sakit 2
daftar isi
1.kekurangan lengkap protrombin di dapat
(dkpd) dengan perdarahan intrakranial
2.demam rematik akut dra
3.dermatitis atopik
4.dialisis peritoneal
5.diare persisten
6.disorders of sex development dsd
7.distres pernapasan neonatus
8.bronchopulmonary dysplasia bpd
9.transient tachypnea of the newborn (ttn)
10. pneumonia neonatal
11.pulmonary interstitial emphysema pie
12.pneumoperitonium
13.pneumotoraks
14.pneumomediastinum
15.pneumoperikardium
1.KEKURANGAN LENGKAP PROTROMBIN DI DAPAT
(DKPD) DENGAN PERDARAHAN INTRAKRANIAL
acquired prothrombine complex deficiency (APCD) atau kekurangan lengkap protrombin diperoleh (DKPD) merupakan kelanjutan dari VKDB dan dinamakan juga sebagai kekurangan lengkap protrombin sekunder, Etiologi penyakit ini adalah kekurangan vitamin K yang dialami oleh pasien bayi karena:
Tidak memperoleh injeksi vitamin K1 pada saat baru lahir,Rendahnya kadar vitamin K dalam ASI, Rendahnya kadar vitamin K dalam plasma dan cadangan di hati,
Perdarahan intrakranial merupakan 80 sampai 90% bentuk klinis dari kekurangan lengkap protrombin dan mengakibatkan kecacatan yang cukup tinggi atau mortalitas 10 sampai 25% ,
kekurangan faktor koagulasi itu dapat mengakibatkan perdarahan spontan
Semua neonatus dalam 48 sampai 72 jam sesudah kelahiran memiliki kadar
faktor koagulasi yang bergantung vitamin K (faktor II, VII, IX, dan X) yang rendah, yang akan berangsur normal pada usia 7 sampai 10 hari, ini disebabkan oleh kurangnya vitamin K pada ibu dan tidak adanya flora normal usus yang mensintesis vitamin K,Vitamin K ini berperan dalam kaskade pembekuan darah,
acquired prothrombine complex deficiency terjadi mulai usia 8 hari sampai 6 bulan, dengan kejadian tertinggi usia 3 sampai 8 minggu,
Pada pasien bayi bila ada gejala: pucat ,kejang fokal, ubun ubun besar yang
membonjol perlu dipikirkan pertama kali adalah adanya
acquired prothrombine complex deficiency
diagnosa
Minum ASI, tidak memperoleh vitamin K1 saat lahir,Kejang fokal,
pasien bayi kecil (usia 1 sampai 6 bulan) yang sebelumnya sehat, tiba-tiba lemah, banyak tidur , tampak pucat, malas ,minum,
Pemeriksaan
Pucat tanpa perdarahan yang nyata, USG kepala/CTScan kepala: perdarahan intrakranial,Pemeriksaan PT memanjang dan APTT dapat normal atau memanjang,Darah perifer lengkap: anemia berat dengan jumlah trombosit normal,Defisit neurologi:paresis nervus kranialis, kejang fokal, hemiparesis, Peningkatan tekanan intrakranial: penurunan kesadaran, papil edema,UUB membonjol,
Berikan pengobatan pasien seperti APCD sampai terbukti bukan
pengobatan Medikamentosa
tindakan operasi bedah syaraf tergantung seberapa besar perdarahan yang terjadi dan defisit neurologis yang ada . Kriteria PDVK yang
memerlukan tindakan operasi yaitu adanya sumbatan aliran liquor serebrospinalis akibat perdarahan,,volume perdarahan yang luas, menekan struktur batang otak,
pengobatan perdarahan :
pengobatan kejang dan peningkatan tekanan intrakranial yaitu
Manitol 0,5–1 gram/ kgberatbadan/kali atau furosemid 1 mg/kgberatbadan/kali dapat diberikan untuk menurunkan tekanan intrakranial. dengan pemantauan yang ketat untuk terjadinya syok atau perdarahan yang bertambah.
Vitamin K1 1 mg IM selama 3 hari berturut-turut,
Transfusi Fresh Frozen Plasma 10-15 ml/kgberatbadan ,
Transfusi Packed Red Cel sesuai kadar hemoglobin,
Pencegahan :
Injeksi vitamin K1 dengan dosis 1 mg IM pada semua pasien bayi baru lahir.
Pemantauan
ke rehabilitasi medis jika pasien sudah stabil untuk mencegah spastisitas, kontraktur,mobilisasi bertahap,
pengawasan balans cairan dan elektrolit,tumbuh kembang,
Evaluasi Skala Koma Glasgow, ubun-ubun besar,kejang,refleks okulosefalik (Doll’s eye movement) dan pola napas,
2.DEMAM REMATIK AKUT DRA
Demam rematik akut merupakan penyakit reaksi autoimun lambat terhadap
Streptococcus grup A (SGA) penyakit ini ditentukan oleh virulensi organisme, kerentanan genetik penderita, Demam rematik akut yang tidak diobati memicu gejala sisa pada jantung bernama penyakit jantung rematik (PJR),
puncaknya terjadi pada usia 8 tahun dengan rentang usia 6 sampai 15 tahun,
diagnosa :
Kriteria Jones (revisi) untuk pedoman dalam diagnosa reumatik
bentuk mayor bentuk minor
Karditis Klinis
Poliartritis Artralgia
Khorea Demam
Eritema marginatum Laboratorium
Peningkatan reaktan tahap akut (laju endap darah, C-reactive protein)
Nodul subkutan Pemanjangan interval PR pada EKG
PLUS
Bukti infeksi streptokokus grup A sebelumnya
Kultur usap tenggorok atau rapid streptococcal antigen test positif
Titer antibodi streptokokus di atas nilai normal atau meningkat.
