pil lanjutan

 






1.EXTEMPORANEOUS DRUGS
2.OBAT YANG BIASANYA TIDAK MEMPENGARUHI  ASI :
3.OBAT YANG MERUPAKAN KONTRA-MANFAAT :SELAMA LAKTASI BERLANGSUNG
4.OBAT YANG HARUS DIPAKAI DENGAN HATI-HATI SELAMA LAKTASI BERLANGSUNG
5.PEMAKAIAN OBAT PADA GANGGUAN FUNGSI HATI
6.NAMA  OBAT-OBAT YANG DIJAUHI ATAU DIPAKAI DENGAN PERHATIAN PADA PENYAKIT HATI :
7.PEMAKAIAN OBAT PADA GANGGUAN FUNGSI GINJAL
8.TABEL  PENYESUAIAN DOSIS OBAT PADA GAGAL GINJAL












1.EXTEMPORANEOUS DRUGS
Bentuk obat langsung  untuk pasien anak  anak dengan dosis  jelas sesuai usia belum tentu ada  pada setiap botol obat, maka dosis pasien dewasa cenderung dipakai,  Ada kalanya  itu berkaitan dengan  kegagalan terapi,akibatnya
farmasi  membuat  extemporaneous, namun ini sering tidak ada  kecocokan obat dengan pelarut  yang dipakai dan awet disimpan itas obat dalam pelarut, Berbagai tulisan telah  dipublikasikan untuk memandu penyediaan obat extemporaneous. ada:
obat di bawah ini disadur dan diedit dari Pediatric & Neonatal Dosage
Handbook 18th Edition. Obat-obat itu harus diracik oleh famasi (bukan oleh dokter),
Tacrolimus
Obat berbahaya: pakai tindakan pencegahan yang sesuai untuk penanganan dan pembuangan.Suspensi oral 0,5 mg/mL bisa dibuat dari kapsul dengan campuran pemanis dan sirup simpleks. Campurkan isi 6 kapsul tacrolimus 5 mg dengan
pelarut sampai 60 mL. Simpan dalam botol obat kaca , awet disimpan  selama 56 hari .
Siprofloksasin
Suspensi oral 50 mg/mL bisa dibuat dengan pakai salah satu  dari 2 pelarut (campuran pemanis atau campuran metilselulosa 1% dan sirup simpleks 1:1). haluskan 20 tablet 500 mg hingga terbentuk bubuk halus. tambah sedikit pelarut dan campur membentuk pasta ; campurkan sambil menambahkan pelarut perlahan  sampai hampir 200 mL; pindahkan ke botol terkalibrasi, cuci mortir dengan pelarut, dan tambah pelarut secukupnya sampai 200 mL.   awet disimpan  selama 91 hari   , ada kapsul mikro untuk suspensi oral (50 mg/mL; 100 mg/mL); tidak untuk dipakai melewati feeding tube.
Merkaptopurin
Obat berbahaya: pakai tindakan pencegahan yang sesuai untuk penanganan dan pembuangan.Suspensi oral 50 mg/mL bisa dibuat dalam vertical laminar air flow dengan pakai tablet dan campuran metilselulosa 1% dan sirup simpleks
(1:1) sebagai pelarut. haluskan 30 tablet 50 mg pada mortir hingga
terbentuk bubuk halus. tambah sedikit pelarut dan campur membentuk
pasta ; campurkan sambil menambahkan pelarut perlahan  
sampai jumlah akhir 30 mL; pindahkan ke botol terkalibrasi. keterangan: bisa
pakai pencampur ultrasonik.  ditulis " obat kemoterapi". awet disimpan  selama 35 hari .
Omeprazole
Solusio omeprazol oral 2 mg/mL bisa dibuat dari 5 kapsul omeprazol
delayed release 20 mg dan sodium bikarbonat 8,4% 50 mL. Kosongkan kapsul
ke dalam gelas beker. tambah larutan sodium bikarbonat. Aduk perlahan
 15 menit  hingga terbentuk suspensi berwarna putih. Pindahkan ke
semprit atau botol kecoklatan. awet disimpan  selama 14 hari pada suhu 25°C .
Traneksamat, asam
Larutan oral 5% (50 mg/mL) bisa dibuat dengan mengencerkan 5 mL
ada: suntikan asam traneksamat 10% (100 mg/mL) dengan 5 mL air steril.
beri label  awet disimpan  selama 5 hari .
Suspensi oral 25 mg/ mL bisa dibuat dari tablet. areakan 1 tablet 500
mg dalam 20 mL air dan biarkan selama ∼2-5 menit. Aduk hingga tablet
tercampur seluruhnya, membentuk suspensi partikel halus (waktu dispersi
untuk setiap tablet 500 mg ∼2-5 menit). beri segera sesudah disiapkan.
