPHN).

pengobatan 

pasien bayi dengan cairan amnion bercampur mekonium di ruang persalinan

 Pada penilaian awal sebuah persalinan dengan ketuban bercampur mekonium, dokter anak harus menentukan apakah pasien bayi bugar atau tidak. pasien bayi dikatakan bugar  apabila frekuensi denyut jantung >100 kali/menit, bernapas spontan, dan tonus baik (bergerak spontan atau fleksi ekstremitas). 

apabila ada  distres pernapasan, lakukan laringoskopi direk dan pengisapan intratrakeal (memakai  aspirator mekonium). apabila pasien bayi bugar, berikan perawatan rutin tanpa memandang konsistensi  mekonium.

pasien bayi yang dilahirkan dengan ketuban bercampur mekonium, sebanyak 20 sampai  30% akan  mengalami depresi saat  melalui perineum,  maka   intubasi menggunakan  laringoskop  dilakukan sebelum usaha napas dimulai, sesudah intubasi, pipa  endotrakeal dihubungkan dengan mesin pengisap,   ini diulangi hingga  trakea bersih atau apabila resusitasi harus dimulai. Visualisasi pita suara tanpa melakukan .pengisapan tidak disarankan  karena mekonium masih mungkin berada di bawah pita  suara, Ventilasi tekanan positif sebisa mungkin dihindari hingga pengisapan trakea  selesai. Kondisi umum pasien bayi tidak boleh diabaikan selama melakukan pengisapan  trakea. Pengisapan trakea harus dilakukan dengan cepat dan ventilasi harus segera  dimulai sebelum terjadi bradikardi,

 Nilai konsistensi mekonium. Kejadian MAS meningkat seiring dengan peningkatan  konsistensi mekonium.bahwa  harus membersihkan hidung dan orofaring  pasien bayi sebelum melahirkan bahu atau dada, tidak disarankan  lagi. Jika terdapat  mekonium pada cairan ketuban, pasien bayi harus segera diserahkan kepada dokter anak  untuk dibersihkan ,

pengobatan  meconium aspiration syndrome   Koreksi ketidaknormalan metabolik  apabila diperlukan.  Cairan harus direstriksi untuk mencegah edema serebri dan  paru,  Walaupun telah dilakukan pengisapan trakea, pasien bayi yang mengalami distres intrapartum  masih berisiko mengalami  meconium aspiration syndrome    dan harus diawasi , Perawatan rutin. Distres memicu  ketidaknormalan metabolik seperti hipokalsemia,hipoksia, asidosis, hipoglikemia,  pengobatan  hipoksemia adalah meningkatkan konsentrasi oksigen  inspirasi dengan pemantauan analisis gas darah dan pH, pasien bayi harus mendapat  oksigen kuat  karena hipoksia berulang mengakibatkan vasokonstriksi .paru dan selanjutnya dapat menyebabkan PPHN,

Pada pasien bayi dengan aspirasi mekonium berat, dapat terjadi obstruksi  mekanik saluran napas dan pneumonitis kimia. Atelektasis dan inflamasi yang terus  berjalan dan  terbentuknya pirau ekstrapulmonar akan memperburuk mismatch ventilasi-perfusi dan memicu  hipoksemia berat,

 Pulse oxymetri dapat dijadikan pemeriksaan  awal untuk mendeteksi PPHN dengan membandingkan saturasi oksigen pada ekstremitas bawah dengan  saturasi oksigen pada lengan kanan ,

 bila  berat perlu  inspiratory pressure yang lebih tinggi dibandingkan kasus sindrom  gawat napas. Waktu ekspirasi yang cukup harus diberikan untuk mencegah air  trapping akibat obstruksi parsial saluran napas.

 Ventilasi mekanik terdeteksi  apabila  terdapat hipoksemia persisten (PaO2  <50 mmHg) atau PaCO2  >60 mmHg ,

 pasien bayi dengan  meconium aspiration syndrome     berat yang tidak 

menanggapi  ventilator konvensional dan yang mengalami air leak syndrome

mungkin memerlukan  high frequency oscillatory ventilator.

 Medikamentosa.

 Mekonium menghambat aktivitas surfaktan endogen. Terapi  surfaktan  menurunkan kebutuhan ECMO (extracorporeal membrane  oxygenation),meningkatkan oksigenasi, menurunkan komplikasi  pulmonal, 

Surfaktan tidak rutin diberikan untuk masalah meconium aspiration syndrome   tetapi dapat  dipertimbangkan untuk  masalah   berat dan tidak menanggapi terhadap  terapi standar

sulit untuk membedakan antara  meconium aspiration syndrome    dengan  pneumonia   bakterial  hanya berdasarkan foto toraks dan temuan klinis ,

Walaupun beberapa pasien bayi dengan meconium aspiration syndrome   juga mengalami infeksi, penggunaan  antibiotik spektrum luas terindikasi hanya pada masalah  dengan infiltrat pada  foto toraks. Kultur darah darus dilakukan untuk mengidentifikasi etiologi  dan mengevaluasi keberhasilan terapi antibiotik,

Penggunaan kortikosteroid pada meconium aspiration syndrome    tidak disarankan,

Komplikasi

- Pneumotoraks atau pneumomediastinum terjadi pada 10 sampai 20% pasien meconium aspiration syndrome  ,Air leak terjadi lebih sering pada pasien bayi yang mendapat ventilasi mekanik. apabila  terjadi pneumotoraks, maka harus diobat secepatnya , Hipertensi pulmonal.

 PPHN  sangat berhubungan dengan meconium aspiration syndrome ,

Ekokadiografi harus dilakukan untuk menentukan derajat keterlibatan paru  kanan  ke kiri terhadap hipoksemia dan mengeksklusi penyakit jantung bawaan. Pada masalah   meconium aspiration syndrome  dengan  PPHN, dapat dilakukan  pemberian  vasodilator sistemik seperti magnesium sulfat dengan bantuan inotropik atau  inhalasi nitrit oksida  untuk  mencegah hipotensi.

Sekuele neurologik sering terjadi pada kasus asfiksia berat,

Bronchopulmonary displasia dan penyakit paru kronik adalah  akibat 

ventilasi mekanik jangka panjang,

Dengan  terapi inhalasi nitrit oksida,,ECMO, pemberian surfaktan, high frequency ventilation  maka  angka mortalitas dapat dikurangi hingga <5%.

 pencegahan  meconium aspiration syndrome   pada tahap pranatal ,yaitu:

-malaria, sifilis, toksoplasmosis atau rubella kemungkinan besar akan mengalami masalah  beberapa waktu sesudah lahir, meskipun tampak normal pada waktu lahir. Untuk  menghindari semua penyakit di atas perlu dilakukan skrining sebelum dan selama  kehamilan.

- Identifikasi kehamilan risiko tinggi yang dapat memicu  hipoksia janin dan insufisiensi uteroplasenta   yaitu:

Kehamilan post-matur, Ibu dengan preeklampsia atau hipertensi, Ibu dengan penyakit respiratorik atau kardiovaskular kronik, Ibu yang memiliki janin dengan pertumbuhan terhambat,

Amnioinfusion. Larutan salin normal dimasukkan ke dalam rahim lewat serviks pada  ibu dengan cairan ketuban bercampur mekonium dan deselerasi laju jantung pasien bayi, pasien bayi lahir dari ibu penderita diabetes mellitus (DM), infeksi hepatitis virus pasien bayi Lahir dari Ibu Bermasalah ,

Pemantauan janin secara ketat,  Tanda distres janin, yaitu ketuban bercampur mekonium  dengan  takikardi janin,  deselerasi  atau  ruptur membran harus diatasi ,




2. ARTRITIS REUMATOID JUVENIL


Artritis reumatoid juvenil (ARJ) adalah penyakit reumatik   artritis  atau  pembengkakan sedikitnya satu sendi yang berlangsung lebih dari 6 minggu pada  anak usia kurang dari 16 tahun 

dengan gejala sendi  teraba hangat, keterbatasan gerak, nyeri tekan  atau nyeri ketika bergerak,  penyakit ini  mudah mengalami remisi, sehingga 

pengobatan  untuk mencegah kecacatan dan  komplikasi  sendi,

Patogenesis Artritis reumatoid juvenil   didasari  mekanisme kompleks sistem kekebalan badan. Banyak  faktor etiologi  yang memicu  gejala   Artritis reumatoid juvenil    seperti  stres,faktor sistem kekebalan badanogenetik,infeksi, autosistem kekebalan badan, trauma,  tidak ada pemeriksaan laboratorium   untuk Artritis reumatoid juvenil,

Diagnosa Anamnesis: 

nafsu makan, berat badan menurun,  gangguan tidur di malam hari karena nyeri

nyeri apabila digerakan dan teraba panas, Inflamasi sendi: gerakan sendi terbatas,  kekakuan sendi pada pagi hari, perubahan postur badan.

Pada awitan sistemik terdapat demam tinggi intermiten selama 2 minggu atau 

lebih,Pembengkakan atau efusi sendi,Gerakan sendi terbatas,  

- Tipe awitan sistemik: suhu badan >390C, tanda artritis, dengan gejala seperti ruam reumatoid , kelainan viseral ( serositis, limfadenopati,hepatosplenomegali),

-Tipe awitan poliartritis: artritis lebih dari 4 sendi, biasanya mengenai  sendi jari 

dan simetris, dapat juga mengenai sendi lutut, pergelangan kaki, dan siku.

- Tipe awitan oligoartritis: tanda artritis terdapat pada 4 sendi atau kurang, sendi 

besar lebih sering terkena dan biasanya di area tungkai,

- Pemeriksaan C3 dan komponen hemolitik meningkat pada  Artritis reumatoid juvenil  aktif,tanda  aktivitas penyakit antara lain adalah LED dan CRP yang biasanya meningkat sesuai aktivitas penyakit,

Pemeriksaan darah tepi: anemia ringan/sedang, Hb 7 sampai 10g/dl. Leukositosis dengan  predominasi netrofil. Trombositosis pada tipe sistemik berat atau poliartritis sering  dipakai sebagai tanda reaktivasi penyakit ini

tanda  aktivitas penyakit antara lain adalah LED dan CRP yang biasanya meningkat sesuai aktivitas penyakit,pada ebih dari 2 tahun  dapat terlihat erosi  tulang persendian dan penyempitan area tulang rawan, Ankilosis ada di area sendi karpal dan tarsal, 

 Kelainan tulang  dapat dideteksi  dengan  radio imaging, skintigrafi ,

Pencitraan  untuk memeriksa kerusakan sendi yang terjadi, Kelainan 

radiologis pada sendi: osteoporosis, kadang-kadang dapat terdapat formasi tulang  baru periosteal,pembengkakkan jaringan lunak sekitar sendi, pelebaran 

ruang sendi, 

Pemeriksaan ANA positif terutama pada tipe oligoartritis dengan komplikasi uveitis, lebih sering pada anak perempuan.