Dasar diagnosa:
ASTO ↑ atau kultur positif Doubtful diagnosa (meragukan)
Highly probable ( mungkin)
dengan bukti infeksi Streptococcus beta hemolyticus group A
2 mayor
1 mayor + 2 minor
2 mayor atau 1 mayor + 2 minor
Tidak terdapat bukti infeksi Streptococcus beta hemolyticus group A
Exception (perkecualian): diagnosa Demam rematik akut dapat ditegakkan bila hanya terdapat
Korea saja atau Karditis indolen saja ,
pemakaian kriteria Jones yang diperbaharui untuk demam rematik serangan pertama dan serangan rekuren Demam rematik akut pada pasien yang tidak mengalami penyakit jantung rematik , Untuk serangan rekuren Demam rematik akut pada pasien yang
sudah mengalami penyakit jantung rematik, digunakan pemakaian
minimal dua kriteria minor dengan bukti infeksi Streptococcus grup A sebelumnya,
Kriteria
diagnostik penyakit jantung rematik ditujukan untuk pasien yang datang pertama kali dengan mitral stenosis murni atau kombinasi stenosis mitral dan insufisiensi mitral dan/atau penyakit katup aorta. Untuk chorea rematik tidak diperlukan kriteria mayor lainnya atau bukti infeksi Streptococcus grup A sebelumnya ,
Kriteria Demam rematik akut menurut WHO tahun 2002-2003 pada Tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1. Kriteria WHO Tahun 2002-2003 untuk diagnosa demam rematik dan penyakit jantung rematik (berdasarkan revisi kriteria Jones)
Kategori diagnostik Kriteria
1.Demam rematik 1.Dua mayor atau satu mayor dan dua minor
serangan pertama ditambah dengan bukti infeksi SGA sebelumnya
2.Demam rematik 2.Dua mayor atau satu mayor dan dua minor
serangan rekuren ditambah dengan bukti infeksi SGA sebelumnya
tanpa PJR
3.Demam rematik 3.Dua minor ditambah dengan bukti infeksi SGA serangan rekuren sebelumnya
dengan PJR
4.Korea rematik 4.Tidak diperlukan kriteria mayor lainnya atau bukti infeksi SGA
5. PJR (stenosis 5.Tidak diperlukan kriteria lainnya untuk mendiagnosa mitral murni sebagai penyakit jantung rematik
atau kombinasi
dengan insufisiensi
mitral dan / gangguan
katup aorta
pengobatanTirah baring
Lama dan tingkat tirah baring tergantung sifat dan keparahan serangan
Tabel 2. Panduan aktivitas pada DRA
Aktivitas - Artritis - Karditis minimal - Karditis sedang - Karditis berat
Tirah 1-2 minggu 2-4 minggu 4-6 minggu 2-4 bulan/selama baring masih ada
gagal jantung
kongestif
Aktivitas 1-2 minggu 2-3 minggu 4-6 minggu 2-3 bulan
dalam
rumah
Aktivitas 2 minggu 2-4 minggu 1-3 bulan 2-3 bulan
di luar
rumah
Aktivitas sesudah 6-10 sesudah 6-10 sesudah 3-6 bervariasi
penuh minggu minggu bulan
Pemusnahan streptokok dan pencegahan
Rekomendasi untuk pencegahan streptokok dari tonsil dan faring sama dengan
rekomendasi yang disarankan untuk pengobatan faringitis streptokok, yaitu:
Alternatif lain: penisilin V 4 X 250 mg p.o. selama 10 hari,
Eritromisin 40mg/kgberatbadan/hari dibagi 2 sampai 4 dosis selama 10 hari,
Jika alergi terhadap benzantin penisilin G ,Juga berfungsi sebagai pencegahan dosis pertama,Benzantin penicillin G ,Dosis 0,6 sampai 1,2 juta U i.m.
Pengobatan antinyeri dan antiradang
Antiinflamasi asetosal diberikan pada karditis ringan sampai sedang, sedang prednison hanya diberikan pada karditis berat,
Karditis minimal: tidak jelas ada kardiomegali,
Karditis sedang: kardiomegali ringan ,
Karditis berat: jelas ada kardiomegali dengan tambahan tanda gagal jantung,
Lama pencegahan :
Kategori pasien Durasi
demam rematik - sedikitnya sampai 5 tahun sesudah serangan terakhir
tanpa karditis atau hingga usia 18 tahun.
demam reumatik -sedikitnya 10 tahun sejak episode terakhir atau
akut dengan sedikitnya hingga usia 40 tahun, kadang seumur hidup
karditis dan
penyakit jantung
residual (kelainan
katup persisten)
sesudah operasi seumur hidup
katup
Demam rematik -sedikitnya sampai 10 tahun sesudah serangan terakhir
dengan karditis atau hingga usia 25 tahun, dipilih jangka waktu yang
tanpa bukti terlama
adanya penyakit
jantung residual/
kelainan katup.
Tabel 3.Panduan obat anti inflamasi
Artritis Karditis ringan Karditis sedang Karditis berat
Prednison 2-4 minggu 2-6 minggu
Aspirin 1-2 minggu 2-4 minggu 6-8 minggu 2-4 bulan
Dosis prednison di tappering off pada minggu terakhir pemberian dan mulai diberikan aspirin sesudah minggu ke-2 dosis aspirin diturunkan menjadi 60 mg/kgberatbadan/hari
Dosis Aspirin :100 mg/kgberatbadan/hari, dibagi 4-6 dosis
Dosis: Prednison : 2 mg/kgberatbadan/hari dibagi 4 dosis
Pencegahan
Sesudah pengobatan DRA selama 10 hari dilanjutkan dengan pencegahan sekunder.
Cara pencegahan sekunder yaitu mencegah infeksi streptokokus.
Pencegahan primer
Penisilin oral untuk eradikasi Streptococcus beta hemolyticus group A selama 10 hari atau benzathine penicillin G 0.6 sampai 1.2 juta unit IM
Pencegahan sekunder
Benzantin penisilin G 600.000 U IM untuk berat badan<27 kg (60 pound), 1,2 juta U untuk berat badan >27 kg (60 pound) setiap 4 minggu/28 hari
Pilihan lain:
diberikan Penisilin V p.o.125 sampai 250mg 2 kali sehari Sulfadiazin 1 g p.o. sekali sehari Eritromisin 250 mg p.o. 2 kali sehari Diberikan pada demam reumatik akut, termasuk korea tanpa penyakit jantung reumatik,
3.DERMATITIS ATOPIK
Dermatitis atopik adalah penyakit kulit bersifat kronik residif pada pasien bayi dan pasien anak, reaksi inflamasi pada kulit dari faktor herediter , Bila residif ditambah infeksi, akibat bahan kimia, iritan, alergi, faktor psikogenik,
Dermatitis atopik dapat sembuh sendiri seiring bertambahnya usia, namun dapat pula menetap meluas ,kebanyakan dialami pasien anak usia 5 tahun,
pasien anak dengan dermatitis atopi bentuk klinis terjadi pada tahun pertama
kehidupan,
Faktor-faktor pemicu,antaralain:
Alergen kontak dan hirup : debu, serbuk bunga, makanan, faktor psikogenik, iklim, hormon,infeksi virus,Mirkoorganisme: pityrosporum yeast, kandida, dermatofit, stafilokokus aureus, Iritan: sabun, detergen, desinfektan,
ada 3 bentuk klinis dermatitis atopik yaitu bentuk dewasa,bentuk infantil, dan pasien anak ,
