antraks

 



foto  pewarnaan bacillus anthracis pada kultur darah


antraks

antraks  atau  rag pickers disease,  charbon, radang lympha, malignant pustule, malignant edema, woolsorter disease, yaitu   penyakit zoonosis infeksi akut 

 akibat adanya bakteri bacillus anthracis ,yaitu bakteri berbentuk batang, 

dengan ujung berbentuk persegi dan sudut.sudut yang tampak jelas, tersusun berderet sehingga tampak seperti ruas-ruas bambu, bakteri ini merupakan bakteri gram positif yang  berukuran 1-1,2 um x 3-5 um  dapat membentuk spora, non motil  kapsul, penyakit antraks menyerang mamalia herbivora , beberapa spesies babi, burung, sapi, kerbau, kambing dan domba , penyakit antraks  menginfeksi  manusia melalui kontak dengan  lesi, ingesti/makan daging binatang terkontaminasi dan inhalasi dari spora b. anthraci,

penyakit antraks  ditemukan di .seluruh dunia terutama  di area yang 

memiliki karakteristik banjir, alkalin, tanah berkapur, lingkungan  hangat ,

kapsul dan toksin merupakan dua faktor  virulen  yang dimiliki oleh bakteri 

bacillus anthracis. toksin bakteri akan merusak .sel tubuh bila  telah berada di dalamnya. toksin  ini terdiri dari: lethal factor (LF)/faktor letal,protective antigen (PA)/antigen  pelindung; edema factor (EF)/faktor edema  kapsul akan  memicu  gangguan pada proses fagositosis .sedangkan exotoksin komplex berkaitan  dengan gejala yang muncul, .protective 

antigen akan mengikat receptor yang .kemudian   lethal factor  masuk  dan 

edema factor  masuk  ke dalam sel. kombinasi antara PA dengan LF akan 

mengakibatkan   kematian dan  kombinasi  antara  EF dan PA 

 akan mengakibatkan  edema ,pada hewan, penularan terjadi dengan  menelan  spora atau masuk melalui  lesi kulit,banyak spora di tanah atau pada  tanaman di padang rumput.  binatang  karnivora  terinfeksi  sesudah memakan daging yang terkontaminasi, serangga  terbang ,lalat  dan burung pemakan bangkai sangat   mudah  menyebarkan antraks , spora  antraks mampu  bertahan selama puluhan tahun di dalam  tanah ,  kulit kering ,wol, spora antraks  mampu  bertahan  selama  71 tahun pada .benang sutera,  spora antraks  mampu  bertahan  selama 2 tahun dalam air, spora antraks  mampu  bertahan  selama 10  tahun dalam susu ,  babi dan kuda   lebih  tahan,

gejala  antraks pada binatang  diawali  dengan  edema di sekitar scrotum,leher, hidung, kepala ,kehilangan nafsu makan yang memicu    terhentinya produksi susu pada sapi perah, suhu tubuh tinggi sekitar 41-42 °c, gejala penyakit menyebabkan pembengkakan pada area tenggorokan binatang  terlihat  sempoyongan, gemetar  kemudian mati, .binatang yang lemah biasanya mati dalam waktu 1 - 3 hari,  manusia dapat  terinfeksi melalui salah satu dari   kemungkinan yaitu melalui kulit, melalui inhalasi  atau melalui ingesti,

antraks  kutaneus  paling sering menginfeksi  manusia,  sekitar 

95% dari kejadian antraks  jarang berakibat .fatal apabila diobati antibiotik. bentuk  gastrointestinal   lebih  serius  bisa terjadi pada wabah daging yang 

terkontaminasi. antraks inhalasi memicu kematian  yang sangat tinggi bahkan saat  diobati,  pada manusia, antraks kutaneus bermula  dari infeksi oleh endospora bakteri melalui lesi  kulit  abrasi, luka, atau gigitan serangga . dalam  waktu 12 -36 jam sesudah infeksi akan timbul  jerawat atau papula kecil dan akan berkembang 

dalam 2 hingga 3 hari. 24 jam berikutnya papula berubah menjadi vesikula yang berisi  cairan berwarna biru gelap  membentuk cincin vesikula, dilanjutkan  dengan  ulserasi papula  sentral, yang mengering dan membekas berupa 

eschar kehitaman pada bagian pusat lesi (pathognomonik) disekitar ulkus, sering  muncul  eritema dan edema. apabila lesi  terinfeksi bakteri staphylococcus aureus akan  terbentuk pus pada area radang., lesi pada antraks kutaneus tidak  diiringi   rasa nyeri dan  dikelilingi oleh edema. 