Topiramate
Suspensi oral topiramate 6mg/mL bisa dibuat dari tablet dan salah satu
dari 2 pelarut berbeda (campuran pemanis atau campuran sirup simpleks
dan metilselulosa 1% dengan paraben). haluskan 6 tablet 100 mg pada
mortir hingga terbentuk bubuk halus. tambah sedikit gel metilselulosa
dan campur membentuk pasta  (pakai sedikit gel .metilselulosa saat pakai pelarut berupa pemanis; pakai 10 mL metilselulosa 1% dengan paraben saat pakai pelarut sirup simpleks); campurkan sambil menambahkan pelarut perlahan  .sampai hampir 100 mL; pindahkan ke tabung bertingkat; cuci mortir dengan  pelarut, dan tambah pelarut secukupnya sampai 100 mL. Simpan dalam .botol obat plastik;   awet disimpan  selama 90 hari .
Alopurinol
Suspensi oral 20 mg/mL bisa dibuat dari tablet dan campuran pemanis
rasa jeruk dengan sirup simpleks (1:4). haluskan 8 tablet 300 mg pada
mortir hingga terbentuk bubuk halus. tambah sedikit pelarut dan campur membentuk pasta ,campurkan sambil menambahkan  pelarut perlahan  sampai hampir 120 mL; pindahkan ke botol  terkalibrasi, cuci mortir dengan pelarut, dan tambah pelarut secukupnya .sampai 120 mL. . awet disimpan  selama 60 hari ,
Asam Folat
Solusi oral 1 mg/mL bisa dibuat dari tablet. Panaskan 90 mL air mineral
hingga hampir mendidih. Larutkan paraben (metilparaben 200 mg dan
propilparaben 20 mg) pada air panas itu; dinginkan pada suhu 25°C.
haluskan 100 tablet asam folat 1 mg, kemudian larutkan pada larutan paraben.
Sesuaikan pH pada 8-8,5 dengan sodium hidroksida 10%; tambah air
mineral secukupnya untuk membuat larutan 100 mL; campurkan dengan baik.
awet disimpan  selama 30 hari pada suhu 25°C.Solusi oral 0,05 mg/mL bisa dibuat dari larutan suntikan (5 mg/mL). Campurkan 1 mL asam folat suntikan dengan 90 mL air mineral. Sesuaikan pH pada 8-8,5 dengan sodium hidroksida 10%; tambah air mineral secukupnya untuk membuat larutan 100 mL; campurkan dengan baik. awet disimpan  selama 30 hari pada suhu 25°C.
Atenolol
Suspensi oral 2 mg/mL bisa dibuat dari tablet. haluskan 4 tablet 50 mg
pada mortir hingga terbentuk bubuk halus. tambah sedikit gliserin dan
campur membentuk pasta yang merata. Campurkan sambil menambahkan
pelarut sirup simpleks perlahan  sampai hampir 100 mL; pindahkan
ke botol terkalibrasi, cuci mortir dengan pelarut, dan tambah pelarut secukupnya sampai 100 mL.   awet disimpan  selama 90 hari.
Azatioprin
Obat berbahaya: pakai tindakan pencegahan yang sesuai untuk penanganan dan pembuangan.Suspensi oral 50 mg/mL bisa dibuat dari tablet. haluskan 120 tablet 50 mg pada mortir hingga terbentuk bubuk halus. tambah 40 mL pemanis rasa  jeruk (diencerkan dengan sirup simpleks hingga kandungan 1:4) dan campur
membentuk pasta . Campurkan sambil menambahkan pelarut sedikit
demi sedikit sampai hampir 120 mL; pindahkan ke botol terkalibrasi, cuci
mortir dengan pelarut, dan tambah pelarut secukupnya sampai 120 mL.
 awet disimpan  selama 60 hari .
Penisilamin
Suspensi oral 50 mg/mL bisa dibuat dari kapsul. Campurkan isi 60 kapsul 250 mg dengan 3 g karboksimetilselulosa, 150 g sukrosa, 300 mg asam sitrat,
dan paraben (metilparaben 120 mg, propilparaben 12 mg). tambah propilen glikol secukupnya sampai 100 mL, kemudian tambah air mineral secukupnya sampai 300 mL. bisa ditambah pemanis rasa jeruk.   awet disimpan  selama 30 hari .
Pirazinamid
Suspensi pirazinamid bisa dibuat dari sirup simpleks atau metilselulosa
0,5% dengan sirup simpleks pada kandungan 100 mg/mL; suspensi awet disimpan   selama 2 bulan pada suhu 4° C atau 25° C jika disimpan pada botol ,
Untuk menyiapkan suspensi pirazinamid dalam metilselulosa 0,5% dengan
sirup simpleks; haluskan 200 tablet pirazinamid 500 mg dan campur
dengan suspensi yang mengandung 500 mL metilselulosa 1% dan 500 mL
sirup simpleks. tambah pada campuran ini suspensi yang mengandung
140 tablet pirazinamid yang dihaluskan dalam 350 mL metilselulosa 1%
dan 350 mL sirup simpleks untuk membuat 1,7 L suspensi yang mengandung
pirazinamid 100 mg/mL dalam metilselulosa 0,5% dan sirup simpleks.