Bentuk infantil :
berbentuk dermatitis akut eksudatif dengan predileksi daerah muka
terutama pipi dan daerah ekstensor ektremitas,berlangsung sampai usia 2 tahun,Lesi yang paling menonjol adalah garukan yang mengakibatkan
krusta dan kadang infeksi sekunder dan vesikel dan papula,
Bentuk pasien anak:
lanjutan dari bentuk infantil meski diantaranya ada periode remisi,
Gejala nya yaitu kulit kering yang bersifat kronik dengan
predileksi area kaki , periorbita,fleksura antekubiti, poplitea tangan,
Bentuk dewasa
Lesi bebentuk dermatitis kronik dengan gejala skuamasi dan likenifikasi ,
Terjadi pada usia 20 tahun, berlokasi diarea bagian badan atas ,ekstremitas, lipatan muka, leher,
diagnosa dermatitis atopik bila terdapat minimal 3 gejala mayor dan 3 gejala minor:
Kriteria mayor
Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya,Dermatitis bersifat kronik residif,
pasien bayi dan pasien anak: lokasi kelainan di daerah muka dan ekstensor,
Pruritus,Dewasa: likenifikasi fleksura,Morfologi dan distribusi khas,,
Kriteria minor
Hiperpigmentasi area orbita,Pitiriasis alba,Kepucatan/eritema area muka,
Xerosis,Iktiosis/pertambahan garis di palmar/keatosis pilaris,Reaktivasi pada uji kulit tipe cepat, Peningkatan kadar IgE, Kecenderungan memperoleh infeksi kulit atau kelainan imunitas seluler, Dermatitis pada areola mamae,
Keilitis,Konjungtivitis berulang,Lipatan Dennie-Morgan area infraorbita, Keratokonus,Katarak subskapular anterior,
Imuno kekurangan: DiGeorge syndrome,Hyper-IgE
syndrome, severe combined immune deficiency,Wiskott-Aldrich syndrome,
Penyakit metabolik: histidinemia, multiple carboxylase deficiency, essential fatty acid deficiency,phenylketonuria,tyrosinemia,
- Neoplasma: Histiocytosis X,Cutaneous T-cell lymphoma,
diagnosa banding:
Infeksi dermatofit,Dermatitis herpetiformis, Skabies,Dermatitis seboroik infantil,Dermatitis kontak,Psoriasis,Neurodermatitis,Sistemik dermatitis,
Lipatan leher anterior:
Gatal bila berkeringat,Intoleransi terhadap bahan wol dan lipid solvent,Gambaran polifolikuler lebih nyata,Intoleransi makanan,Perjalanan penyakit dipengaruhi lingkungan , White dermographism/delayed blanch,
pengobatan gejala ringan:
memotong kuku untuk mengurangi abrasi kulit,mandi dengan air hangat,
kurangi kontak sabun pada genitalia, aksila, tangan dan kaki,gunakan sabun yang lembut,keringkan dan gunakan pelembab,hindari kontak dengan alergen,
kortikosteroid topikal potensi lemah sampai sedang, antihistamin bila perlu,
bila membaik: lanjutkan perawatan harian rutin, turunkan potensi kortikosteroid topikal potensi ringan sampai sedang, antihistamin perlu diberikan bila tidak membaik bawa ke ahli dermatologi imunologi ,
Bila membaik, lanjutkan pengobatan. Bila tidak membaik, pengobatan sesuai gejala sedang sampai berat
Gejala sedang-berat,antaralain:
Antihistamin rutin, Perawatan harian rutin,Naikkan potensi kortikosteroid topikal,
Bila tidak membaik:
Perawatan harian rutin,Naikkan potensi kortikosteroid topikal,
Pertimbangkan infeksi sekunder atau dermatitis kontak, Pertimbangkan leukotrien inhibitor,Antihistamin rutin,
4.DIALISIS PERITONEAL
Dialisis peritoneal yaitu teknik pemisahan molekul besar (koloid) dari molekul kecil dalam suatu larutan karena perbedaan kemampuan difusi melalui selaput semipermeabel, yaitu peritoneum.
Indikasi: Pada gagal ginjal akut,
Indikasi biokimia:
Ureum darah >200 mg/dL atau kreatinin > 5 mg/dL,
Hiperkalemia ≥7 mEq/L,
Bikarbonat plasma ≤12 mEq/L,
Gagal ginjal kronik yang belum didialisis dan menunjukkan gejala akut (acute on .chronic renal failure) Intoksikasi obat dan keracunan yang berat,
Indikasi :
Sindrom uremia yang mencolok: edema paru, hipertensi,,muntah, kejang, kesadaran menurun ,Kelebihan cairan yang menimbulkan gagal jantung,
Asidosis yang tidak dapat dikoreksi,
Kontra indikasi absolut tidak ada,
Kontra indikasi relatif adalah kelainan intraabdominal yang tidak diketahui diagnosanya, super obesitas, perlekatan ,trauma abdomen pascaoperasi,
dalam abdomen, peritonitis,
Langkah persiapan:
Evaluasi pradialisis,
Keseimbangan cairan, bila terdapat dehidrasi dilakukan rehidrasi lebih dahulu
Pemantauan balans cairan dan elektrolit,
Persiapan peralatan :
Peritoneal infusion set,Trokar untuk memasukkan kateter, Set bedah minor,
Kateter stilet,Cairan dialisat isotonis dan hipertonis,,Larutan NaCl 0,9% untuk asites buatan,Lidokain 2% untuk anestesi lokal (sesuai kebutuhan),Heparin,
Larutan KCl 1 mEq/L,Antibiotik garamisin atau amoksisilin intravena/intraperitoneum,
Pemantauan jangka pendek terhadap komplikasi:
pengawasan ,antaralain: glukosa darah, ureum, fosfor, natrium, kalium, kreatinin,berat badan, balans cairan, warna dan kekekeruhan cairan dialisat; laboratorium Hb, asam basa dan elektrolit kalsium,
Komplikasi mekanik: perforasi alat visera (usus dan kandung kemih), perdarahan pada rongga peritoneum, tempat insersi kateter , gangguan aliran dialisat yang tidak lancar, komplikasi mekanik lain seperti ekstravasasi cairan dialisis ke jaringan omentum,subkutan, hernia,
Penghentian dialisis:
Bila kondisi klinis dan laboratorium telah membaik,
Bila lebih dari 3 hari tidak terjadi perbaikan, dibawa ke dokter nefrologi pasien anak,
Pemantauan jangPNEUMOPERITONIUM
ikasi radang. Pengobatan peritonitis akibat dialisis peritoneal dilihat pada lampiran,
Komplikasi metabolik seperti gangguan keseimbangan asam basa, hilangnya protein selama dialisis, gangguan keseimbangan cairan, gangguan keseimbangan elektrolit,
pelaksanaan:
pasien anak ditidurkan dalam posisi telentang, sebelumnya dapat diberi premedikasi dengan diazepam, Bila kandung kemih masih terisi, dilakukan kateterisasi,area abdomen antara umbilikus dan pubis disterilkan dengan menggunakan povidon iodine dan alkohol,
Pada kulit garis tengah (linea alba) ditentukan lokasi insersi keteter peritoneum,