- Faktor reumatoid jarang terdapat pada Artritis reumatoid juvenil  , tetapi apabila positif biasanya dihubungkan  dengan Artritis reumatoid juvenil   tipe poliartritis,kondisi fungsional lebih buruk, anak lebih besar, nodul subkutan atau erosi tulang ,

pengobatan 

Tujuan  pengobatan artritis kronik yaitu mencegah deformitas, mengendalikan inflamasi,meredakan nyeri, mengembalikan fungsi, meminimalisasi efek samping pengobatan, meningkatkan proses tumbuh kembang, rehabilitasi

diberikan obat  Naproksen: dosis 10 sampai 15mg/kgberatbadan dibagi dua; diberikan untuk mengendalikan  nyeri, kekakuan dan inflamasi pada anak yang tidak menanggapi terhadap asam  asetilsalisilat atau sebagai pengobatan inisial,

diberikan obat Analgetik lain: asetaminofen mengendalikan nyeri dan demam  sistemik namun tidak boleh diberikan dalam waktu lama   karena mengakibatkan kelainan ginjal ,

diberikan Obat anti inflamasi non steroid (AINS): Asam asetil salisilat: dosis 75 sampai 90 mg/kgberatbadan/hari dalam 3 sampai 4 kali pemberian;  diberikan 1 sampai 2 tahun hingga gejala klinis menghilang

diberikan obat  Kortikosteroid jika terdapat gejala penyakit sistemik, uveitis kronik, atau untuk   suntikan intra-artikular,

diberikan Obat antireumatik kerja lambat seperti penisilamin,sulfasalazin,hidroksiklorokuin, preparat emas (oral atau suntikan) yang  hanya diberikan untuk poliartritis  progresif yang tidak menunjukkan efektifitas dengan AINS. Hidroksiklorokuin dapat  berguna sebagai obat tambahan pada anak besar, dosis awal 6 sampai 7mg/kgberatbadan/hari,  sesudah 8 minggu diturunkan menjadi 5 mg/kgberatbadan/hari. apabila sesudah 6 bulan pengobatan 

tidak diperoleh efektifitas maka hidroksiklorokuin harus dihentikan,

diberikan obat  Kortikosteroid intra-artikular  pada oligoartritis yang tidak menanggapi dengan AINS atau sebagai terapi pendukung  untuk sendi yang sudah mengalami inflamasi dan kontraktur,

diberikan obat  prednison 0,25 sampai 1mg/kgberatbadan/hari dosis tunggal (maksimum 40 mg)  Untuk sistemik berat yang tidak terkontrol   dosis terbagi 

pada keadaan yang lebih berat, apabila ada efektifitas klinis maka dosis diturunkan  perlahan dan kemudian dihentikan,

diberikan obat Triamsinolon heksasetonid adalah pilihan dengan dosis 

20   sampai 40 mg untuk sendi besar, 

diberikan obat  Kortikosteroid intraartikular juga dapat diberikan pada poliartritis apabila satu atau beberapa sendi tidak  menanggapi dengan AINS.

diberikan obat  Kombinasi  steroid pulse therapy  dengan AINS   untuk artritis onset  sistemik, 

diberikan obat   hidroksiklorokuin atau garam emas, Dosis inisial 5mg/m2 /minggu; apabila respons tidak  ada sesudah 8 minggu, dosis dapat dinaikkan menjadi 10mg/m2/minggu. Lama  pengobatan 6 bulan , 

diberikan obat  Metilprednisolon dengan dosis 15 sampai 30 mg/kgberatbadan/pulse, diberikan  single pulse dengan jarak 1 bulan dengan pulse berikutnya, atau 3  pulse diberikan berurutan dalam 3 hari dalam 1 bulan, atau 3 pulse diberikan secara  berselang dalam 1 bulan. Selama pemberian terapi ini  dilakukan pengawasan   kardiovaskular  pengawasan keseimbangan cairan  pengawasan elektrolit,sistem kekebalan badan  diberikan obat  supresan diberikan dalam protokol eksperimental untuk keadaan berat yang  mengancam kehidupan ,  Obat yang dipakai adalah metotreksat,azathioprin, siklofosfamid, klorambusil  Yang  sering dipakai yaitu  metotreksat yang diindikasikan ,untuk poliartritis berat atau gejala sistemik yang tidak membaik dengan AINS,  bedah  untuk mengatasi  kecacatan sendi pendukung, pemantauan efek samping (, gangguan gastrointestinal pada terapi asam salisilat) dan efektivitas pengobatan dengan pemeriksaan laboratorium (LED, CRP),



3.ASIDOSIS TUBULAR RENAL ATR


Asidosis tubulus renal  adalah suatu sindrom  yang ditandai oleh asidosis  metabolik hiperkloremik dengan  senjang anion plasma dan fungsi ginjal normal,

Ginjal berfungsi mempertahankan keseimbangan asam basa dengan cara reabsorpsi  HC03-  dan ekskresi ion H+,  mekanisme  yang mengatur keseimbangan asam  basa yaitu sekresi ion H+ dalam bentuk asam titrasi , amonia di tubulus distal,,reabsorpsi HC03-   di tubulus proksimal, produksi amonia di tubulus proksimal,  apabila salah satu  mekanisme terganggu akan terjadi asidosis,

 3  tipe utama ATR yaitu ATR tipe-1 (ATR distal), tipe-2 (ATR proksimal), dan tipe-4 (ATR hiperkalemia)

Tubulus distal yang dibanjiri HCO3- akan meningkatkan reabsorpsi Na+, yang selanjutnya bertukaran dengan K+ menyebabkan  hipokalemia. 

Kadar HCO3- plasma biasanya berkisar antara 14-20 mEq/L,

ATRp dapat sembuh spontan (self-limiting disorder),

 ATRp sekunder akibat sindrom  Fanconi dialami  anak dibandingkan  ATRp familial atau primer sporadik ,

ATR proksimal

ATR proksimal (ATRp) ditandai oleh menurunnya reabsorpsi HCO3  di tubulus proksimal  di bawah ambang kemampuan reabsorpsi total HCO3,

Diagnosis

 radiologik: umur tulang dapat terlambat Nefrokalsinosis, nefrolitiasis, rikets, osteomalasia, dan hiperkalsiuria  jarang   pada penderita ATRp karena diagnosa  dini dan suplementasi alkali   berkesinambungan,

Pemeriksaan senjang anion: SAP (plasma) normal (8-16 mEq/L - rerata 12 mEq/L)  dan SAU (urin) negatif ( Cl- > Na+ + K+ ).

SAP = (Na+) - ([Cl-] + [HCO3-]). SAU = (Na+ + K+) – Cl-

Analisa  gas darah arteri: asidosis metabolik hiperkloremik dan pH darah 7,20 sampai  7,35 ,Gejala klinis: nonspesifik antara lain gagal tumbuh,anoreksia, muntah, poliuria, kelemahan otot, Perawakan anak dengan ATRp pendek apabila asidosis menahun, 

Pemeriksaan serum HCO3- rendah (12-15 mEq/l). K+  normal atau menurun,

Ca++, fosfat, dan vitamin D biasanya normal. LFG biasanya normal, 

Terapi

Konfirmasi diagnosis (lihat  Pendekatan Diagnosa   ATR )

 Uji titrasi HCO3- 

 Uji NH4Cl

diingat bahwa  ATRp pada setiap anak dengan gejala gagal tumbuh dengan  asidosis  metabolik hiperkloremik dan senjang anion plasma normal,

ATRp primer infantil familial biasanya menetap hingga dewasa sehingga perlu 

suplementasi alkali berkesinambungan untuk mencegah gagal tumbuh,

ATRp primer infantil sporadik biasanya sembuh dengan bertambahnya usia sehingga  kurang berpotensi menganggu tumbuh kembang anak,

Suplementasi alkali diberikan hingga 6 bulan dan perlu pemantauan hingga 2 sampai 3 tahun.  Untuk membuktikan penderita ATRp sudah sembuh, perlu diulangi uji titrasi HC03- 

Dosis awal HCT 1,5-2 mg/kg/hari diberikan  hingga asidosis teratasi, kemudian diturunkan secara bertahap untuk rumatan

Pada asidosis berat perlu tambahan HCT untuk meningkatkan reabsorpsi natrium  bikarbonat di tubulus proksimal, merangsang sekresi ion H+ di tubulus distal, dan  mengurangi volume cairan ekstraselular,

 Suplementasi  Natrium laktat atau natrium sitrat  atau  natrium bikarbonat dosis tinggi 10 sampai 15 mEq/kg/hari dalam dosis terbagi  untuk mempertahankan pH serum,

Dosis diturunkan bertahap biasanya hingga 6 bulan apabila nilai ambang  reabsorpsi HCO3- tetap normal. ATRp akan  membaik  sesudah 2 sampai 3 tahun. Kalau perlu uji titrasi HC03- dapat diulangi. Suplementasi alkali efektif untuk  normalisasi pertumbuhan,

 Tidak perlu diet rendah garam.

 ATR hiperkalemik

ATRh primer early childhood  dialami pada pasien bayi dibandingkan dengan ATRh sekunder,

ATRh  disebabkan oleh defisinsi resistensi tubulus distal terhadap  aldosteron (pseudohipoaldosteronisme) atau   aldosteron,

ATR tipe 4 (ATR hiperkalemik-ATRh) ditandai dengan  hiperkalemia  dan asidosis metabolik ,

Diagnosa

Pemeriksaan urin: pH urin <5,5 dalam keadaan asidosis sistemik, ekskresi NH4+  dan K+ berkurang, pCO2 urin normal, ekskresi aldosteron urin normal atau sedikit  meningkat, ekskresi bikarbonat apabila kadar plasma rendah berkisar 5 -15% dari total  filtrasi HCO3- karena gangguan reabsorpsi HCO3-

Pemeriksaan senjang anion: SAP normal dan SAU positif

Pemeriksaan serum: hiperkalemia dan aktivitas renin plasma meningkat. 