Busulfan
Obat berbahaya: pakai tindakan pencegahan yang sesuai untuk penanganan ,
Suspensi oral 2 mg/mL bisa dipersiapkan dalam sebuah laminar vertical
air flow dengan pakai tablet dan sirup simpleks; haluskan 120 tablet 2 mg pada mortir hingga terbentuk bubuk halus. tambah sedikit sirup simpleks dan campur membentuk pasta ; campurkan sambil  menambahkan sirup simpleks perlahan  sampai hampir 120 mL; pindahkan ke tabung bertingkat, cuci mortir dan penumbuk dengan sirup simpleks, dan tambah pelarut secukupnya sampai 120 mL. Pindahkan campuran dari tabung bertingkat ke dalam botol obat kecoklatan. , tulis “obat kemoterapi”. awet disimpan  selama 30 hari. Dantrolen
Suspensi oral 5 mg/mL bisa dibuat dari kapsul dantrolen, solusio asam
sitrat, dan sirup simpleks. tambah isi 5 kapsul dantrolene 100 mg dalam
solusio asam sitrat (150 mg bubuk asam sitrat dalam 10 mL air); campurkan
sambil menambahkan pelarut perlahan  sampai hampir 100 mL.
Pindahkan ke botol terkalibrasi dan tambah pelarut secukupnya sampai
100 mL.  
Dapson
Suspensi oral 2 mg/mL bisa dibuat dengan tablet dan campuran pemanis; haluskan 8 tablet 25 mg pada mortir hingga terbentuk bubuk halus; tambah sedikit pelarut dan campur membentuk pasta ; campurkan sambil menambahkan pelarut perlahan  sampai hampir 100 mL; pindahkan pada botol terkalibrasi, cuci mortir dengan pelarut, dan tambah pelarut secukupnya sampai 100 mL.
Doksisiklin
Jika keadaan darurat kesehatan masyarakat diumumkan dan doksisiklin cair
tidak ada untuk pengobatan antraks, dosis: darurat bisa disediakan
untuk pasien anak atau orang pasien dewasa yang tidak bisa mengunyah tablet.
tambah 4 sendok teh air pada tablet 100 mg. Biarkan tablet terendam
dalam air selama 5 menit hingga lunak. haluskan menjadi bubuk halus dan
aduk hingga tercampur dengan baik. dosis: yang sesuai bisa diambil dari
campuran ini. Untuk menaikkan citarasa, campurkan dengan makanan
atau minuman. Jika dicampur dengan minuman, bisa ditambah 3
sendok teh susu, susu coklat, atau jus apel pada dosis: campuran yang sesuai,
dan ditambah 4 sendok teh gula. Campuran doksisiklin dan air bisa
disimpan pada suhu 25°C hingga 24 jam.
Etoposid
Larutan oral 10 mg/mL: encerkan ada: suntikan etoposid 1: 1 dengan NaCl
0,9% hingga kandungan 10 mg/mL. Larutan ini awet disimpan  dalam semprit plastik
selama 22 hari pada suhu 25°C. Sebelum pemberian oral, campurkan
dengan jus buah (jeruk, apel, atau lemon; jangan jus anggur) hingga kandungan <0,4 mg/mL; jika sudah dicampur dengan jus buah, pakai
dalam 3 jam. keterangan: lakukan penanganan yang sesuai selama persiapan.
Fenobarbital
Suspensi oral fenobarbital bebas alkohol 10 mg/mL dibuat dari tablet dan
pelarut,haluskan 10 tablet fenobarbital 60 mg pada mortir kaca hingga menjadi bubuk halus. tambah 15 mL pelarut pada bubuk obat  dan campur membentuk pasta . Pindahkan campuran pada botol  obat plastik kecoklatan 60 mL. Cuci mortir dan penumbuk dengan 15 mL pelarut; pindahkan ke botol. Ulangi, kemudian tambah pelarut secukupnya  sampai 60 mL. . bisa dicampur dengan .sirup coklat (jumlah 1:1) segera sebelum pemberian untuk mengurangi .rasa pahit. awet disimpan  selama 115 hari .