yaitu 2 sampai 3 cm di bawah umbilicus, Pada lokasi itu dilakukan anestesi lokal dengan lidokain 2% , Dibuat asites buatan melalui lokasi itu bila pasien tidak menderita asites yang cukup dengan memasukkan cairan NaCl sejumlah 20 ml/kgberatbadan melalui jarum besar, Kateter dimasukkan ke dalam rongga peritoneum melalui bantuan trokar, kemudian didorong ke bawah masuk ke rongga pelvis , semua lubang pada kateter berada dalam rongga peritoneum, Kemudian kateter difiksasi,
Cairan dihangatkan terlebih dahulu, Cairan dialisat dimasukkan sebanyak 30 sampai 40 ml/kgberatbadan, Satu siklus dibutuhkan 60 menit dengan waktu pemasukkan dan pengeluaran cairan 15 menit, dan cairan dibiarkan dalam rongga peritoneum selama 30 menit,
Pada 1 sampai 2 siklus pertama, heparin 1000 unit/L ditambahkan ke dalam cairan dialisat, ditambahkan Antibiotik profilaksis : gentamisin 5 mg/L atau ampisillin 250 mg/L , ke cairan dialisat, Penambahan KCl ke dalam cairan dialisat disesuaikan dengan kadar kalium darah, Bila kadar kalium darah normal, ditambahkan cairan KCl 4 mEq/L,
5.DIARE PERSISTEN
diare adalah buang air besar lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi lembek atau cair, berlangsung selama 3 sampai 7 hari , Diare persisten adalah diare yang dipicu oleh infeksi dan mulainya sebagai diare akut namun berakhir lebih dari 14 hari, kondisi ini mengakibatkan malnutrisi dan berisiko tinggi mengakibatkan kematian,Terminologi nya antaralain: kelainan herediter lain dengan bentuk diare,,diare kronik atau diare rekuren, seperti cystic fibrosis,, tropical sprue, celiac disease, diare yang berlangsung lebih dari 14 hari menjadi diare persisten, dan diare berhubungan dengan persisten. memicu kematian ,
diagnosa:
Gejala tambahan : banyak gas, gagal tumbuh, sakit perut, kembung,
Tanda-tanda adanya penyakit sistemik, pneumonia, di area endemis HIV ,
Riwayat pemberian antimikroba atau antiparasit yang tidak diperlukan sebelumnya,
Frekuensi BAB, konsistensi dari feses, ada tidaknya darah dalam tinja, Kapan diare muncul (saat neonatus, bayi, atau anak- anak) untuk mengetahui
apakah termasuk diare kongenital , Perjalanan penyakit diare harus ditanyakan dengan jelas,Lamanya diare berlangsung,
Mencari faktor risiko pemicu diare, seperti :
Tidak diberikannya ASI, dalam 6 bulan pertama bayi ,
faktor-faktor modifikasi yang mempengaruhi BAB seperti
diet untuk memperkirakan termasuk diare sekretorik atau osmotik ,
Riwayat masa kehamilan,
Jenis kelamin laki-laki,
Riwayat diare dalam dua bulan terakhir yang menunjukkan ada masalah dalam sistem imunologi pasien anak,
Riwayat pembedahan usus dapat mengakibatkan hilangnya valvula ileocecal,striktur intestinal atau adhesi,
Semuanya ini dapat mengakibatkan terjadinya small bowel bacterial overgrowth yang merupakan faktor risiko terjadinya diare persisten,
Riwayat bepergian, tinggal di tempat penitipan pasien anak merupakan risiko untuk diare infeksi, Riwayat dehidrasi berat selama dalam perawatan,
Riwayat pemakaian nutrisi parenteral total ,
pemeriksaan fisik:
Edema mungkin menunjukkan adanya protein losing enteropathy yang merupakan akibat sekunder dari colitis,inflammatory bowel disease atau lymphangiektasia , penilaian status perkembangan pasien anak, penilaian status dehidrasi, penilaian status gizi,
Perianal rash merupakan akibat dari diare yang memanjang atau merupakan tanda dari malpenyerapan karbohidrat karena feses menjadi bersifat asam,
Tanda-tanda malnutrisi seperti cheilosis, rambut merah jarang dan mudah dicabut, badan kurus, baggy pants ,lidah yang halus,
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan darah, Pemeriksaan darah lengkap, hitung jenis lekosit, serum imunoglobulin untuk mengevaluasi adanya kekurangan kekebalan tubuh, HIV testing, Kecepatan Endap Darah, vitamin B12, vitamin A, vitamin D, vitamin E, folat, kalsium, feritin, CRP, albumin, ureum darah, elektrolit, tes fungsi hati, waktu protrombin (pertanda kekurangan vitamin K) untuk mengevaluasi gangguan nutrisi akibat diare yang berkepanjangan,
Pemeriksaan tinja,
Kultur feses: patogen yang sering terdapat pada diare persisten adalah E. coli
(EPEC), Giardiasis dan Cryptosporidium (antigen testing)Salmonella, enteroaggregative E. Coli (EAEC), Klebsiella, Aeromonas, Amebiasis,
Campylobacter, Shigella, Rotavirus (Elisa),
endoskopi dapat digunakan untuk mengevaluasi beberapa kasus diare persisten, endoskopi dan kolonoskopi dengan biopsi digunakan untuk mengevaluasi pasien yang dicurigai mengalami inflammatory bowel disease,
pemeriksaan radiologi sedikit digunakan pada kasus diare persisten, barium meal dapat menunjukkan nodularitas, struktur dengan dilatasi proksimal usus yang bisa merupakan tempat small bacterial overgrowth yang dapat mengakibatkan diare,
osmolalitas feses dan elektrolit feses untuk menghitung osmotik gap dapat
membantu membedakan antara diare osmotik dengan diare sekretorik,
osmotic ,
Tes enzim pankreas seperti tes fecal elastase untuk kasus yang diduga sebagai insufisiensi pankreas, pH tinja < 5,5 atau adanya substansi yang mereduksi (glukosa, fruktosa, laktosa) pada pemeriksaan tinja, membantu mengarahkan kemungkinan intoleransi laktosa,
gap dihitung dengan rumus: 290 – 2 (Na+ + K+) , Osmotic gap > 50 mOsm
menunjukkan diare osmotik,
breath hydrogen test atau pemberian susu bebas laktosa sementara waktu dapat dikerjakan pada pasien yang dicurigai intoleransi laktosa ,
pengobatan
diare persisten yang ditambah dengan gangguan nutrisi maka harus diobati,
pengobatan rehabilitasi nutrisi dan obat,
Kematian akibat diare sering disebabkan oleh dehidrasi, maka intervensi awal
yang paling utama adalah penggantian cairan dan elektrolit yang hilang,
Rehidrasi
Susu bebas laktosa diberikan pada pasien anak diare persisten
yang tidak memperoleh ASI,pasien anak yang mengalami steatorrhea diberikan medium-chain tryglicerides (MCT) karena mudah dipenyerapan,
pasien anak malnutrisi yang mengalami infeksi usus diberikan kalori lalu dinaikkan secara bertahap sampai 50% atau lebih di atas RDA (Recomended Daily Allowance), Pemberian kalori dimulai dari 75 kkal/kgberatbadan/hari