, pada hari kelima atau enam eschar   kehitaman akan menebal dan melekat erat pada  jaringan dasarnya. munculnya   limfadenopati  regional dan juga terjadi pembengkakan di  wajah atau leher yang bisa berkembang menjadi 

meningitis. demam, nanah dan nyeri terjadi apabila infeksi sekunder,

antraks gastrointestinal terjadi sesudah  mengonsumsi daging yang terkontaminasi  spora di saluran usus mengalami germinasi dan mengakibatkan  terbentuknya lesi ulseratif. lesi  ini bisa terjadi di mana saja dan mungkin  mengakibatkan perdarahan, obstruksi atau perforasi. gastrointestinal antraks dibagi menjadi dua sindrom: abdominal 

dan oropharyngeal anthrax. gejala pertama  dari bentuk abdominal  berupa demam,malaise  dan gejala gastrointestinal ringan seperti diare ,anoreksia,mual, muntah, kadang  diikuti   gejala onset akut dari gastrointestinal berat  seperti diare  berdarah, asites masuf,sakit perut parah, hematemesis, 

mungkin diiringi disorientasi , tanda-tanda septikemia ,demam tinggi, dyspnea, sianosis,gastrointestinal antraks yang parah  menjadi syok, koma hingga  

kematian, 

antraks inhalasi muncul  sesudah manusia  menghirup spora. gejala   muncul  

secara bertahap , gejala nya yaitu  batuk yang  tidak produktif ,nyeri dada ringan,demam, menggigil, malaise,  gejalanya  terkadang membaik selama beberapa jam hingga tiga hari. periode prodromal berakhir  dengan onset akut dari gangguan stridor,sianosis,pernafasan  berat, takikardia, diaphoresis,  dilanjutkan   dengan  septikemia yang fatal dan syok dalam satu hingga dua hari.

 penyebaran  hematogen B. anthracis juga dapat  mengakibatkan  lesi dan gejala antraks  gastrointestinal.

bentuk oropharyngeal anthrax   sedikit diketahui. gejala pertama  yaitu suara serak ,bengkak pada leher,sakit tenggorokan, disfagia, demam, 

pembengkakan leher disebabkan oleh edema dan limfadenopati

servikal, dan  memicu  gangguan jalan  nafas. lesi mulut terjadi pada amandel, pharynx dan palatum keras, berbentuk edematous dan  padat juga  muncul  area keputihan, yang diakibatkan  oleh nekrosis dan ulserasi pada akhir 

minggu pertama. pada minggu kedua   pseudomembran berkembang di atas ulkus.

antraks meningitis dapat  menjadi  komplikasi dari salah satu dari tiga bentuk

anthrax. sesudah periode prodromal 1-6 hari,  tanda khas meningoencephalitis berkembang  dengan cepat seperti radang selaput otak  yaitu  dengan gejala penurunan kesadaran  ,kaku kuduk,demam, sakit kepala hebat dan kejang, 

pasien dalam waktu kurang dari 24 jam dapat  kehilangan kesadaran dan meninggal,

uji serologis hanya dipakai secara  retrospektif pada infeksi akut. serologi positif  (ELISA, western blot, toxin detection,  chromatographic assay, FAT) yaitu adanya   reaksi antibodi terhadap kapsul maupun toksin  dari b. anthracis yaitu protective antigen (PA).

pemeriksaan laboratorium dengan  pengecatan langsung atau kultur terhadap 

spesimen yang diambil dari malignant pustule,  sputum, darah atau discharge penderita,  ini  tergantung dari manifestasi klinis yang terjadi  pada penderita ,pada pewarnaan gram langsung dari lesi  kulit (vesikel atau eschar), darah atau cairan  serebrospinal, menunjukkan dienkapsulasi, basil  gram positif besar (berbentuk persegi) pada  rantai pendek. sesudah inkubasi selama 18-24 

jam, terjadi pertumbuhan pada agar darah dan  menunjukkan morfologi bakteri berdiameter 2-5 mm ,tepi tidak beraturan,koloni bewarna  abu-abu putih, datar, 

kultur darah biasanya  positif dalam waktu 6 hingga 24 jam. CT.scan untuk membantu mendiagnosa  antraks  inhalasi.