Hidroklorotiazid (HCT)
Suspensi oral 50 mg/mL bisa dibuat dari tablet. haluskan 10 tablet
HCT 500 mg pada mortir hingga terbentuk bubuk halus; campurkan
dengan sedikit gliserin untuk membuat pasta . tambah 2 g
karboksimetilselulosa gel (campurkan 2 g karboksimetilselulosa dengan 5
– 10 mL air untuk membentuk pasta; tambah 40 mL air dan panaskan
hingga 60o C dengan pengadukan sedang hingga terbentuk larutan; larutan
ini didinginkan dan dibiarkan selama 1 – 2 jam hingga terbentuk gel bening).
Larutkan 500 mg asam sitrat dalam 5 mL air; tambah pada campuran
HCT karboksimetilselulosa dengan paraben 0,1 %. tambah air mineral
secukupnya sampai 100 mL.   awet disimpan  selama 30 hari.
Hidrokortison
Suspensi oral 2,5 mg/mL bisa dibuat dari tablet atau bubuk dengan pelarut
yang mengandung sodium karboksimetilselulosa (1 g), sirup simpleks (10
mL), pengawet hidroksibenzoat 0,1% (0,1 g), polisorbat 80 (0,5 mL), asam
sitrat (0,6 g), dan air. Untuk membuat pelarut, larutkan hidroksibenzoat,
asam sitrat, dan sirup simpleks dalam air panas. Dinginkan larutan dan
tambah karboksimetilselulosa; biarkan semalaman. haluskan 121/2
tablet hidrokortison 20 mg (atau pakai 250 mg bubuk) pada mortir hingga
terbentuk bubuk halus sambil menambahkan polisorbat 80. tambah sedikit pelarut dan campur membentuk pasta ; campurkan sambil
menambahkan pelarut perlahan  sampai hampir 100 mL;
pindahkan ke botol terkalibrasi, cuci mortir dengan pelarut, dan tambah
pelarut sampai 100 mL.   awet disimpan  selama 90 hari.
Kafein Sitrat
Solusio oral kafein 10 mg/mL (dalam bentuk kafein sitrat) bisa dibuat dari
10 g kafein (anhidrat) dicampur dengan 10 g asam sitrat USP dan dilarutkan
dalam 1000 mL air steril.   awet disimpan  selama 3 bulan.
Solusio oral kafein 20 mg/mL (dalam bentuk kafein sitrat) bisa dibuat dari
5 g kafein (anhidrat) dicampur dengan 5 g asam sitrat USP dan dilarutkan
dalam 250 mL air steril. Aduk solusio hingga jernih, kemudian tambah campuran
sirup simpleks dan pemanis rasa jeruk (2:1) secukupnya sampai 500 mL.
  awet disimpan  selama 90 hari.
Kalsium Glukonat
Gel kalsium glukonat bisa dibuat dari tablet atau larutan suntikan. haluskan
7 tablet kasium glukonat 500 mg pada mortir hingga terbentuk bubuk halus
dan tambah 150 mL lubrikan larut-air (mis. K-Y Jelly) atau tambah
3,5 g larutan suntikan kalsium glukonat pada 150 mL lubrikan larut-air. Kalsium
glukonat bisa diganti dengan kalsium karbonat; jangan pakai kalsium klorida karena berpotensi memicu munculnya iritasi.
Kaptopril
Solusio oral 1 mg/mL bisa dibuat dengan membiarkan 2 tablet 50 mg larut
dalam 50 mL air distilata. tambah 1 ampul sodium askorbat 500 mg
atau 1 tablet asam askorbat 500 mg dan biarkan hingga larut. tambah
air distilata secukupnya sampai 100 mL.   awet disimpan  selama 56 hari ,
Klorokuin
Suspensi oral klorokuin fosfat 15 mg/mL (ekuivalen dengan 9 mg klorokuin
basa/mL) bisa dibuat dari tablet dan campuran pemanis. haluskan 3
tablet klorokuin fosfat 500 mg (eku4alen dengan 300 mg basa/ tablet) pada mortir hingga terbentuk bubuk halus. tambah 15 mL pelarut dan campur
membentuk pasta ; campurkan sambil menambahkan pelarut sedikit
demi sedikit sampai 100 mL; pindahkan ke botol terkalibrasi, cuci mortir
dengan pelarut, dan tambah pelarut secukupnya sampai 100 mL. beri
label “kocok dahulu sebelum dipakai” dan “simpan ditempat sejuk hindari dari sinar matahari”awet disimpan  sampai 60 hari .
Kodein Fosfat
Suspensi oral 3 mg/mL bisa dibuat dari bubuk kodein fosfat, USP. Masukkan
600 mg bubuk ke dalam gelas beker 400 mL. tambah 2,5 mL air steril,
USP, dan aduk untuk melarutkan bubuk. Campur selama 10 menit sambil
menambahkan pemanis sampai 200 mL; pindahkan ke botol terkalibrasi.
awet disimpan  selama 98 hari .