dinaikkan bertahap sebesar 25 kkal/kgberatbadan/hari sampai bisa mencapai 200 kkal/kgberatbadan/hari,
Eksklusi makanan diberikan untuk mengatasi intoleransi makanan, yang merupakan pemicu primer dari diare persisten ,eliminasi diet dilakukan bertahap mulai dari diet yang masih mengandung sedikit sampai yang sama sekali tidak mengandung cow’s milk protein hydrolisat - amino acidbased formula, bila tidak ada susu protein hidrolisat, diberikan susu protein kedelai, tentang nutrisi ,antaralain:
enteral nutrisi diberikan melalui selang nasogastrik atau gastrostomi, untuk pasien anak yang tidak dapat makan lewat mulut,
continuous enteral nutrition efektif untuk pasien anak dengan fungsi penyerapan yang menurun,
pasien anak yang sangat kurus, nutrisi enteral mungkin tidak cukup,
Dasar pemikiran dari continuous enteral nutrition adalah rasio dari waktu yang
bertambah dibanding dengan fungsi penyerapan , Dengan menambah waktu fungsi permukaan yang berkurang akan meningkatkan penyerapan nutrisi setiap harinya,nutrisi parenteral mempunyai risiko pada pasien dengan intoleransi terhadap hampir semua makanan, termasuk monosakarida,
vitamin B12, zinc, Vitamin A, asam folat, besi, bekerja pada mukosa intestinal dan respons kekebalan sehingga harus diberikan pada pasien diare persisten. Pasien diare persisten rentan terhadap kekurangan mikronutrien, diakibatkan kurang asupan nutrisi , pembuangan mikronutrien melalui defekasi,
suplementasi zinc untuk pasien anak berusia ≤6 bulan sebesar 10 mg dan untuk pasien anak berusia >6 bulan, sebesar 20 mg, dengan masa pemberian 10 sampai 14 hari,
Suplementasi multivitamin dan mineral diberikan minimal dua RDA (Recommended Daily Allowances) selama dua minggu. Satu RDA untuk pasien anak umur 1 tahun ,antaralain:
tembaga 1 mg ,magnesium 80 mg,asam folat 50 mikrogram, zinc 10 mg, vitamin A 400 mikrogram, zat besi 10 mg, tidak direkomendasikan pengobatan antibiotik rutin,
Antibiotik diberikan hanya jika ada tanda-tanda infeksi ekstra-intestinal atau intestinal, Jika dalam tinja terdapat darah, diberikan antibiotik yang sensitif untuk shigellosis,
antibiotik metronidazol oral (50 mg/kgberatbadan dalam 3 dosis terbagi) diberikan pada kondisi jika tidak diperoleh perbaikan klinis pada pemberian dua antibiotik berbeda yang biasanya efektif untuk shigella atau adanya trofozoit Entamoeba histolytica dalam feses,
Probiotik diberikan untuk diare akut maupun diare berkepanjangan ,
pemberian susu yang mengandung Saccharomyces boulardi , Lactobacillus casei dan Lactobacillus acidophillus pada penderita diare persisten
selama 5 hari menurunkan durasi muntah, jumlah tinja, durasi diare,
disarankan Dosis probiotik antara 108 sampain 1010 ,CFU, baik probiotik hidup ataupun yang telah mati,
Pemantauan hasil pengobatan pasien anak yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan diare mencegah diare intraktabel. Kegagalan ditandai dengan adanya peningkatan frekuensi berak diikuti kembalinya tanda-tanda dehidrasi, atau kegagalan pertambahan berat badan dalam waktu 7 hari,
Ketika semua pengobatan tidak ada perbaikan, maka satu-satunya
pilihan adalah nutrisi parenteral atau pembedahan transplantasi usus,
6.DISORDERS OF SEX DEVELOPMENT DSD
disorders of sex development merupakan ketidakselarasan kromosom, perkembangan gonad, anatomi jenis kelamin, sehingga perkembangan sistem reproduksi atipikal menyimpang ,disorders of sex development atau interseks atau hermafrodit merupakan klasifikasi lama yang sering membingungkan ,
Interseks merupakan kondisi yang relatif jarang ada , kejadiannya adalah 1 : 5500, kondisi disorders of sex development ini dapat berbentuk klinis ambigus genitalia, yang diperoleh sejak lahir (neonatus), atau timbul kemudian di masa pasien anak, atau menginjak usia pubertas. Sebagian besar disorders of sex development diperoleh pada masa neonatus, namun dapat pula timbul kemudian berbentuk ,antaralain: pembesaran mammae pada pasien anak laki-laki, infertilitas,hernia inguinalis pada pasien anak wanita, pubertas terlambat, amenore primer (pada pasien anak wanita), virilisasi pada pasien anak wanita, gross hematuria berulang/siklik pada pasien anak
laki-laki, bahaya disorders of sex development seperti pada hiperplasia adrenal kongenital,maka perlu dibawa ke spesialis endokrin pasien anak bidang patologi anatomi, endokrinologi pasien anak, bedah urologi/plastik, pasien anak, obstetri ginekologi, genetik, radiologi, etik, psikiatri, psikolog,
anamnesa
riwayat penyakit:
riwayat pertumbuhan (adakah gagal tumbuh) dan pubertas, riwayat penyakit dahulu (muntah-muntah saat perinatal) atau operasi yang pernah dijalani,
riwayat keluarga:
riwayat genitalia ambigus,infertilitas,kosanguitas,,riwayat kematian perinatal yang tidak diketahui pemicunya, abortus,gangguan perkembangan pubertas,
riwayat pranatal:
diagnosa antenatal: androgen producing tumor,virilisasi ibu, ibu mengkonsumsi seks steroid ,
pemeriksaan fisis :
1. catat derajat genitalia ambigus dengan skala prader 0-5
prader 0: genitalia wanita normal,prader 1: phallus membesar,prader 2: phallus membesar dengan lubang uretra dan vagina terpisah secara nyata, prader 3: phallus membesar dengan satu lubang sinus urogenitalis,prader 4: phallus membesar dengan hipospadia,prader 5: genitalia laki-laki normal
FOTO SKALA PRADER UNTUK MENENTUKAN DERAJAT GENITALIA AMBIGUS
tekanan darah,adakah dismorfik wajah atau gangguan perkembangan, hiperpigmentasi,periksa lubang uretra, letaknya,periksa sinus urogenitalis, lubang vagina dengan teliti, hymen, warnanya,ada/tidaknya gonad, letaknya, volumenya, konsistensinya,
kondisi yang mengarah pada kondisi disorders of sex development ,antaralain:
Riwayat pemeriksaan kromosom seks pranatal, yang tidak sesuai dengan klinis
genitalia saat lahir,hipospadia ringan dengan UDT atau skrotum .yang terbelah,