diagnosa  antraks yaitu dengan  melihat hubungan epidemiologis dengan  kasus pada  binatang  yang terkontaminasi, diagnosa retrospektif yaitu tes hipersensitivitas kulit  menggunakan anthraxint yang menghasilkan

reaksi positif terhadap tes kulit alergi (tidak divaksinasi )

untuk memutus rantai  penularan, bangkai ternak  anthrax  dan semua material yang diduga tercemar  misalnya karena pernah bersinggungan dengan 

binatang maka  harus dimusnahkan dengan . cara dibakar atau dikubur dalam-dalam juga   bagian atas dari lubang kubur dilapisi batu kapur . area penguburan hendaknya diberi  tanda supaya semua pengembalaan binatang di 

area sekitar menjauhi lokasi penguburan,  pencegahan  yaitu dengan  menghindari mengonsumsi daging ternak yang  kurang matang ,  obati binatang  yang terkontaminasi  menggunakan preparat,penisilin, tetrasiklin, sulfa. apabila pengaruh obat sudah hilang, lakukan vaksinasi sebab pengobatan dapat  mematikan endospora yang terkandung dalam  vaksin. 

pengobatan  antraks yaitu dengan  mengonsumsi antibiotik,  penisilin. untuk 

 kutaneus antraks, pengobatan dengan  amoksisilin (500 mg tiga kali sehari),doxycyklin (100 mg dua kali sehari), Procain penisilin 2 x 1,2 juta IU diberikan secara  IM selama 5 - 7 hari ,benzil penicillin 2500 IU secara IM  setiap 6 jam. 

atau   ciprofloxacillin (500 mg dua kali  sehari), 

Terapi supportif dan simptomatis   diberikan, biasanya plasma ekspander dan 

regiment vasopresor  diperlukan. 

jika pasien mengalami  serangan bioteroris, pengobatan harus  dilanjutkan selama 60 hari dibandingkan dengan  tujuh hingga 10 hari untuk penyakit yang 

didapat secara alami.

jika pasien mengalami  serangan   antraks intestinal maka  diberikan 

Penisilin G 18 - 24 juta IU/hari, IVFD.(Intravenous Fluid Drop) ditambah dengan 

streptomisin 1-2 gram untuk tipe pulmonal, dan.untuk tipe gastrointestinal tetrasiklin 1 gram/  hari. 

jika pasien anak  mengalami  serangan   antraks inhalasi maka diberikan Ciprofloxacin 10-15 mg IV bd dan  Doksisiklin> 8 tahun> 45 kg: 100 mg IV bd 8 

tahun <45 kg atau <8 tahun: 2,2 mg / kg bd +1  atau 2 antibiotik lainnya lalu beralih ke antibiotik  oral bila sesuai secara klinis. Ciprofloxacin 10-15 

mg / kg bb atau doksisiklin (rejimen dosis yang .sama) hingga selesai 60 hari.

jika pasien mengalami  serangan  antraks intestinal maka diberikan 

chloramphenicol 6 gram/hari selama 5 hari,  kemudian diteruskan 4 gram/hari selama 18  hari, diteruskan dengan eritromisin 4 gram/ hari  untuk menghindari supresi pada sumsum  tulang, 

jika pasien mengalami  serangan   antraks inhalasi maka diberikan pengobatan intravena (IV) pada dewasa dengan  Ciprofloxacin 400 mg IV bd (2 kali sehari) atau  doksisiklin 100 mg IV bd ditambah 1 atau 2  antibiotik lainnya kemudian  beralih ke pengobatan  oral bila sesuai secara klinis, ciprofloxacin 500

mg bd atau doksisiklin 100 mg bd untuk  melengkapi 60 hari. 

jika  pasien telah stabil  ,perawatan IV dapat beralih ke oral dan .monoterapi dapat dipakai untuk menyelesaikan pengobatan 60 hari. Antibiotik .lain yang aktif secara in vitro melawan strain B. anthracis yaitu: kloramfenikol,vankomisin, rifampisin,  ampisilin, penisilin, klindamisin, klaritromisin, imipenem/ meropenem, 

 pasien immunocompromised dan pasien wanita hamil   menerima 

pengobatan yang sama dan perlu  mempertimbangkan steroid dengan edema 

berat atau meningitis satu obat bisa dipakai  saat pasien sudah stabil, 

profilaksis post-exposure (pasca-pajanan)  tidak disarankan  untuk penderita asimptomatik,  kecuali ada  saran dari otoritas kesehatan  profilaksis

diperlukan dalam jangka panjang (60 hari)  karena masa laten yang bisa lenyap sebelum spora yang terhirup mengalami germinasi.

ciprofloxacin profilaksis   yaitu 

dengan dosis oral dewasa 500 mg bd dan anakanak 20–30 mg/kg beratbadan  perhari, dibagi atas dosis   a. 10 kg: 125 mg bd; (2) 20 kg: 250 mg bd; b.

30 kg: 375 mg bd; c. 40 kg: 500 mg bd.14





antraks antraks Reviewed by bayi on November 25, 2020 Rating: 5

About

LINK VIDEO