2.OBAT YANG BIASANYA TIDAK MEMPENGARUHI  ASI :
Chocolate  tidak mempengaruhi pemberian ASI. Iritabilitas atau menaikkan aktifitas usus jika ibu mengkonsumsinya dalam jumlah berlebihan (16 oz/hari).
Digoksin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. pantau munculnya, diare, dan perubahan denyut jantung.
Betanekol,Bromfeniramin,Baklofen , biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI.
pantau munculnya agitasi, pola tidur yang buruk, dan masalah pemberian ASI.
Doksisiklin,Disopiramid,Dipiridamol Fenilbutazon,Famotidin,Etambutol,Eritromisin,Efedrin,Enoksaparin,Enafapril,biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI.
 pantau  munculnya diare,
Fenilpropano- lamin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. pantau munculnya agitasi.
Difenhidramin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. pantau munculnya agitasi, pola tidur yang buruk, dan masalah menyusui.
Cascara Sagrada,Butorfanol biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI.
pantau munculnya diare,
Asam valproat biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. Berisiko
munculnya hepatotoksis yang fatal
Aspartam biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. pakai dengan hati-hati oleh karena bisa memicu fenilketonuria ,
Atropin biasanya tidak mempengaruhi Formularium pasien anak pemberian ASI. Tidak ada efek merugikan yang keluhan ,Aztreonam biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI.
Aminoglikosida biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. Semua
diekskresikan pada ASI dalam jumlah terbatas. Relatif aman; tidak diserap pada saluran pencernaan bayi baru lahir. pantau munculnya diare.
Aminofilin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. pantau
munculnya iritablitas
Amoksisilin,Asam folat ,Ampisilin, biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. pantau munculnya diare.
Amikasin,Alopurinol,Albuterol,Asiklovir,Asetaminofen biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI.
Flekainid,Furosemide,Fluorida,Flukonazol, biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI .
Gallium 67 Hentikan selama masa menyusui. Radioaktifitas bisa menetap dalam ASI selama 2 minggu.  Gentamisin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. pantau  munculnya diare dan BAB berdarah.
Fenitoin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. pantau
munculnya methemoglobin (jarang muncul). Jaga komposisi fenitoin
maternal dalam batas terapeutik.
Fitonadion biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. Bayi yang disusui seharusnya memperoleh vitamin K profilaktik saat lahir oleh karena komposisinya dalam ASI rendah dan bisa muncul penyakit perdarahan,
Pengawasan munculnya agitasi . pakai  bentuk inhalasi untuk menurunkan penyerapan maternal. Alkohol biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI dengan pemberian dalam jumlah sedang. bisa ditemukan pada ASI. pantau adanya perasaan insomnia, kelemahan,  gagal tumbuh,keringat berlebihan,
 Masukan 1 g/ kg beratbadan /hari bisa menurunkan refleks ejeksi ASI.
kandungannya rendah di ASI oleh karena penyerapan per oral yang tidak baik.
Insulin,Iodin,Interferon alfa  biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI.
Iodin biasanya  bisa memicu pembesaran tiroid,Isoniazid  ,pantau
munculnya erupsi kulit, diare, dan konstipasi.
Sejumlah  besar diekskresikan ke dalam susu. sebagian besardiekskresikan ke dalam susu.
Isoproterenol biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. pantau munculnya agitasi . pakai betuk aerosol  untuk menurunkan penyerapan maternal.
Hidroklorotiazid,Hidralazin,Heparin,Halotan,Guanetidin ,Indometasin,Ibuprofen,Hidromofon,klorotiazid,biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. pantau  munculnya hilang iritabilitas. bisa menghambat refleks ejeksi susu, keluhan
1 masalah penyakit kejang pada bayi.
Karbimazol biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. pantau munculnya pembesaran kelenjar tiroid.Kloral Hidrat biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. pantau munculnya erupsi kulit dan hilangnya iritabilitas.
Kaptopril ,Karbamazepin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI.namun Karbamazepin Berisiko muncul penekanan sumsum tulang jika diberi dalam jangka waktu yang panjang.
Kanamisin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI.
kandungan rendah dalam ASI oleh karena buruknya penyerapan per oral. pan muncul diare.Kafein biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. pantau
adanya iritabilitas, pola tidur yang buruk. Tidak berefek pada pemakaian dosis: sedang (2 - 3 cangkir/ hari).
Klorotiazid biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI namun bisa menekan nekan sekresi susu terutama pada bulan pertama masa menyusui. Reaksi yang tidak diharapkan belum pernah ada  keluhan, namun elektrolit dan trombosit sebaiknya  dipantau,
Klorokuin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. sebagian kecil diekskresikan ke dalam ASI untuk menghasilkan proteksi terhadap malaria.
Klonazepam biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. pantau
munculnya stres pernapasan dan SSP.