Riwayat keluarga dengan disorders of sex development , Ambigus genitalia yang khas (misalnya ekstrofi kloaka), tampak seperti genitalia wanita dengan pembesaran klitoris, fusi labia posterior, terdapat massa di inguinal/labia yang berisi gonad. Hernia inguinalis sangat jarang pada wanita, sehingga pikirkan selalu adanya gonad, bila terdapat hernia inguinalis pada pasien anak wanita, tampak seperti genitalia laki-laki dengan undescended testes (UDT) bilateral, mikropenis, hipospadia perineal,
Pemeriksaan :
Pemeriksaan pertama yang dilakukan adalah analisa kromosom dengan kariotipe, dan fluorescence in-situ hybridisation (FISH) dengan probe DNA khusus kromosom X dan Y dengan atau tanpa pemeriksaan gen SRY, pemeriksaan pecitraan untuk visualisai genitalia interna, dapat berbentuk CT scan atau MRI ,genitogram dan atau ultrasonografi (USG), Bila terdapat gangguan pubertas pemeriksaan aksis hipotalamus-hipofisis-gonad, yaitu LH, FSH, testosteron atau estradiol ,
FOTO Algoritme pendekatan diagnosis disorders of sex development
Singkatan: A/T, Androstenedion/ Testosteron; ACTH, adrenocortiocotropic hormone; AMH, anti-Mullerian hormone; DHEA, dihidroepiandrosteron; DHT, dihidrotetsosteron; DNA, deoxyribonucleic acid; FSH, follicle stimulating hormone; GnRH, Gonadotropin-releasing hormone; LH, luteinizing hormone; Hiperplasia Adrenal Kongenita, hiperplasia adrenal kongenital; hCG, human chorionic gonadotropin; SRY, sex determining region on the Y
chromosome; USG, ultrasonography
pengobatan disorders of sex development ,antaralain::
Penentuan jenis kelamin, dapat dilakukan sesudah pemeriksaan lengkap oleh tim ahli yang terdiri dari: Endokrin pasien anak,Radiologi,Bedah Urologi/Plastik/pasien anak,Patologi,Psikolog,Psikiatri,Obstetri ginekologi,Genetik,
pengobatan medis sesuai dengan diagnosa pemicu sesudah konsultasi dengan Endokrinologi pasien anak,antaralain:
-Hiperplasia adrenal kongenital:
Fludrokortison: 25-50 µg/hari,Hidrokortison 15-20 mg/m2/ hari dalam dosis bagi 2-3 kali/hari,
- pengobatan sulih hormon:
Laki-laki dengan menggunakan testosteron, wanita dengan menggunakan estrogen, etinil estradiol,
pemeriksaan penunjang pada disorders of sex development ,antaralain:
analisa kromosom: dengan kariotip atau FISH kromosom seks,Gen SRY,
Elektrolit serum, urin lengkap, 17 hidroksi progesteron (17-OHP),Aktivitas renin plasma,Dihidroepiandrosteron (DHEA), androstenedion, Uji HCG,Rasio testosteron dan dihidrotestosteron (T/DHT),Ultrasonografi pelvis,Genitogram,
CT scan dan MRI pelvis,
pengobatan psikososial merupakan bagian integral dari pengobatan disorders of sex development .
Tujuan pengobatan bedah adalah antara lain untuk koreksi , pengangkatan testis untuk diagnosa (laparaskopi/laparatomi eksplorasi untuk melihat struktur genitalia interna),
Pengangkatan testis dilakukan sesudah lahir pada pasien bayi dengan SIA parsial atau disgenesis testis, yang ukuran phallusnya sangat kecil, sehingga
diputuskan untuk dibesarkan sebagai wanita.
Tindakan bedah koreksi hanya dilakukan pada virilisasi berat (Prader III sampai IV), sekaligus dengan koreksi sinus urogenitalis, Tindakan itu dengan memperhatikan fungsi ereksi, dan inervasi klitoris, dan tidak hanya memperhatikan gambaran kosmetik saja. Pada pasien Hiperplasia Adrenal Kongenita wanita tindakan ini dapat dilakukan saat pengobatan hormonal pengganti dimulai, Vagina yang letaknya rendah dapat dikoreksi dengan tindakan bedah lebih dini, namun dapat pula ditunda sampai usia 1 tahun atau bahkan lebih, Pada pasien anak
laki laki , testis yang tidak turun dan diputuskan untuk dipertahankan, sebaiknya
diturunkan ke skrotum saat biopsi gonad awal. Koreksi korda dan uretroplasti pada pasien anak lelaki dengan hipospadia biasanya dilakukan di usia antara 6 sampai 18 bulan,
7.DISTRES PERNAPASAN NEONATUS
penyakit membran hialin (PMH) merupakan gangguan pernapasan yang disebabkan imaturitas paru dan kekurangan surfaktan, terutama terjadi pada neonatus usia gestasi <34 minggu atau berat lahir <1500 gram. Surfaktan mulai dibentuk pada usia kehamilan 24 sampai 28 minggu oleh karena itu kejadian penyakit membran hialin berbanding terbalik dengan usia gestasi,
Angka kejadian penyakit membran hialin pada neonatus dengan usia gestasi <30 minggu 60%, usia gestasi 30 sampai 34 minggu 25%, dan pada usia gestasi 35 sampai 36 minggu adalah 5%. Faktor predisposisi lain adalah kelahiran operasi kaisar dan ibu dengan diabetes,
Gejala klinis :
subkostal, napas cuping hidung, Sesak, merintih, takipnea, retraksi interkostal dan sianosis yang terjadi dalam beberapa jam pertama kehidupan,
Bila gejala tidak timbul dalam 8 jam pertama kehidupan, adanya penyakit membran hialin dapat diabaikan,
Pemeriksaan pencitraan :
Foto toraks AP,
Gambaran pencitraan :
pengobatan penyakit membran hialin yang semakin baik, seperti pemakaian surfaktan dan pemberian CPAP segera sesudah pasien bayi lahir mengakibatkan gambaran tidak klasik pada foto toraks,
Gambaran granularitas, yaitu distensi duktus dan bronkiolus yang terisi udara dengan alveoli yang mengalami atelektasis,
Bentuk toraks yang sempit disebabkan hipoaerasi dan volume paru berkurang,
Gambaran ground-glass, retikulogranuler menyeluruh dan perluasan ke perifer,
Gambaran udara bronkus (air bronchogram),
Klasifikasi beratnya penyakit membran hialin pada dibagi atas 4 golongan yaitu:
golongan I: bercak retikulogranuler dengan air brochogram,
golongan II: bercak retikulogranular menyeluruh dengan air bronchogram,
golongan III: opasitas lebih jelas, dengan air bronchogram lebih jelas meluas ke cabang di perifer; gambaran jantung menjadi kabur.
golongan IV: seluruh lapangan paru tampak putih (opak), Tidak tampak air bronchogram, jantung tidak tampak, dinamakan white lung,
kondisi hipoksemia pada penyakit membran hialin dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan intrakranial, perdarahan paru, dan gagal jantung kongestif akibat left to right shunt melalui PDA.