Gejala klinis ATRh  antara lain muntah, gagal tumbuh, gejala hiperkalemia

asidosis, Gambaran EKG: tanda-tanda hiperkalemia.

Analisis gas darah arterial: asidosis metabolik hiperkloremik,

Terapi 

berikan fludrokortison , fluorohidrokortison  atau natrium bikarbonat jika darurat  untuk koreksi asidosis, mempermudah translokasi K+ intraselular,  dan meningkatkan ekskresi K+. 

Koreksi hipovolemia untuk menjamin pelepasan NaCl adekuat ke nefron distal,

Berikan furosemid apabila pembatasan K+ diet tidak efektif. Furosemid   mengurangi gejala asidosis dan hiperkalemia , pengobatan dibuat berdasarkan gejala dan beratnya hiperkalemia,Pengobatan  untuk koreksi ATRh dan penyebab primer ,  Batasi K+ dietetik dan obat penahan K+.

pasien bayi dengan pseudohipoaldosteronisme primer  resisten terhadap 

mineralokortikoid eksogen. Pengobatan dengan suplementasi NaCl 3-6 g/hari. 

Makin bertambah usia pasien bayi, kebutuhan suplementasi NaCl semakin berkurang dan   dapat dihentikan pada umur 2 sampai  4 tahun,

Suplementasi alkali pada ATRh primer early childhood dengan natrium bikarbonat  atau natrium sitrat peroral 4-20 mEq/kg/hari. 

Dengan pengobatan adekuat, tumbuh  kembang normal dapat dicapai dalam waku 6 bulan. Pemberian alkali tidak diperlukan pada umur 5 tahun atau lebih. 

Cadangan kardiovaskular pada anak masih normal .sehingga mineralokortikoid dapat dibenarkan bahkan pada penderita anak ATRh ,asimtomatik apabila K+ plasma >5,5 mEq/L. Tidak disarankan  penggunaan lama pada  insufisiensi ginjal ringan karena  memicu  retensi garam berlebihan dengan  akibat memperburuk fungsi ginjal,hipervolemia, hipertensi, 

ATRh primer early childhood yang transien biasanya sembuh  pada umur 4 sampai 5  tahun sehingga pengawasan  hanya dilakukan hingga umur 5 tahun, 

ATRh primer early childhood bersifat transien dan biasanya sembuh pada umur 4  sampai 5  tahun sehingga dengan alkalinisasi  kuat, tumbuh kembang anak  tidak  terganggu.

diagnosa  ATR:

alkalis ,Asidosis metabolik, hiperkloremia, SAP normal dan SAU negatif berarti diagnosa  banding antara ATRp dan gangguan saluran cerna (diare) atau asupan garam asam  berlebihan. Konfirmasi diagnosa  ATRp dengan uji titrasi HCO3- dan NH4Cl

 Langkah awal evaluasi penderita asidosis metabolik yaitu periksa kadar Cl- serum dan  SAP. Diagnosis kerja ATR ditegakkan apabila ada  hiperkloremia dan SAP normal,Selanjutnya, periksa analisa  gas darah, K+ serum, SAU, dan fungsi tubulus yang lain,Diagnosis ATRp sekunder karena sindrom Fanconi dilakukan  apabila terdapat  pCO2 tinggi pada urin ,glukosuria, fosfaturia, aminoasiduria, dan hiperurikosuria, 

Uji NH4Cl: apabila diberikan 100 mg/kg beratbadan NH4Cl per oral dan pH urin turun <5,4  pada ketika HCO3- plasma turun di bawah nilai ambang ginjal, berarti diagnosa  ATRp  dilakukan,

Penderita asidosis metabolik dengam  hiperkloremia, SAP normal dan SAU positif  berarti terjadi gangguan pengasaman urin di tubulus distal dan diagnosa  kerja ATRd  atau ATRh.

Uji titrasi HC03-: infus natrium bikarbonat atau per oral meningkatkan kadar HCO3- plasma. apabila HCO3-  sudah dideteksi di urin (pH urin > 6,5) sebelum tercapai kadar  normal plasma, diagnosa   ATRp dilakukan

 Konfirmasi diagnosa   dengan pemeriksaan pH urin: 

 apabila asidosis berat (HCO3- plasma <18 mEq/l) atau  Sesudah uji NH4Cl atau pemberian furosemid (1 mg/kg beratbadan/oral) pada penderita  ATR normo-hipokalemia, apabila   pH urin < 5,5, diagnosa   ATRh

ATR distal

ATR distal (ATRd) ditandai oleh penurunan ekskresi netto ion H+ di tubulus kolektif dan  pH urin  >5.5. Kelainan asidifikasi ini akan mengurangi ekskresi asam titrasi dan  NH4  + dan  mencegah ekskresi semua asam diet, sehingga retensi ion H+ tetap berlanjut  dan menyebabkan reduksi progresif kadar HCO3

 plasma.  ATRd bersifat sporadik atau herediter autosom dominan atau resesif dan dapat disebabkan  oleh kelainan primer - idiopatik atau sekunder akibat penyakit lain (penyakit autosistem kekebalan badan,penyakit sistemik  herediter, ) atau akibat paparan dengan obat tertentu (amfoterisin B). 

Diagnosa:

Gejala  muntah, dehidrasi, konstipasi, poliuria, gagal tumbuh,gejala hipokaliemia ,polidipsi, batu saluran kemih (nefrokalsinosis), 

- ATRd primer permanen atau sindrom Butler-Albright, biasanya sporadik, bersifat  kongenital, lebih banyak pada anak perempuan dan sebagian herediter autosom dominan. Gejala  poliuria, gagal tumbuh ,  gejala hipokalemia,  Gagal tumbuh sangat jelas pada masa pasien bayi, Hipokalemia  ringan hingga berat yaitu kelumpuhan berkala hingga kegawatan  akut dengan gejala aritmia jantung, lumpuh layu,  muntah, dehidrasi, kolaps sirkulasi, distres pernapasan, dan kesadaran menurun hingga koma, kadang  penderita tidak  menunjukan asidosis sistemik meskipun ada gangguan asidifikasi urin,

- ATRd primer infantil transien atau sindrom Lightwood ditandai dengan  anoreksia, gagal tumbuh pada pasien bayi, muntah, konstipasi,   pada pasien bayi  lelaki dan  sembuh spontan menjelang umur 2 tahun.

 Suplementasi alkali  memberikan respons dramatis, 

 Diagnosa: 

Kadar fosfat dan Ca++ normal  atau rendah. Alkali fosfatase meninggi kalau sudah terjadi osteomalasia aktif,

Pemeriksaan serum: hipokalemia dan hiperkloremia. K+ serum bukan adalah 

indikator hipokalemia yang baik apabila terdapat asidemia,

Analisa   gas darah arterial:hipobikarbonatemia, asidosis metabolik dan pH darah  6,0 sampai  7,0,

ATRd asimtomatik apabila terdapat ekskresi sitrat urin berkurang dan biasanya baru  dapat ditegakkan pada ketika anak berumur 2 tahun,

Kemampuan konsentrasi urin  terganggu dengan osmolalitas urin maksimal  <450 mOsm/L. 

Pemeriksaan pH urin: pH urin tidak dapat diturunkan <6,0 walaupun dalam keadaan  asidemia berat. 

Pemeriksaan urin: leukosituria, hiperkalsiuria (2 - 10 mg/kg/hari),ekskresi asam titrasi dan NH4+ berkurang, ekskresi fosfat ,K+ meningkat, ekskresi sitrat berkurang, ekskresi Na sedikit meningkat, proteinuria tubular ringan, 

Konfimasi diagnosa  dengan uji NH4Cl: berikan NH4Cl 100 mg/kg/oral dan periksa  pH urin sesudah 3 sampai 6 jam,

diingat bahwa  ATRd pada setiap anak dengan gejala gagal tumbuh dengan asidosis  metabolik hiperkloremik, SAU positif, dan SAP normal 

 Pemeriksaan histologi ginjal: pada fase awal gambaran histologik biasanya normal  dan tahap  lanjut tampak deposit Ca++ di parenkim ginjal, biasanya dengan atrofi tubulus,   sklerosis glomerulus,nefritis  interstitial kronik, infiltrasi selular, 

 LFG normal tapi tanpa pengobatan akan menurun progresif. 

 Pemeriksaan radiologik: nefrokalsinosis pada  pasien  paling cepat  pada pasien bayi umur 1 bulan,

pH urin tetap > 6,0 berarti ATRd. pH urin < 5,5 berarti anak nomal atau ATRp 

Terapi

HCT tidak dianjurkan pada penderita ATRd karena memperberat hipokalemia 

Pengobatan lebih lama diperlukan pada anak besar yang belum pernah diobati ,

 Suplementasi alkali hingga tercapai tumbuh kembang normal,

Dosis alkali dikurangi secara progresif hingga 2-3 mEq/kg/hari hingga umur 6 tahun,  diteruskan dengan dosis rumatan 1-2 mEq/kg/hari. 

 Natrium atau kalium bikarbonat atau Na-K sitrat, 1- 3 mEq/kg/hari  hingga 10 mEq/ kg/hari selama tahun pertama,, Dosis alkali disesuaikan dengan pH darah dan ekskresi kalsium urin yang harus  dipertahankan <2 mg/kg beratbadan /hari. 