Klorfeniramin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. pantau
munculnya agitasi, pola tidur yang buruk dan masalah menyusui
Klorpromazin Efek tidak diketahui. beri secara hati-hati. pantau  tanda hilangnya iritabilitas. Pada pasien dewasa bisa muncul  galaktorea.
Kodein biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. pantau munculnya hilangnya iritabilitas. bisa menghambat reflek ejeksi pemberian ASI. pantau munculnya hipotensi.
Klorpropamid Manfaat : kontra. Diekskresikan ke dalam ASI dan bisa
memicu hipoglikemi.  Klortetrasiklin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. pantau munculnya diare
Koumadin (warfarin, dikumarol)biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI.
Kuinidin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. pantau munculnya erupsi kulit, anemia, dan aritmia.Risiko munculnya neuritis optikus pada pemakaian kronis.Labetalol biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI. pantau
munculnya hipotensi dan bradikardia.
Metoklopramid biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI dengan
dosis: maternal < 45 mg/hari. bisa menaikkan produksi ASI.
Metoprolol biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI pantau
munculnya hipotensi dan bradikardia.
Levotiroksin (T4) biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI memberi peluang tidak terganggu dengan skrining tiroid neonatal.
Lidokain biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI.
Liotironin (T3) biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI memberi peluang tidak terganggu dengan skirining tiroid neonatal.
Nitrofurantoin,Nifedipin,Naproksen biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI,Efek merugikan belum diketahui.
Oksasilin,Nistatin,Nizatidin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI, pantau
munculnya diare,
Oksazepam biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI pantau
hilangnya iritabilitas dan stres.
Oksprenolol biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI,pantau
munculnya bradikardia dan hipotensi.
Nitrofurantoin Diekskresikan ke dalam susu dalam jumlah kecil, pantau
bayi dengan kekurangan G6PD terhadap munculnya anemia hemolitik.
Metadon biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI jika ibu memperoleh < 20 mg/hari pantau hilangnya iritabilitas, stres, dan efek withdrawal pada penghentian
pemberiannya.
Metaproterenol biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI pantau
munculnya agitasi .pakai bentuk aerosol untuk menurunkan penyerapan maternal.
Metildopa biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI Berisiko
muncul hemolisis dan menaikkan enzim hati.
Meksiletil,Minoksidil biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI pantau munculnya hipotensi.
Moksalaktam,Nadolol biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI pantau
munculnya bradikardia dan hipotensi,
Loratadine,Loperamid biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI.
Lorazepam biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI, pantau hilangnya iritabilitas terutama jika dipakai terus menerus.
Magnesiumsulfat biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI.
Meperidin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI  pantau  munculnya hilang iritabilitas bisa menghambat reflek ejeksi susu.
Meprobamat biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI namun
diekskresikan ke dalam ASI dalam jumlah besar  pantau munculnya hilang iritabilitas.
Oxycodone(Percodan, Percocet)biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI, pantau munculnya perasaan insomnia.
Paroksetin Efek pemakaian dengan bayi bisa dengan perhatian Penisilin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI, Semua antibiotika diekskresikan ke dalam ASI dalam jumlah  terbatas. pantau munculnya erupsi kulit, diare,
Piperasilin,Pindolol biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI,pantau
munculnya bradikardia dan hipotensi, diare.
Pseudoefedrin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI,  pantau
fungsi tiroid terus menerus.
Prednison biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI, Keamanan
pemakaian dalam waktu lama belum ditentukan, Jika dosis: maternal > 2x komposisi fisiologis, hindari menyusui.
Propiltiourasil biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI  ,pantau
fungsi tiroid bayi terus menerus.
Propranolol biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI, pantau
munculnya bradikardia dan hipotensi,
Proklorperazin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI, pantau
hilangnya iritabilitas.
Propoksifen biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI, pantau munculnya efek withdrawal sesudah pemakaian maternal dalam waktu lama dengan dosis: tinggi.
Saccharin,Rifampin,Riboflavin,Pirimetamin,Piridoksin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI.
Ranitidin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI, bisa menaikkan pH lambung bayi.
Sefaklor,Reserpin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI, pantau munculnya galaktorea infantil,diare .
Tolbutamid biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI,pantau
munculnya ikterik .
Trimetoprim biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI Vegetarian diet biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI pantau munculnya kekurangan vitamin B12 (gagal tumbuh, retardasi psikomotorik, anemia megalobalastik)
Vitamin B12 biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI.
Vitamin D biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI  pantau
muncul menaikkan komposisi kalsium.
Timolol biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI, pantau
munculnya bradikardia dan hipotensi
Tobramisin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI,penyerapan
per oral tidak baik,pantau munculnya diare.