Sedangkan komplikasi pemakaian bantuan ventilasi dapat terjadi pneumopericardium, pneumo peritoneum, pneumato-cele, pulmonary interstitial emphysema (PIE), pneumotoraks. pneumomediastinum,
FOTO2
foto golongan I, Bercak retikulogranuler
dengan air bronchogram
foto golongan II, Bercak retikulogranular
menyeluruh dengan air bronchogram
foto golongan III, Opasitas lebih jelas,
dengan airbronchogram lebih jelas meluas
kecabang di perifer. Gambaran jantung menjadi
kabur.
foto golongan IV, Seluruh lapangan paru
terlihat putih (opak), Tidak tampak airbronchogram,
jantung tak terlihat, disebut juga “White lung
Pencitraan pada Sindrom Aspirasi Mekonium
Sindrom aspirasi mekonium merupakan pemicu distres pernapasan pada
pasien bayi cukup bulan, Mekonium yang masuk ke dalam saluran napas mengakibatkan terjadinya pneumonitis kimiawi, obstruksi bronkial, air-trapping (akibat partikel mekonium menyumbat bronkus kecil di perifer),
Dapat terjadi komplikasi pneumotoraks, pneumomediastinum, hipertensi pulmonal, pirau kanan ke kiri juga kerusakan otak akibat anoksia,
Pemeriksaan pencitraan Foto toraks AP ,Gambaran klinis pasien bayi cukup/lebih bulan dengan distres pernapasan berbentuk sianosis, takipneu, retraksi dan merintih,
Gambaran pencitraan :
bila mekonium terhisap dalam jumlah yang banyak, dapat terjadi atelektasis paru atau emfisema obstruktif,komplikasi jangka panjang adalah bronkospasme atau penyakit paru reaktif , hiperaerasi paru pada daerah yang mengalami air-trapping, efusi pleura minimal 20% dapat terjadi pneumotoraks atau pneumomediastinum spontan, gambaran tergantung banyaknya aspirasi mekonium/cairan ketuban. aspirasi cairan ketuban yang jernih biasanya cepat hilang , namun bila bercampur dengan mekonium memerlukan waktu lebih lama. densitas ropey, kasar, patchy luas menyeluruh pada kedua lapangan paru ,
FOTO Infiltrat fluffy, nodular kasar tersebar pada kedua lapang paru yang mengalami hiperaerasi.
8.BRONCHOPULMONARY DYSPLASIA BPD
penyakit paru kronik pada pasien bayi prematur pengidap distres pernapasan yang memperoleh oksigen dengan ventilator mekanik minimal 1 minggu,
adanya kebutuhan oksigen dalam 28 hari kehidupan untuk mempertahankan tekanan oksigen arteri >50 mmHg. Kelainan ini dapat disebabkan penyakit paru lain seperti pneumonia dan sindrom aspirasi mekonium ,kebanyakan
bronchopulmonary dysplasia disebabkan pemberian oksigen dengan tekanan positif (akibat toksisitas oksigen atau baro trauma ) Angka kejadian
bronchopulmonary dysplasia 12% pada neonatus usia gestasi < 33 minggu,
gambaran pencitraan:
gambaran opak kasar, iregular, berbentuk garis atau rope-like yang menunjukkan adanya fibrosis atau atelektasis pada paru dengan area lusen mirip kista yang menunjukkan adanya hiperekspansi akibat pergeseran
struktur normal ,air-trapping, hiperaerasi paru, akibat atelektasis,
Gambaran :
desaturasi oksigen, kehilangan berat badan, pasien anak tidak bisa lepas oksigen sampai usia 28 hari, takipneu, takikardi, retraksi,
infeksi, Edema paru, istatus gizi yang buruk merupakan faktor potensial terjadinya bronchopulmonary dysplasia,Pemeriksaan Pencitraan
Foto toraka AP
FOTO Paru overaerasi dengan densitas rope-like, kasar, iregular yang luas dan dipisahkan daerah
hiperlusen. Batas jantung menjadi kabur.
9.TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEWBORN (TTN)
pada pasien bayi cukup bulan atau sedikit prematur, lahir dengan operasi kaisar( precipitous labour)
pemeriksaan pencitraan:
foto toraks AP
gejala klinis:
pasien anak mengalami distres pernapasan ringan segera sesudah lahir yang membaik dalam beberapa jam kemudian, kurang dari 24 jam, bila tidak segera membaik kemungkinan neonatal pmeumonia,
Gambaran Pencitraan:
Hiperinflasi paru atau normal, fisura interlobaris tampak opak karena terdapat cairan, fuzzy vessel ,densitas bergaris,efusi pleura,
FOTO Fuzzy vessel, fisura interlobaris terisi cairan (a) densitas bergaris divergen di medial dengan
sedikit efusi kanan (b). Gambaran paru membaik dalam waktu yang cepat sejalan dengan perbaikan klinis.
10. PNEUMONIA NEONATAL
Pneumonia neonatal disebabkan infeksi bakterialis , intrauterin atau selama persalinan, infeksi E. coli merupakan pemicu Pada pasien bayi prematur
Pemeriksaan Pencitraan Foto toraks AP
Gambaran:
tanpa demam,Distres pernapasan, takipneu,
Gambaran Pencitraan
kadang ada efusi pleura (tidak seperti HMD)
Pada neonatus cukup bulan dengan gambaran ground glass yang mirip HMD,
pneumonia biasanya disebabkan streptokokus,
Pneumonia neonatal merupakan kelainan pada alveoli yang tersebar.
Gambaran dapat berbentuk garis-garis opak perihilar menyerupai TTN atau infiltrat luas hampir homogen mirip HMD.
FOTO (a) Infiltrat inhomogen pada lapang paru kanan atas. Bila terjadi dalam 72 jam pertama
kehidupan, pneumonia neonatal perlu dipikirkan. (b) Pneumonia neonatal dapat memberikan gambaran
menyerupai ground glass seperti penyakit membran hialin.
11.PULMONARY INTERSTITIAL EMPHYSEMA PIE
merupakan komplikasi pemberian oksigen dengan tekanan postitif pada pengobatan HMD. Bila terjadi saluran napas terminal atau ruptur
alveolus udara akan masuk ke ruang interstitial paru mengakibatkan pulmonary interstitial emphysema , Kemudian udara masuk bronchovascular sheat menyebar ke perifer.