Suplementasi alkali diberikan seumur hidup karena ATRd  tidak sembuh 

apabila sesudah pemberian natrium atau kalium bikarbonat terjadi gangguan saluran  cerna seperti sendawa ,kembung maka diganti kalium sitrat atau 

dengan natrium , Sitrat cepat memperbaiki hipositraturia.Suplementasi K+ tanpa memandang kadar K+ plasma diberikan sebelum koreksi  asidosis karena hipokalemia berat mengganggu otot jantung dan otot pernapasan  yang  membahayakan ,

dilakukan   pengawasan secara berkala hingga  remaja sebab  alkalinisasi   diberikan seumur hidup,

Penderita ATRd primer persisten  mengalami gagal tumbuh sehingga perlu 

alkalinisasi  seumur hidup 

Tumbuh kembang penderita ATRd primer infantil transien biasanya tidak terganggu  jika alkalinisasi  kuat; penderita  sembuh di umur 2 tahun, 



FOTO  asidosis tubular renal semua



bayi lahir dari ibu yang  sakit 

 Bayi lahir dari ibu penderita  sifilis,  rubella, toksoplasmosis,diabetes mellitus , 

infeksi hepatitis virus B, tuberkulosis, malaria,  kemungkinan  akan mengalami masalah  setelah lahir, meskipun tampak normal saat   lahir,untuk 

menghindari semua penyakit di atas perlu dilakukan skrining sebelum dan selama  kehamilan,




4.PASIEN IBU PENGIDAP  INFEKSI TOXOPLASMOSIS


Penularan infeksi dari ibu ke pasien bayi dapat secara pervaginam atau parenteral ,Jika infeksi didapat dari ibu pada trimester pertama, sekitar 17% 

janin terinfeksi dan biasanya berat. Jika infeksi didapat pada trimester ke3, sekitar 65%  janin terinfeksi dan keterlibatannya ringan atau asimptomatik pada ketika lahir,  yang   terjadi apabila pasien bayi terinfeksi secara kongenital antara lain prematuritas (25 sampai 50%), hidrops fetalis, kematian perinatal,parut  retina perifer, ikterus menetap, trombositopenia ringan, pleositosis cairan serebrospinal, eritroblastosis, trias tanda-tanda klasik (kalsifikasi otak,korioretinitis, hidrosefalus), 

Diagnosa

 gejala pada toxoplasmosis kongenital mulai tampak pada usia 3 bulan ke atas,

a. gejala  Neurologis,antaralain : ketidakstabilan 

pengaturan suhu, ensefalitis  hidrosefalus obstruktif,mikrosefali, bertambahnya lingkar kepala tidak sebanding dengan  parameter pertumbuhan yang lain, kejang opistotonus, paralisis, sulit menelan, retardasi pertumbuhan intrauterin, 

gangguan pernapasan, tuli, 

b. gejala Oftalmologis, antaralain :   korioretinitis yang memicu  gangguan 

penglihatan dan  baru timbul pada usia beberapa tahun , strabismus, nistagmus, katarak, mikrkornea, retinitis fokal nekrotising, vitreitis,skleritis, uveitis, skar korioretinal, ptisis(destruksi bola mata), atrofi optik, retinal detachment, iritis, 

Penderita juga dapat menderita korioretinitis dan retinopathy of prematurity

sekaligus,

Gejala , antara lain: hipogamaglobulinemia, sindrom nefrotik, hepatosplenomegali, hiperbilirubinemia persisten, trombositopenia, limfadenopathy, anemia, 

Gejala dan tanda yang timbul sebelum terdiagnossa atau selama menderita toxoplasmosis 

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan toksoplasmosis kongenital

PCR dapat mendeteksi T.gondii pada buffy coat darah tepi, cairan amnion  atau cairan serebrospinal  untuk menentukan banyaknya DNA parasit yang muncul di awal  kehamilan. Sensitifitas PCR pada kehamilan 17 sampai 21 minggu (>90%) 

Immunosorbant Agglutination Assay (ISAGA) (IgM, IgA, IgE) sensitifitas sekitar 75 sampai 80%.,Double Sandwich Enzyme Immusorbant Assay (ELISA) (IgM, IgA, IgE),,Indirect Fluorescent Antibody (IFA IgG, IgM) sensitifitas 25 sampai 50%

Tes Sabin Feldman (IgG),

CT Scan

 mendeteksi adanya kalsifikasi di periventrikel dan basal ganglia,, hidrosefalus 

yang mungkin terjadi pada minggu pertama kehidupan, dan atau adanya atrofi 

korteks.

Pemeriksaan patologi

terdapatnya takizoit atau kista di jaringan atau cairan badan.

Laboratorium

Serum Glucose-6-Phosphate-Dehydrogenase (G6PD) sebelum pemberian 

sulfadiazinUrinalisis dan kreatininCairan serebrospinal: xantokrom, mononuklear  pleositosis, protein meningkat.  Leukositosis/leukopeni. Awalnya limfositopenia atau monositosis. Eosinofilia (>30%), trombositopenia,Fungsi hati, PCR lebih baik dalam mendeteksi parasit pada cairan serebrospinal.

pengobatan 

 ibu terinfeksi selama kehamilan  tidak mengakibatkan gejala dan  tidak terdeteksi tanpa skrining antibodi.

a. Infeksi pada neonatus guna memperbaiki gejala akut dan outcome.

Asam folat 10 mg, 3x/minggu hingga 1 minggu sesudah pemberian pirimetamin  berhenti., berguna untuk mencegah supresi sumsum tulang.

 Sulfadiazin 50 mg/kgberatbadan/12jam hingga usia 1tahun.

 Efek samping supresi sumsum  tulang, kristaluria, hematuri dan/atau hipersensitif,  diganti oleh atovaquon,klindamisin atau  azitromisin

Pirimetamin 1 mg/kgberatbadan/12 jam selama 2 hari diteruskan tiap hari hingga usia 2-6  bulan, dan 3x/minggu hingga usia 1 tahun. Efek samping yaitu supresi sumsum tulang  terutama kejang, tremor , gangguan saluran cerna  dan  netropenia adalah inhibitor reduktase dihidrofolat,

pasien bayi dari ibu yang terinfeksi HIV dan T.gondii dapat diberikan terapi bersama  antiretroviral seperti zidovudin,

Shunt ventrikel pada hidrosefalus,

Pemberian  prednison memerlukan tappering off dan dihentikan ketika gejala membaik,Prednison 0,5 mg/kgberatbadan/12jam diberikan pada infeksi susunan saraf pusat yang  aktif (protein >1g/dL), korioretinitis aktif, penglihatan 

b.Terapi untuk mencegah terjadinya kerusakan otak dan kelainan retina dalam uterus  yang ireversibel.

Diagnosa  prenatal dapat menggunakan PCR cairan amnion, sedangkan USG 

kepala untuk mendeteksi adanya dilatasi ventrikel.

 Spiramisin diberikan pada kehamilan <18 minggu hingga aterm. 

asam folat, Pirimetamin, sulfadiazin  diberikan pada kehamilan >18 minggu. Jika infeksi fetus terjadi pada kehamilan <17 minggu hanya  diberikan sulfadiazin  saja hingga sesudah trimester pertama, oleh karena pirimetamin mempengaruhi  organogensis. sesudah pengobatan diberikan pada ibu, diagnosa  pada pasien bayi menjadi  sulit , serologis menjadi samar,

Pencegahan 

Kelainan pada mata yang paling sering  pada toksoplasmosis kongenital  maka perlu  dilakukan pemeriksaan  setiap 3 bulan hingga 18 bulan  dan  setahun sekali. Dengan pengobatan yang baik, korioretinitis membaik sesudah 1 sampai 2minggu dan tidak relaps.

Pemeriksaan toksoplasmosis kongenital

a. Laboratorium

Serum Glucose-6-Phosphate-Dehydrogenase (G6PD) sebelum pemberian 

sulfadiazinUrinalisis dan kreatininCairan serebrospinal: xantokrom, mononuklear  pleositosis, protein meningkat. PCR lebih baik dalam mendeteksi parasit pada cairan serebrospinal, Leukositosis/leukopeni, pada mulanya monositosis atau  limfositopenia ,.Eosinofilia  >30%,  trombositopenia,

Fungsi hati

b. CT Scan

 mendeteksi  kalsifikasi di basal ganglia dan periventrikel , hidrosefalus 

 mungkin terjadi pada minggu pertama kehidupan, dan atau adanya atrofi 

korteks,

c. Pemeriksaan patologi

adanya  takizoit atau kista di jaringan atau cairan tubuh,

d. PCR dapat mendeteksi T.gondii pada buffy coat darah tepi, cairan serebrospinal atau .cairan amnion untuk menentukan banyaknya DNA parasit yang muncul di awal  kehamilan, Sensitifitas PCR pada kehamilan 17 sampai  21 minggu >90%

b.Serologis 

Immunosorbant Agglutination Assay (ISAGA) (IgM, IgA, IgE) sensitifitas  75 sampai 80%,Double Sandwich Enzyme Immusorbant Assay (ELISA) (IgM, IgA, IgE), Tes Sabin Feldman (IgG)

, Indirect Fluorescent Antibody (IFA IgG, IgM) sensitifitas 25 sampai 50%

pengobatan :

 90% ibu terinfeksi selama kehamilan  tidak menimbulkan gejala dan 

 tidak terdiagnosa  tanpa skrining antibodi.

 Infeksi pada neonatus guna memperbaiki gejala akut dan outcome.

Prednison 0,5 mg/kg.beratbadan /12jam diberikan pada infeksi susunan saraf pusat yang  aktif (protein >1g/dL), korioretinitis aktif, penglihatan 

 Pemberian  prednison memerlukan tappering off dan dihentikan ketika gejala membaik.

 Pirimetamin 1 mg/kg beratbadan /12 jam selama 2 hari dilanjutkan tiap hari sampai usia 2 sampai 6 bulan, dan 3x/minggu sampai usia 1 tahun.

Sulfadiazin 50 mg/kg berat badan /12jam sampai usia 1tahun. Efek samping supresi hipersensitif sumsum  tulang, kristaluria, hematuri   diganti dengan  atovaquon,  klindamisin.atau azitromisin,

 Asam folat 10 mg, 3x/minggu sampai 1 minggu setelah pemberian pirimetamin 

 berhenti., berguna untuk mencegah supresi sumsum tulang.

 Efek samping supresi sumsum tulang 

terutama gangguan saluran cerna, netropenia, kejang, tremor , Merupakan 

inhibitor reduktase dihidrofolat, Shunt ventrikel pada hidrosefalus,

Bayi dari ibu yang terinfeksi HIV dan T.gondii  diberikan terapi bersama 

antiretroviral seperti zidovudin,Terapi untuk mencegah terjadinya kerusakan otak dan kelainan retina dalam uterus yang ireversibel,Setelah pengobatan diberikan pada ibu, diagnosa  pada bayi menjadi sulit karena klinis dan serologis menjadi samar,

 Jika infeksi fetus terjadi pada kehamilan <17 minggu maka  diberikan sulfadiazin  saja sampai setelah trimester pertama, oleh karena pirimetamin mempengaruhi  organogensis,Spiramisin diberikan pada kehamilan <18 minggu sampai aterm, sulfadiazin, asam folat dan Pirimetamin diberikan pada kehamilan >18 minggu.