Terbutalin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI, pantau munculnya agitasi . pakai bentuk aerosol untuk menurunkan penyerapan maternal .
Teofilin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI,pantau munculnya iritabilitas .
Siproheptadin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI, pantau
munculnya agitasi, pola tidur yang buruk, menyusui.
Senna,Sekobarbital,Sefradin,Sefapirin,Sefalotin,Sefaleksin,Sefuroksim,Seftriakson,Sumatriptan,Sukralfat,Seftazidim,Sefprozil,Sefoksitin,Sefotetan,Sefotaksim,Tiamin,Warfarin,Tikarsillin,Tetrasiklin,Seforanid,Sefoperazon,Sefazolin,Sefamandol,Sefadroksil,Sefonisid biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI, pantau munculnya diare


3.OBAT YANG MERUPAKAN KONTRA-MANFAAT :SELAMA LAKTASI BERLANGSUNG >>>>>>>>
Isotretinoin tidak diberikan kepada pasien sebab :Klorpropamid tidak diberikan kepada pasien sebab :Diekskresikan ke dalam ASI dan bisa  memicu hipoglikemia.
Klonidin tidak diberikan kepada pasien sebab :Diekskresikan ke dalam ASI.
Gold salts tidak diberikan kepada pasien sebab :bisa memicu erupsi kulit dan inflamasi ginjal dan hati.
Heroin tidak diberikan kepada pasien sebab :pantau munculnya stres dan efek witdrawal.
Dekstroamfetamin tidak diberikan kepada pasien sebab :bisa memicu stimulasi bayi.
Iodine-125 tidak diberikan kepada pasien sebab :Risiko munculnya kanker tiroid.Radioaktifitas berada di ASI selama 12 hari.Iodine-131 tidak diberikan kepada pasien sebab :radioaktifitas berada dalam ASI selama 2 - 14 hari.
Potassium iodide tidak diberikan kepada pasien sebab :bisa ditemukan pembesaran kelenjar tiroid.
Siklofosfamid tidak diberikan kepada pasien sebab :bisa menekan sistem sistem kekebalan tubuh.
Kokain tidak diberikan kepada pasien sebab :memicu racun kokain pada bayi oleh karena pemakaian intranasal oleh ibu  maternal (apneu,tekanan darah tinggi, takikardia, midriasis, ) dan  karena pemakaian topikal pada putting ibu (apneu dan kejang).
Levadopa tidak diberikan kepada pasien sebab :Berefek menghambat pelepasan prolaktin. Litium tidak diberikan kepada pasien :::selama masa menyusui. komposisi dalam  susu sekitar 30% dari kandungan serum maternal. pantau munculnya sianosis, hipotonia, bradikardia, dan toksistitas lithium lain.
Diazepam tidak diberikan kepada pasien sebab :bisa memicu hilangnya iritabilitas bayi. bisa terpenumpukan pada bayi yang disusui.Misoprostol tidak diberikan kepada pasien sebab :bisa memicu diare   pada bayi.
Phencyclidine tidak diberikan kepada pasien sebab :Diekskresikan ke dalam asi dalam jumlah besar.
Metotreksat tidak diberikan kepada pasien :: pasien  sebab bisa menekan sistem kekebalan.  Tidak diketahui efek terhadap pertumbuhan atau berhubungan dengan karsinogenesis.
Amantadin tidak diberikan kepada pasien sebab :memicu pelepasan levodopa pada SSP.
Bromokriptin tidak diberikan kepada pasien sebab :bisa menekan sekresi susu.



4.OBAT YANG HARUS DIPAKAI DENGAN HATI-HATI SELAMA LAKTASI BERLANGSUNG >>>>>>>>
Nama obat / zat Pengaruh terhadap pemberian ASI, sekresi susu dan efek yang merugikan bayi ,Alprazolam hindari selama masa menyusui
Amiodaron Tidak dianjurkan saat menyusui oleh karena iodium yang terkandung pada setiap dosis: dan memberi peluang  penumpukannya pada bayi. memberi peluang muncul  hipotiroidisme
Bismuth subsalisilat pakai dengan hati-hati karena berpotensi muncul
efek merugikan dari salisilat, Bisoprolol pakai dengan hati-hati. bisa memicu munculnya bradikardia dan hipotensi pada bayi.
Atenolol pakai dengan hati-hati. pantau adanya tanda�tanda blokade β seperti bradikardia.Bromida Tidak disarankan saat pemberian ASI oleh karena mungkin bisa muncul perasaan insomnia dan erupsi kulit  ,Bupropion hindari saat pemberian ASI. Efek tidak diketahui.
Amfetamin hindari . pantau munculnya iritabilitas pola tidur yang
buruk, Aspirin pakai dengan hati-hati. pantau munculnya dan perdarahan. bisa mempengaruhi fungsi trombosit. muncul memicu resiko  rematoid
artritis pada pemakaian dosis: tinggi (3-5 g/hari. bisa muncul asidosis: metabolik.