Bila paru telah mengalami pulmonary interstitial emphysema maka dapat terjadi komplikasi emboli udara ,pneumotoraks, penumoperitoneum, pneumomediastinum, pneumoperikardium,
gambaran pencitraan
gambaran lusen udara seperti gelembung kecil atau bergaris merupakan prekursor terjadinya pneumotoraks.
gambaran klinis
neonatus dalam pemberian bantuan ventilasi mengalami perburukan,
pemeriksaan pencitraan
Foto toraks AP
FOTO Pada neonatus penyakit membran hialin dengan ventilator (a) atau aspirasi mekonium dengan ventilator (b) dapat
terjadi PIE. Pada foto toraks tampak berbentuk gambaran bulat-bulat atau bergaris lusen, bila berlanjut dapat
terjadi pneumotoraks.
12.PNEUMOPERITONIUM
pemberian oksigen dengan tekanan positif pada penyakit membran hialin juga dapat menimbulkan pneumoperitoneum , kebocoran udara ke dalam ruang peritonium , perforasi saluran pencernaan dapat menimbulkan pneumoperitonium, misalnya pada enterokolitis nekrotikans yang mengalami obstruksi usus atau perforasi ,
gambaran klinis :
pada pneumoperitonium luas perut tampak membuncit dan pada pemeriksaan fisik terdapat pekak hati menghilang,
Gambaran Pencitraan :
apabila pasien anak dapat dirubah posisinya, pada foto abdomen LLD udara bebas dalam jumlah sedikit akan tampak sebagai bayangan lusen di antara dinding abdomen dan hati yang merupakan tempat tertinggi di abdomen sehingga udara bebas terkumpul di area ini.
Pada foto abdomen AP tegak akan tampak bayangan lusen dibawah diafragma yang mendorong hati dan limpa ke kaudal bila jumlah udara bebas cukup banyak, Pada kedaaan berat udara bebas akan mendorong organ didekatnya ke posterior, Foto abdomen terlentang AP hanya dapat memperlihatkan udara bebas dalam jumlah yang sangat banyak membetuk bayangan lusen superimpose dengan bayangan usus ,
Foto abdomen supine sinar horisontal dipilih bila neonatus atau pasien anak sakit berat sehingga tidak dapat dilakukan perubahan posisi, Pada posisi ini, udara bebas dalam jumlah sedikit tampak sebagai bayangan lusen
berbentuk segitiga di anterior abdomen berbatasan dengan loop usus dan dinding abdomen , Udara bebas dalam jumlah banyak tampak sebagai bayangan lusen di anterior di bawah dinding abdomen yang mengakibatkan pendorongan usus ke posterior,
pemeriksaan pencitraan :
pilihan foto abdomen untuk melihat pneumoperitonium :
foto abdomen AP tegak ,foto abdomen AP supine sinar horisontal,
foto abdomen left/right lateral decubitus,
FOTO Bayangan lusen yang mengelilingi jantung
merupakan udara yang terkumpul di ruang perikard
(pneumoperikardium).
FOTO
(a) Pada foto abdomen supine sinar horisontal, udara bebas dalam jumlah sedikit tampak
berbentuk segitiga lusen yang terletak di anterior antara loop usus dan dinding anterior abdomen. (b)
Dalam jumlah banyak, udara bebas akan mendorong usus dan hati ke posterior
FOTO (a) Udara bebas yang sangat banyak dalam rongga peritoneum dapat tampak pada foto
abdomen terlentang AP, memisahkan diafragma dengan organ intrabadomen dan superimpose dengan
bayangan udara di dalam usus (b) Pada foto RLD atau LLD udara terletak di bawah dinding abdomen, bila
dalam jumlah banyak akan mendorong organ didekatnya ke sisi tubuh yang terletak lebih rendah.
13.PNEUMOTORAKS
ruang pleura berada diantara viseralis dan pleura parietalis , pleura viseralis melekat pada parenkim paru dan bergerak bersama paru, bila udara masuk ke dalam ruang pleura, maka pleura parietalis akan terpisah dari pleura viseralis. pleura viseralis terlihat sebagai garis putih tipis yang melekat pada paru.
Gambaran :
pneumotoraks luas dapat mengakibatkan tamponade jantung,
dapat terjadi spontan,
perburukan klinis pada neonatus dalam pemberian pengobatan oksigen memakai CPAP,
pemeriksaan pencitraan
foto toraks AP
Gambaran Pencitraan :
Pneumotoraks ringan tampak sebagai bayangan lusen pada hemitoraks lateral yang mendorong paru ke medial.
Bila pada foto toraks AP diragukan, lakukan pemeriksaan right/left lateral decubitus dengan sinar horisontal. Pada posisi yang dicurigai, penumotoraks terdapat di bagian atas.
Pneumotoraks yang luas selain mengakibatkan mendorong struktur di mediastinum ke arah kontralateral dan pendorongan
paru ke medial hingga mengakibatkan kolaps seluruh paru,
FOTO PNEUMOTORAKS (a) Pneumotoraks tampak sebagai bayangan lusen sejajar dinding lateral toraks kanan. Udara di
dalam rongga pleura mendorong paru ke arah medial. Terkadang tampak garis opak tipis pada permukaan
paru yang merupakan pleura viseralis yang terpisah dari pleura parietalis oleh udara di dalam rongga
pleura. (b) Bila dalam jumlah banyak, akan terjadi kolaps paru yang tampak sebagai bayangan opak di
medial. Tidak tampaknya gambaran vaskular pada daerah yang lusen memastikan adanya pneumotoraks.
14.PNEUMOMEDIASTINUM
merupakan komplikasi pulmonary interstitial emphysema , ini dapat terjadi
spontan.
Gambaran Klinis:
Pneumotoraks dan pneumomediastinum dicurigai bila memperburuk
pada neonatus dalam pemberian pengobatan oksigen menggunakan CPAP.
Pemeriksaan Pencitraan:
Foto toraks AP dan lateral
FOTO (a) Gambaran lusen di daerah mediastinum yang mengelilingi serta mengangkat timus ke
arah kranial (spinnaker sail sign). Pada foto lateral akan tampak daerah lusen retrosternal yang mendorong
jantung ke posterior (b)
15.PNEUMOPERIKARDIUM
adalah bocornya udara ke ruang perikardium sehingga terjadi pneumoperikardium, pneumoperikardium kondisi lain sebagai komplikasi pengobatan oksigen dengan tekanan positif
pemeriksaan pencitraan :
foto toraks AP
gambaran klinis :
pada pneumoperikardium berat dapat terjadi tamponade jantung, ,
gambaran pencitraan :
perbedaaannya dengan pneumomediastinum, pada pneumomediastinum udara tidak mengelilingi jantung namun naik ke arah kranial mengelilingi timus
atau mengakibatkan terangkatnya timus serta meluas ke subkutis sehingga pada perabaan terdapat krepitasi di area leher,
pneumoperikardum tampak sebagai bayangan lusen yang mengelilingi jantung
FOTO Bayangan lusen yang mengelilingi jantung
merupakan udara yang terkumpul di ruang perikard
(pneumoperikardium).