Diagnosa  prenatal dapat menggunakan PCR cairan amnion,  USG 

kepala untuk mendeteksi adanya dilatasi ventrikel,

Pencegahan :

Kelainan pada mata  pada toksoplasmosis kongenital perlu 

dilakukan pemeriksaan  setiap 3 bulan sampai 18 bulan juga  setahun sekali, 

Dengan pengobatan yang baik, korioretinitis sembuh  setelah 1 sampai 2minggu dan tidak .relaps,



5.PASIEN  IBU   PENDERITA INFEKSI RUBELLA


infeksi rubella maternal pada kehamilan 12 minggu pertama akan menimbulkan infeksi   pada fetus sekitar 81%, sekitar 54% pada kehamilan 13 sampai  16 minggu, 36% pada kehamilan ,17 sampai  22 minggu, dan seterusnya ini  akan semakin menurun seiring  bertambahnya  usia 

 kehamilan. transmisi fetomaternal pada kehamilan 10 minggu pertama  memicu   kelainan jantung dan tuli sebanyak 100% pada fetus yang terinfeksi,

pengobatan :

tidak ada terapi spesifik untuk ibu atau  infeksi rubella kongenital karena lebih dari  setengah neonatus dengan rubella kongenital asimptomatik pada saat lahir,

pencegahan: 

imunisasi,

pemeriksaan laboratorium

 antenatal

vkm

postnatal

 isolasi virus rubella di urin, orofaring dan deteksi IgM spesifik Rubella 

pada darah 

 neonatus atau umbilikus,

IgM spesifik dari darah fetus yang diperoleh secara PUBS dan antigen rubella dari biopsi 

 spesimen vili horialis,

Diagnosa  Sindrom Rubella Congenital:  

Kelainan jantung kongenital ( stenosis a.pulmonalis,patent ductus arteriosus)

,Katarak,Tuli sensorineural

Kelainan  lain,antaralain : 

Kelainan yang jarang terjadi yaitu  ketidaknormalan  tiroid, kriptorkismus, 

 penyakit ginjal polikistik,miokarditis, glaukoma, mikrosefali, panensefalitis, 

progresif kronis, hepatitis, anemia, hipogamaglobulinemia, IUGR,Pada gambaran radiologi tampak tulang lusen,DM,Hepatosplenomegali

,Retinopati,Mikroftalmia,Meningoensefalitis,ketidaknormalan  elektroensefalograf,Trombositopenia purpura,Hipotonia,  ketidaknormalan  dermatoglyphic,




6.PASIEN  IBU PENGIDAP  DIABETES MELITUS


muncul Masalah  pada pasien bayi yang lahir  dari ibu dengan gangguan ginjal, jantung, atau mata,pasien bayi yang dilahirkan dari ibu penderita  diabetes melitus berisiko mengalami masalah pada ketika lahir  yaitu  makrosomia,gangguan maturitas paru, berat lahir besar untuk masa kehamilan (BMK)  apabila disertai dengan penyakit vaskular akan mengalami berat lahir  kecil untuk masa kehamilan (KMK). 

Diagnosa Anamnesa 

Pengamatan pada IDM (infants of diabetic mothers) di ruang resusitasi:

Malformasi kongenital,Bukti adanya makrosomia,Hipoglikemia dengan tanda letargi, tidak  mau minum, apnea atau kejang dalam 6 sampai  12  jam sesudah lahir. Kejang yang timbul sesudah usia 12 jam kemungkinan diakibatkan  oleh  hipomagnesemia atau hipokalsemia ,Distres respirasi akibat imaturitas paru,

 Asfiksia,Trauma lahir,

pengobatan

- apabila pasien bayi berusia kurang dari 3 hari, amati hingga usia 3 hari:

 Periksa kadar glukosa , Ketika pasien bayi datang atau pada usia 3 jam,3 jam sesudah pemeriksaan pertama, kemudian ulangi tiap 6 jam selama 24 

jam atau hingga kadar glukosa dalam batas normal sesudah 2 kali pemeriksaan 

berturut-turut,

- disarankan  ibu untuk menyusui  lebih sering, paling tidak 8 kali sehari  siang dan malam,

-pasien bayi lahir dari ibu penderita diabetes mellitus, berisiko untuk mengalami hipoglikemia  pada 3 hari pertama sesudah lahir, walaupun pasien bayi sudah dapat minum dengan baik.

- apabila kadar glukosa ≤45 mg/dL atau pasien bayi menunjukkan tanda hipoglikemia (tremor  atau letargi), tangani untuk hipoglikemia (lihat SPM hipoglikemia),

- apabila  tidak ada tanda hipoglikemia atau masalah lain dan pasien bayi dapat 

minum dengan baik, pulangkan pasien bayi pada hari ke3,

Pencegahan 

Pencegahan komplikasi yang berat pada janin maupun pasien bayi pada masa neonatal dilakukan  dengan penanganan pada ibu selama hamil seperti :

mengendalikan kadar gula dengan terapi diet, apabila tidak berhasil dengan insulin, melakukan kontrol rutin ,Pemeriksaan pada trimester pertama, kedua, dan ke3

Pemeriksaan laboratorium

- Kadar bilirubin serum diperiksa apabila ada indikasi  tanda ikterus.

- Hemoglobin/hematokrit diperiksa pada usia 4 dan 24 jam

- Kadar glukosa serum dengan dextrotix  sesudah lahir dan selanjutnya sesuai  prosedur pemeriksaan kadar glukosa darah. apabila kadarnya <40 mg/dL, maka  dilakukan  pemeriksaan ulang kadar glukosa serum.Kadar kalsium serum diperiksa pada usia 6, 24 dan 48 jam. apabila kadar rendah, periksa  juga kadar magnesium karena mungkin  menurun, 

- Pemeriksaan laboratorium lain seperti analisa gas darah, hitung jenis leukosit, dan  kultur diperiksa sesuai indikasi.

- ekokardografi,Radiologi, EKG  sesuai indikasi,




7.PASIEN IBU PENGIDAP  INFEKSI HEPATITIS VIRUS B (HBV)


pasien bayi yang dilahirkan dari ibu penderita Hepatitis B biasanya asimptomatis, jarang  disertai gejala sakit. perpindahan  virus hepatitis B (HB) dari ibu penderita terjadi  ketika  lahir karena paparan darah ibu, melalui fekal oral (sangat jarang) dan  ASI,apabila ibu terbukti menderita hepatitis akut pada kehamilan trimester pertama dan kedua, risiko penularan pada pasien bayinya kecil karena antigen dalam  darah sudah negatif pada kehamilan cukup bulan dan antiHBs sudah muncul, apabila ibu 

terinfeksi virus HB pada kehamilan trimester akhir, kemungkinan pasien bayi akan tertular  adalah 50 sampai  70%. risiko tersebut dapat minimal  apabila pasien bayi diberikan HBIG dan vaksin  hepatitis B,

Diagnosa  Anamnesis:

 infeksi hepatitis B banyak yang  tidak bergejala, Gejala nya mirip  dengan infeksi hepatitis A dan C tetapi mungkin lebih  berat dan lebih mencakup keterlibatan kulit dan sendi,  Gejala  malaise, letargi  dan  anoreksia ,

Gejala seperti  artralgia atau lesi kulit berupa akrodermatitis papular,  sindrom Gianotti-Crosti,urtikaria, ruam purpura dan makulopapular, 

Pemeriksaan : 

Limfadenopati,Ikterus timbul sesudah 6 sampai  8 minggu, Hepatosplenomegali,

pengobatan : 

Ibu yang menderita hepatitis akut selama hamil atau HBsAg positif dapat menularkan  hepatitis B pada pasien bayinya, maka  diperlukan pencegahan dengan:

berikan sistem kekebalan badan  oglobulin hepatitis B (HBIG) 200 IU 

 (0,5 mL) IM disuntikkan pada paha sisi yang lainnya, dalam waktu 24 jam sesudah lahir (paling lambat 48 jam sesudah lahir).

 Berikan dosis awal vaksin hepatitis B 0,5 mL IM dalam 12 jam sesudah lahir diteruskan  dosis ke-2 dan ke-3 pada usia 1 dan 6 bulan,

jika  pasien bayi menderita hepatitis B kongenital dapat diberikan etanercept ,lamivudin, tenofovir, atau  adefovir,  

Pada pasien bayi yang dilahirkan dari ibu penderita hepatitis B dan tidak mendapatkan  penanganan  maka  perlu dilakukan pemeriksaan:

Anti HBs untuk melihat tingkat kekebalan pasien bayi; apabila positif pasien bayi telah mendapat  kekebalan dan terlindung dari infeksi

HBsAg pada  1 sampai  2 bulan sesudah lahir; apabila positif perlu penanganan lebih lanjut, rujuk  ke suberatbadanagian hepatologi.

 pencegahan terhadap  infeksi HB neonatal yaitu  dengan memberikan 

sistem kekebalan badan  oprofilaksis,

Pemeriksaan laboratorium:

- Bukti  pertama infeksi HBV adalah kenaikan serum ALT, yang mulai naik sebelum  ada  gejala, sekitar 6 sampai  7 minggu sesudah pemajanan,

Periksa kadar HBsAg dan IgM anti-HBc. Kadar antigen akan terdeteksi dalam darah  pasien bayi pada usia 6 bulan, dengan kadar puncak pada usia 3 sampai 4 bulan. Jangan ambil darah  umbilikal karena 

adanya kemungkinan antigen noninfeksius dari darah ibu  terkontaminasi dengan darah ibu yang mengandung antigen  positif atau sekresi vagina, 



8.PASIEN IBU PENGIDAP  INFEKSI SIFILIS


 transmisi infeksi sifilis ke janin  terjadi pada 2  trimester akhir, tetapi kuman spirokhaeta dapat menembus plasenta  setiap saat selama kehamilan, Diagnosa

.Sifilis kongenital mengakibatkan manifestasi klinis ketika berusia 3 bulan kehidupan,Gejalanya,antaralain: 

ketidaknormalan  SSP atau oftalmologi, Erb’s palsy atipik,Watery nasal discharge (rinitis persisten),Anemia,Pneumonia,Ikterus,Hepatosplenomegali, ketidaknormalan  rangka  pseudoparalisis,osteokondritis, periostitis, 

Lesi kulit dan mukokutan  ruam terutama di telapak tangan dan kaki

Pemeriksaan :

 pemeriksaan  dan uji serologis (VDRL) segera sesudah lahir pada setiap 

pasien bayi yang dilahirkan ibu dengan hasil seropositif ,antaralain: 

Diobati tetapi belum sembuh,Tidak terjadi penurunan titer treponema sesudah pengobatan,Diobati dengan obat selain penisilin,Tidak diobati atau tidak punya catatan pengobatan ,Diobati selama kehamilan trimester akhir,

Pemeriksaan fisik:

Sensitivitas  75% pada sifilis primer, mendekati 100% pada sifilis sekunder, dan  

75% untuk sifilis tersier atau laten, terdapatnya pleiositosis dan peningkatan protein,FTA-ABS 19S Ig M test, PCR (polymerase chain reaction) untuk mendeteksi adanya T. pallidum,

- Nontreponemal test (4x/> dari titer ibu) berupa RPR (rapid plasma reagin), ART (automated reagin test),,VDRL  dan (the veneral disease research laboratory), Treponemal test seperti FTA-ABS (the fluorescent treponemal antibody absorption test)

Pemeriksaan cairan likuor otak untuk mengetahui adanya neurosifilis.

Pencegahan :

 pemeriksaan serologis pada pasien ibu hamil yang mempunyai faktor risiko tinggi   riwayat sudah pernah  mengalami infeksi sebelumnya, riwayat  sudah pernah  mengalami infeksi HIV ,pelaku seks komersial, sering berganti pasangan, pecandu obat-obatan,  Berikan pengobatan  terhadap pasien ibu hamil yang terinfeksi untuk mencegah  terjadinya sifilis kongenital,

Patofisiologi sifilis (masa inkubasi 3 minggu)

a. Sifilis kongenital 

saat lahir tidak mengakibatkan gejala, tetapi tanda muncul sesudah  usia 3 bulan, Gejala pada sifilis kongenital awal ,gejala lanjut terjadi sesudah 2 tahun yaitu neurosifilis, tuli saraf ,keratitis interstitial, perubahan tulang (hutchinson teeth,saddle nose,frontal bossing, high palatal arch, maksila pendek), 

b. Sifilis didapat

Sifilis laten

Tidak ada gejala akan tetapi terdapat bukti serologis adanya infeksi.

 Sifilis primer Timbul 1/> chancre (indurasi,ulkus tidak sakit)

Sifilis tersier

Timbul 4 sampai  12 tahun kemudian sesudah sifilis sekunder, dapat berupa gumma pada  kulit, tulang, atau organ dalam,

Sifilis sekunder  Terjadi sesudah 3 sampai  6 minggu. Terjadi plak membran mukosa, ruam polimorfik pada telapak tangan dan kaki, kondiloma lata, alopesia, sakit tenggorokan, demam, sakit kepala, limfadenopati difus, mialgia, artralgia, 

 Neurosifilis

gejala  dini antara lain: penyakit neurovaskular dan  meningitis lanjut yaitu kejang,demensia, tabes dorsalis, .

pengobatan

Ibu dengan infeksi sifilis

apabila hasil uji serologis pada ibu positif dan sudah diobati dengan penisilin 2,4 juta unit  dimulai sejak 30 hari sebelum melahirkan, pasien bayi tidak perlu diobati, apabila ibu tidak diobati atau diobati secara tidak adekuat atau tidak diketahui status  pengobatannya, maka:

beri ibu dan ayahnya benzatine penisilin 2,4 juta unit IM dibagi dalam dua suntikan  pada tempat yang berbeda,

 beri pasien bayi aqueous crystalline penicillin G 50.000 U/kg/dosis IM/IV tiap 12 jam selama ,7 hari pertama usia kehidupannya, diteruskan tiap 8 jam hingga 10-14 hari.; atau  aqueous procaine penicillin G 50.000 U/kg IM dosis tunggal selama 10 sampai 14 hari.

pengawasan :

 pemeriksaan rutin pertumbuhan pasien bayi dan tanda-tanda  sifilis kongenital pada pasien bayi berusia 1, 2, 4, 6, dan 12 bulan.

Lakukan follow-up sesudah terapi ketika pasien bayi berusia 3, 6, dan 12 bulan hingga  pemeriksaan serologi nonreaktif dan titer VDRL turun.

berikan terapi untuk sifilis kongenital jika  ada   tanda-tanda sifilis kongenital pada pasien bayi  seperti kondiloma di anus, rinitis,  hidrops fetalis/hepatosplenomegali ,edema, ruam kulit, lepuh di telapak 

tangan/kaki, 



9.PASIEN IBU  PENGIDAP  INFEKSI TUBERKULOSIS  PARU



 tuberkulosis  kongenital jarang terjadi,  faktor yang memicu  peningkatan  tuberkulosis  pada  anak dan dewasa muda yaitu epidemi HIV (human immunodeficiency virus), terjadinya penurunan  pelayanan kesehatan ,terjadi multidrug-resistant tuberkulosis, imigrasi dari area yang risiko tinggi terjadi  tuberkulosis  ke area yang risiko rendah, peningkatan  transmisi terutama pada fasilitas kesehatan,  pasien ibu hamil dengan infeksi  tuberkulosis   pada paru saja tidak akan menularkannya ke janin hingga  pasien bayi lahir. Mekanisme infeksi intrauterin dapat melalui beberapa cara yaitu penyebaran secara aspirasi cairan amnion yang terinfeksi     tuberkulosis kongenital, secara hematogen melalui vena umbilikalis , transmisi melalui proses persalinan  tuberkulosis natal  ,  tuberkulosis  pascanatal terjadi  akibat penularan secara droplet.

Diagnosa Anamnesa 

tuberkulosis  kongenital adalah  tuberkulosis yang terjadi pada pasien bayi berusia 1 sampai  84 hari,  tuberkulosis kongenital baru akan mengakibatkan gejala pada usia 2 sampai 3 minggu,seperti : Distensi abdomen,Iritabel,,Letargi ,

Gagal tumbuh, Demam ,

Pemeriksaan :

Distres respirasi,Hepatosplenomegali,Berat badan menurun,Pembesaran kelenjar,Ear discharge,Apnea,Ikterus,Berat badan lahir rendah, prematur,Tanda-tanda pada sistem saraf pusat,

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan plasenta  PA, mikrobiologis-BTA dan perkembang biakan  tuberkulosis ,

jika  bersifat asimtomatik atau dengan gejala minimal,Pada  pasien bayi yang dicurigai menderita  terinfeksi tuberkulosis  perinatal  atau   tuberkulosis kongenital perlu test  tuberkulin PPD meskipun hasilnya bisa negatif  kecuali kalau infeksi sudah berlangsung selama 4 sampai 6 bulan, 

apabila  terdapat hepatomegali, lakukan pemeriksaan USG abdomen, 

jika ada lesi di hati lakukan biopsi hati, apabila selama evaluasi klinis terdapat lesi kulit , ear discharge, limfadenopati lakukan  pemeriksaan mikrobiologis dan atau PA, apabila pasien bayi terbukti menderita tuberkulosis  kongenital, lakukan penanganan sebagai  tuberkulosis kongenital , Pemeriksaan BTA (basil tahan asam) pada cairan lambung, Lumbal pungsi apabila indikasi ke arah meningitis tuberkulosis atau  tuberkulosis  milier , Foto dada, menunjukan adanya adenopati atau infiltrat atau berupa bentuk milier.

Pencegahan TB neonatal:

mengobati pasien ibu hamil sedini mungkin, dilakukan uji tuberkulin pada semua pasien ibu hamil  yang dicurigai kontak dengan penderita,  pasien ibu hamil dengan gastrektomi,HIV positif, diabetes  atau ibu yang bekerja di lingkungan dengan kemungkinan penularan cukup  tinggi,

pengobatan 

apabila ibu tidak mengalami infeksi aktif, sedang dalam pengobatan, hasil pemeriksaan  sputum negatif dan hasil foto dada stabil:

Foto ulang ibu pada 3 dan 6 bulan sesudah melahirkan, dan yakinkan ibu tetap minum  obat,Periksa anggota keluarga , pasien bayi diperiksa tes tuberkulin PPD pada usia 4 bulan; apabila hasilnya negatif, sputum ibu  negatif, dan anggota keluarga lain tidak terinfeksi, hentikan pemberian INH,  Ulang pemeriksaan tuberkulin PPD pada usia 6,9, dan 12 bulan  apabila ibu mendapat pengobatan , Periksa foto dada ulang ibu pada 3 dan 6 bulan sesudah melahirkan karena ada  kemungkinan terjadi eksaserbasi, Lakukan pemeriksaan ulang tes tuberkulin PPD setiap 3 bulan selama 1 tahun, sesudah 

itu evaluasi tiap tahun, INH tidak perlu diberikan pada pasien bayi.

 Periksa anggota keluarga ,

bila  ibu baru terdeteksi sesudah melahirkan atau belum diobati 

Semua anggota keluarga harus diperiksa  kemungkinan terinfeksi, pasien bayi diperiksa foto dada dan tes PPD pada usia 4 sampai 6 minggu,Ulang tes PPD pada usia 4 bulan dan 6 bulan, apabila hasil tes negatif pada usia 4 bulan dan tidak ada infeksi aktif di seluruh anggota  keluarga; pemberian INH dapat dihentikan, pemberian ASI dapat diteruskan, 

apabila ibu menderita tuberkulosis paru aktif dan mendapat pengobatan kurang dari 2  bulan sebelum melahirkan, atau didiagnosa  menderita tuberkulosis sesudah melahirkan,maka: 

Beri profilaksis isoniazid (INH) 5 mg/kg sekali sehari peroral,Jangan diberi vaksin BCG segera sesudah lahir, Pada usia 8 minggu lakukan evaluasi kembali, catat berat badan dan lakukan tes  Mantoux dan pemeriksaan radiologi apabila memungkinkan:

apabila keadaan pasien bayi baik dan hasil tes negatif, lanjutkan terapi pencegahan dengan  INH selama 6 bulan, apabila  tuberkulosis  aktif,  berikan pengobatan anti-tuberkulosis  lengkap ,Kortikosteroid diberikan  apabila terdapat meningitis tuberkulosis, jika terjadi resisten multiobat (MDR=multidrug resistant) berikan 4 macam obat  selama 12 sampai 18 bulan.

Tunda pemberian vaksin BCG hingga 2 minggu sesudah pengobatan selesai. apabila  vaksin BCG sudah diberikan, ulang pemberiannya 2 minggu sesudah pengobatan INH  selesai, tiap 2 minggu untuk menilai kenaikan berat  pasien bayi.




10.PASIEN IBU PENGIDAP INFEKSI MALARIA


infeksi Plasmodium falsiparum selama kehamilan  memicu  gangguan  pertumbuhan intrauterin, pasien bayi berat lahir rendah (beratbadanLR),  anemia pasien ibu hamil, abortus, lahir mati, kelahiran prematur, 

Diagnosa Anamnesa

Gejala sianosis ,  kehilangan kesadaran,demam dan anemia,  kuning, tidak mau minum, lemas, sianosis , Riwayat ibu menderita malaria,

Pemeriksaan Hepatosplenomegali dan Ikterus

Pemeriksaan Laboratorium: 

Cari tanda-tanda malaria kongenital (masalah minum ,muntah, ikterus, hepatosplenomegali, anemia, demam  ); meskipun kenyataannya sulit dibedakan dengan  gejala malaria ,pada setiap pasien bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita atau dicurigai menderita  malaria- IgM dan PCR,

Periksa apusan darah tipis  untuk menemukan jenis Plasmodium falsiparum ,

 Pemeriksaan darah seperti trombosit, bilirubin,hematokrit, leukosit, 

pengawasan 

setiap 2 minggu dalam 8 minggu untuk memeriksa pertumbuhan  pasien bayi 

Pencegahan  komplikasi  terhadap janin akibat infeksi malaria selama hamil adalah  memberikan pengobatan intermiten sulfadoksin-pirimetamin 

minimal 2 kali selama hamil,

pengobatan: 

Pada area yang resisten klorokuin, ada  terapi baru  oleh WHO yaitu ACT (artemisin dan combination therapy) misalnya: pemberian  artemisin dan primakuin (usia >1 tahun) pada Plasmodium falciparum,atau dapat .dipakai artemisin (25 mg/kg pada hari pertama dan 12,5 mg/kg pada hari ke2-3) 

dengan meflokuin (15 mg/kg dosis tunggal pada hari kedua)

pasien bayi yang lahir dari ibu dengan malaria dapat mengalami hepatosplenomegali, ikterus, anemia,kelahiran prematur, berat lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, demam, masalah minum, iritabilitas, 

Periksa apusan darah tipis terutama untuk plasmodium falsiparum, apabila:

hasil positif, obati dengan anti-malaria,hasil negatif, tidak perlu pengobatan

pasien ibu hamil yang menderita malaria, pasien bayinya berisiko menderita malaria kongenital,

obat  klorokuin basa (dosis maksimal 25 mg/kg) pada hari pertama 10 mg/kgberatbadan per oral, diteruskan 5 mg/kgberatbadan 6 jam kemudian, selanjutnya hari ke-2 dan ke-3 masing�masing 5 mg/kgberatbadan untuk Plasmodium malariae,,Plasmodium vivax,  Plasmodium ovale, 

 untuk  Plasmodium falciparum yang cenderung resisten terhadap klorokuin dipakai  quinine 10 mg/kg beratbadan  per oral tiap 8 jam selama 8 hari ditambah dengan klindamisin 20 sampai  40 mg/kgberatbadan/hari dibagi 3 selama 5 hari, Jangan memberi kina pada pasien bayi di bawah usia 4 bulan, karena dapat mengakibatkan hipotensi,


RHABDOMYOSARCOMA


Rhabdomyosarcoma yaitu  kanker langka yang terbentuk di jaringan lunak, termasuk jaringan otot rangka,Rhabdomyosarcoma  menyerang di area mana saja. Tetapi, paling sering terjadi di sistem reproduksi  vagina, rahim, , testis,tangan dan kaki, kepala dan leher,sistem kemih   kandung kemih,

 dua jenis rhabdomyosarcom, yaitu:

- Rhabdomyosarcoma embrional (ERMS) menyerang anak-anak saat mulai lima tahun pertama kehidupan  ,ERMS  terjadi di  kepala dan leher, kandung kemih, vagina, atau di dalam atau di sekitar prostat dan testis,

-Rhabdomyosarcoma alveolar (ARMS) mempengaruhi semua golongan umur. terjadi pada otot besar di batang tubuh, lengan, dan tungkai,ARMS cenderung tumbuh lebih cepat dibandingkan ERMS, 

 jenis kanker ini bisa berkembang ketika terjadi perubahan dalam DNA.

DNA sel berisi informasi yang memberi tahu sel tentang apa yang harus dilakukan. jika terjadi perubahan, maka sel bisa berkembang biak dengan cepat dan terus hidup. padahal, sel yang sehat memiliki tahap mati.

karenanya, terjadi penumpulan sel tidak normal atau tumor yang dapat menyerang dan merusak jaringan tubuh yang sehat,

sel tidak normal dapat pecah dan menyebar (bermetastasis) ke seluruh tubuh.

 gejala yang bisa terjadi,antaralain : 

sel kanker yang muncul di telinga bisa memicu sakit telinga, pendarahan, atau keluarnya cairan dari saluran telinga,sel kanker yang tumbuh di area hidung bisa memicu mimisan atau gejala yang mirip dengan infeksi sinus, sel kanker  yang tumbuh di otot lengan atau kaki,  bisa memicu benjolan atau bengkak,

sel kanker yang tumbuh di sistem kemih dan sistem reproduksi bisa memicu pendarahan, sakit perut, dan sulit buang air besar,

rhabdomyosarcoma bisa memicu komplikasi, antaralain : 

rhabdomyosarcoma dapat menyebar dari tempat asalnya ke paru-paru, kelenjar getah bening , tulang daerah lain, membuat pengobatan  menjadi lebih sulit.perawatan  rhabdomyosarcoma  memicu efek samping yang substansial, baik dalam jangka pendek maupun panjang,


BENJOLAN


 

pemicu munculnya Benjolan di Ketiak,antaralain: 

 - Limfoma hodgkin dan non-hodgkin dapat bergejala bersifat lambat pertumbuhannya atau  indolent. Pada limfoma hodgkin  sering yang terkena yaitu kelenjar getah bening di daerah leher,

-pemicu lain yang jarang yaitu PTGC (Progressive Transformation of Germinal Centers), Rosai-Dorfman disease,  IgG4-related disease,castleman’s disease (penyakit hiperplasia pembuluh darah dan kelenjar limfe), kikuchi’s disease, kawasaki disease, limfoma T cell angioimmunoblastic, inflammatory pseudotumor, amyloidosis, Kimura disease, 

- Infeksi HIV dengan tanda  tidak nyeri, lokasi benjolan di ketiak, leher, dan bagian belakang kepala berkembang pada minggu kedua dari gejala akut HIV,

- Infeksi mycobacteria dengan tanda  benjolan terjadi di leher/skrofuloderma. Benjolannya tidak nyeri, membesar dalam  seminggu sampai sebulan tanpa gejala sistemik ,

- Infeksi mononukleosis  dengan tanda demam yang tinggi, faringitis, dan limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening). Kelenjar getah bening yang terkena biasanya simetris dan melibatkan kelenjar leher bagian belakang.  juga ada di ketiak dan lipat paha. Gejalanya memuncak pada minggu pertama dan mereda pada  3 minggu sesudahnya,

- Sarcoidosis menyerang paru, tetapi sekitar 40    %  menyerang ekstra paru. Pembesaran kelenjar getah bening terjadi pada sekitar 50    % , paling sering di mediastinum (di dalam rongga dada). Gejalanya  batuk, sesak napas, dan nyeri dada,  kelelahan, demam,  berat badan turun,

- Systemic Lupus Erythematosus (SLE) penyakit autoimun. Pembesaran kelenjar getah bening pada penyakit ini terjadi sebesar 50    % . Biasanya kelenjar teraba lunak, tidak nyeri dan tersebar, berukuran antara 0,5 sentimeter sampai beberapa sentimeter. Biasanya ada di leher, ketiak, dan lipat paha. jika  infeksi, benjolan kelenjar getah bening akan terasa lebih nyeri.

-beberapa obat-obatan  memicu gejala demam, nyeri sendi, gatal, dan pembesaran kelenjar getah bening hampir seluruh tubuh, obat quinidine, sulfonamide,  sulindac, allopurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, sefalosporin, ethosuximide, hydralazine, imatinib, lamotrigine, penisilin, pyrimethamine, fenitoin dapat memicu gejala pembesaran kelenjar getah bening,

 diagnosis benjolan di ketiak dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium, radiologi antaralain  USG, Doppler, CT-Scan,  MRI.

 biopsi tergantung dari kecurigaan penyakit yang ditegakkan oleh   petugas medis spesialis bedah konsultan bedah onkologi,  sesudah Ibu berkonsultasi langsung dengan   petugas medis. Biopsi yang dapat dilakukan antara lain open biopsy, FNAB (fine needle aspiration biopsy), maupun core needle biopsy.

jika keadaan ini sudah berlangsung cukup lama,  baiknya  berkonsultasi dengan   petugas medis spesialis bedah konsultan onkologi. agar  segera melakukan pemeriksaan secara langsung, bedan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis ,

 setiap wanita dalam siklus normalnya akan mengalami haid atau menstruasi.

biasanya haid terjadi dalam rentang waktu 3-7 hari,

  wanita yang memilki keluhan nyeri benjolan di sekitar payudara saat menstruasi,  mewaspadai risiko kanker payudara.

 gejala yang umum dialami  antaralain mengidam menu hidangan,  nyeri pada dada atau payudara, nyeri pada pinggul sebelum dan saat haid terjadi, nyeri di perut, kembung, mood swing (mudah marah), sakit kepala, kelelahan, benjolan pada ketiak, yang bisa hilang,muncul saat haid,

 risiko kanker payudara karena benjolan yang muncul di ketiak setiap kali haid,  memiliki arti bahwa sebenarnya payudara manusia tidak hanya  satu pasang payudara, hanya di bagian dada, tetapi ternyata manusia sebelum lahir memiliki 6 pasang payudara, yang berada di garis payudara.garis payudara itu yaitu kelenjar payudara yang ada dari ketiak sampai selangkangan.

Payudara pada manusia itu ada enam pasang, jadi jumlahnya ada 12. Mulainya dari titik ketiak sampai selangkangan,

pada usia janin sekitar 10 minggu di dalam kandungan, bibit payudara di tempat yang tidak semestinya akan menghilang,Sehingga, yang berkembang hanyalah payudara yang ada di bagian dada normal antaralain  yang biasanya kita miliki.

Namun,  beberapa orang  garis payudaranya masih tertinggal dan berkembang,

 artinya ada puting dan bisa menyusui,garis payudara yang ada di ketiak sampai selangkangan, bisa jadi menjadi pemicu munculnya benjolan pada ketiak saat haid, benjolan itu yaitu kelenjar yang sama dengan kelenjar payudara di dada, sehingga saat haid akan mengalami rasa nyeri yang sama dengan payudara.

Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah benjolan yang muncul di ketiak setiap kali haid berpotensi kanker atau tidak, hanya dengan melakukan pemeriksaan mammografi atau USG.



PCOS 


 

Sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovary syndrome (PCOS) yaitu keadaan yang memicu gangguan ketidaksembangan hormon dan masalah metabolisme pada wanita.penyakit ini tidak dapat disembuhkan, namun gejala PCOS bisa dikendalikan.PCOS juga  memicu   diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, depresi, sampai peningkatan risiko kanker rahim.

 diet sehat dapat membantu mengurangi dampak PCOS.

pengidap PCOS biasanya memiliki kadar hormon insulin di atas normal.

Insulin yaitu hormon yang diproduksi di pankreas. Hormon ini membantu sel tubuh dalam mengubah gula atau glukosa menjadi energi,Kadar insulin yang terlalu tinggi  memicu resistensi insulin dan membuat ovarium memproduksi lebih banyak hormon androgen,Resistensi insulin  memicu indeks massa tubuh di atas rata-rata normal.  jenis diet yang disarankan untuk pengidap PCOS antara lain:

Diet indeks glikemik rendah,

menu hidangan dengan indeks glimemik rendah cenderung lebih lambat dicerna, sehingga kadar insulin tidak cepat melonjak sesudah makan. 

Diet antiperadangan

menu hidangan antiperadangan antaralain  beri, ikan, sayuran hijau, dan minyak zaitun dapat mengurangi gejala peradangan 

Diet DASH

Pola makan untuk pengidap penyakit darah tinggi atau dietary approaches to stop hypertension (DASH) dapat mengurangi risiko penyakit pembuluh darah dan jantung. menyarankan  makan ikan, unggas, buah, sayur, biji-bijian, dan susu rendah lemak. Diet ini juga menghindari lemak jenuh dan gula.

menu hidangan yang disarankan untuk pengidap PCOS,antaralain:

Buncis, lentil, legum,Lemak sehat antaralain  minyak zaitun, aplukat, kelapa,

  kenari, almond, pistachio,Cokelat hitam,kunyit dan kayu manis,

menu hidangan alami, bukan menu hidangan olahan,menu hidangan berserat tinggi,Ikan berlemak antaralain  salmon, tuna, sarden, dan mackerel,

Sayuran hijau antaralain  kangkung, bayam, kale, Buah berwarna merah tua antaralain  tomat, anggur, ceri, blueberry, blackberry,Brokoli dan kembang kol,

menu hidangan menu hidangan yang harus dihindari pengidap PCOS,antaralain:

minuman dan menu hidangan manis. 

Karbohidrat olahan antaralain  kue, roti, mi, pasta, dan menu hidangan berbasis terigu,Segala sesuatu yang digoreng, Minuman manis, soda, minuman berenergi, minuman dalam kemasanDaging olahan antaralain  hot dog, sosis, kornet, burgerMargarin, mentega,Daging merah mentah murah berlebih,

Sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovarian syndrome (PCOS) yaitu  gangguan produksi hormon yang menyerang wanita.Penyakit ini memicu pengidapnya menghasilkan hormon androgen lebih banyak dari keadaan normal,akibatnya pengidapnya mengalami gangguan siklus haid, masalah kesuburan,

ciri-ciri PCOS  antaralain :

Tumbuh kutil di area ketiak atau leher,Rambut rontok ,Resistensi insulin,Susah hamil,Haid sering terlambat atau tidak teratur,Tumbuh kista di ovarium atau indung telur,Berat badan naik ,berJerawat ,Tumbuh rambut tak wajar di beberapa bagian tubuh,Muncul bercak kulit gelap dan tebal di leher, lengan, payudara, atau paha,

 Perawatan medis yang tepat membantu pengidap PCOS memiliki peluang untuk bisa hamil, ibu hamil dengan PCOS lebih berisiko mengalami komplikasi selama mengandung ,

PCOS  menaikan risiko komplikasi bagi ibu hamil , hamil dengan PCOS memiliki risiko mengalami preeklamsia lebih tinggi dibandingkan ibu hamil dengan keadaan normal.Risiko ini dipicu masalah hormon karena PCOS membuat tekanan darah dan kadar gula darah ibu hamil melonjak selama kehamilan.

Kadar gula darah tinggi pada ibu hamil  memicu berat badan calon bayi di dalam kandungan lebih besar dari janin normal.  ini bisa jadi masalah saat melahirkan.Bagi bayi, PCOS pada ibu hamil dapat membuat bayi lahir prematur, bayi  yang lahir juga berisiko terkena PCOS ,skor pascapersalinan (skor Apgar) rendah, Ibu hamil dengan PCOS biasanya melahirkan bayi melalui operasi caesar.cara agar pengidap PCOS bisa hamil dengan aman ,antaralain:

persiapan hamil pada biasanya, wanita dengan PCOS perlu  menjaga berat badannya ideal.

gunakan kalender ovulasi untuk melacak masa subur di sepanjang siklus menstruasi, untuk menentukan  peluang kehamilan paling besar terjadi.

 perlu menjaga pola makan yang sehat, hindari menu hidangan dan minuman manis, karbohidrat sederhana, dan lemak tak sehat,Perbanyak konsumsi buah dan sayur, 

Perbanyak konsumsi yang mengandung asam folat (vitamin B9), vitamin B6, vitamin B12, vitamin C, vitamin D, dan vitamin E.

 PCOS memicu  kadar gula darah pengidapnya melonjak.  ini membuat tubuh pengidapnya jadi kurang sensitif terhadap insulin.Wanita dengan PCOS yang ingin hamil perlu menyeimbangkan kadar gula darahnya. Kurangi karbohidrat sederhana, makan lebih banyak serat, protein, dan lemak sehat.

,pengidap PCOS  memproduksi hormon testorteron dan estrogen dalam jumlah yang tidak normal.Produksi hormon reproduksi yang terlalu banyak atau sedikit ini membuat wanita susah hamil,  petugas medis  menyarankan  obat resep untuk menyeimbangkan kadar hormon dalam tubuh pengidap PCOS.

Program kehamilan bagi pengidap PCOS agar bisa hamil salah satunya yaitu perawatan fertilisasi in vitro (IVF).pengidap disarankan melakukan tes darah, USG, dan pemeriksaan fisik.IVF kadang bisa bertahun-tahun. 

 perawatan IVF relatif mahal. maka disarankan   inseminasi intrauterine (IUI).

Program kehamilan ini  dengan menyuntikkan sperma dengan konsentrasi tinggi ke dekat sel telur.sindrom ovarium polikistik (polycystic ovary syndrome atau PCOS),

PCOS yaitu keadaan hormonal yang dapat memicu kista tumbuh pada ovarium, 

sedang Endometriosis terjadi ketika jaringan endometrium (lapisan dalam rahim) tumbuh di luar rahim.  sebagian besar gejala antara PCOS dan endometrium berbeda dan mempengaruhi bagian-bagian sistem reproduksi yang berbeda juga, keduanya bisa memicu masalah kesuburan, wanita tidak mungkin  memahami perbedaan gejala dari keduanya sebelum  memeriksakan diri ke   petugas medis, inilah perbedaan gejala antara PCOS dan endometrium : 

-Endometriosis

Gejalanya   : memiliki periode haid yang nyeri, bahkan sangat nyeri, kram yang begitu parah sehingga  mengganggu rutinitas normal sehari-hari ,

Nyeri  saat berhubungan seks atau  berkemih. Rasa nyeri tetap ada, di bagian panggul, endometrium  memicu wanita  kesulitan untuk hamil ,

-Sindrom ovarium polikistik

PCOS terjadi karena ketidakseimbangan hormon, 

PCOS terjadi ketika ovarium atau kelenjar adrenal memproduksi hormon laki lebih dari biasanya, Gejalanya  :

Menstruasi yang tidak teratur. Haid datang setiap dua sampai tiga bulan atau bahkan hanya sekali atau dua kali dalam setahun,Panjang antara periode haid mungkin berbeda-beda,karena berlebihnya hormon laki, tumbuh rambut di tempat-tempat tak terduga ini dinamakan hirsutisme. mengalami pola kebotakan , berjerawat dan berminyak, kesulitan untuk hamil,

pemakaian KB hormonal  dapat membantu meringankan gejala PCOS dan endometriosis karena KB hormonal mengatur periode haid dan membuatnya kurang menyakitkan,  pembedahan  pembedahan untuk membuang kelebihan lapisan endometrium atau  operasi pengangkatan rahim dan indung telur ,

Pengobatan PCOS lebih ditargetkan pada  gejala sehingga    petugas medis  meresepkan obat untuk masalah  pertumbuhan rambut yang tidak normal, jerawat , menawarkan   program IVF atau bayi tabung, 

 PCOS memicu pengidapnya mengalami kadar hormon estrogen rendah dan kadar hormon laki androgen yang justru lebih tinggi,  ibu yang mengalami polycystic ovarian syndrom (PCOS) cenderung memiliki anak autisme. PCOS lazim dialami  15    %  wanita usia subur, bahwa paparan hormon di awal kehidupan mungkin berperan  terhadap terjadinya autisme pada anak lelaki dan wanita,keadaan  PCOS yang terkait dengan peningkatan luar biasa hormon androgen, pemicunya masih belum diketahui namun ada bukti bahwa paparan hormon androgen di masa awal kehidupannya mungkin berperan terhadap terjadinya autisme,Androgen bertanggung jawab untuk membentuk karakter laki. Karena wanita dengan PCOS memiliki androgen yang tinggi, bahkan juga di masa kehamilan,  paparan androgen saat hamil, pengaruh genetika terbagi antara kedua keadaan itu  menjelaskan kaitan antara autisme dan PCOS ,

 PCOS (Polycystic Ovarian Syndrome)  terjadi karena ketidakseimbangan hormon dimana wanita lebih banyak memproduksi hormon androgen (hormon pada laki-laki) secara berlebihan.  ini memicu  wajah lebih berminyak dan siklus menstruasi yang tidak teratur,



 














sakit 1 sakit    1 Reviewed by bayi on Mei 27, 2021 Rating: 5

About

LINK VIDEO