Amitriptilin Rasio susu : plasma = 1,0. dipakai saat pemberian ASI dengan perhatian.Amoksapin Metabolit aktif dalam susu. dipakai saat pemberian ASI dengan perhatian.Diekskresi dalam susu.
Desipramin Efek terhadap bayi tidak diketahui namun bisa menjadi perhatian.
Dikumarol Lihat koumadin
Digoksin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI.
pantau munculnya, diare, dan perubahan denyut jantung.
Doksepin hindari. Diekskresikan ke dalam susu. Berpotensi
muncul efek yang mematikan, keluhan muncul pada 1 bayi.
Etosuksimid biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI.
jarang muncul muncul penekanan sumsum tulang dan gangguan gastrointestinal. Diekskresikan ke dalam ASI.
Haloperidol dipakai dengan perhatian. Efek terhadap bayi belum diketahui. memberi peluang pengurangan skor perkembangan.
Imipramin dipakai dengan perhatian. Efek terhadap bayi belum diketahui.
pakai dosis: terendah dan pantau komposisinya dalam darah ibu dan bayi.
Fenobarbital pakai dengan hati-hati. pantau munculnya masalah mengisap, hilangnya iritabilitas, erupsi kulit dan efek withdrawal.
Fenoprofen Diekskresikan ke dalam ASI dalam jumlah kecil.
Fluoksetin hindari, bisa muncul kolik, iritabilitas, gangguan tidur dan gangguan kenaikan berat.
Kalsitonin bisa menghambat sekresi susu.
Klemastin pakai dengan hati-hati. bisa muncul perasaan insomnia dan stres SSP.
Kloramfenikol Hentikan pemakaian selama masa masa menyusui.
Berisiko muncul efek racun sumsum tulang. Tunggu 24 jam sesudah dosis: terakhir sebelum menyusui.
Klorpromazin Efek tidak diketahui. beri secara hati-hati. pantau
tanda hilangnya iritabilitas. Pada pasien dewasa bisa muncul galaktorea.
Klindamisin Hentikan selama masa menyusui. Risiko muncul perdarahan gastrointestinal. Tunggu 1 hari  sesudah dosis: terakhir sebelum menyusui.
Kloksasilin biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI.
pantau munculnya diare.Kontrasepsi, oral bisa memicu kenaikan berat yang tidak
kuat dan pembesaran payudara bayi. bisa menurunkan produksi susu. pakai dengan hati�hati. pantau kenaikan berat bayi.
Koumadin
(warfarin, dikumarol)
biasanya tidak mempengaruhi pemberian ASI.Lamotrignin bisa menjadi perhatian. pikirkan pemeriksaan kandungan serum Lamotrignin baru.
Marijuana hindari, efek pemakaian dalam waktu lama tidak diketahui.
Metronidazol Hentikan selama masa menyusui. jangan diberi sampai 1 hari  sesudah penghentian untuk munculnya ekskresi obat.
Midazolam Efek pemakaian pada bayi bisa dengan perhatian.
Nikotin Menjadi perhatian. Dalam jumlah yang berlebihan bisa memicu diare, muntah, takikardia, iritabilitas, pengurangan produksi susu, dan pengurangan
kenaikan berat. Pentoksifilin Hati-hati. Diekskresikan ke dalam susu.
Primidon pakai dengan hati-hati. pantau munculnya masalah menghisap, hilangnya iritabilitas, erupsi kulit, dan efek withdrawal.
Prokainamid hindari. Diekskresikan dan terpenumpukan dalam susu.
Sertralin Efek pemakaian pada bayi bisa dengan perhatian. Terkandungan dalam ASI.
Siklosporin bisa menekan sistem kekebalan. Tidak diketahui efek terhadap pertumbuhan atau berhubungan dengan karsinogenesis.
Hentikan selama menyusui. Berkonsultasi dengan dokter pengobatan nuklir tentang pemilihan radionuklida dengan waktu ekskresi terpendek.
Sulfametoksazol,
Sulfisoksazol,hindari pada bayi sakit, stres, prematur, dan dengan
hiperbilirubinemia atau kekurangan G6PD.
Trazodon hindari. Diekskresikan ke dalam susu. Efek belum diketahui namun menjadi perhatian.
Psychotropic drugs Menjadi perhatian. Half-life panjang. Efek
perkembangan neurologis dalam waktu lama belum ditentukan.
Radiopharmaceuticals (biasanya)
Siprofloksasin hindari. Tunggu 48 jam sesudah dosis: terakhir
sebelum menyusui.
Sotalol hindari. komposisi dalam susu 3 - 4 kali komposisi serum
maternal. bisa memicu bradikardia dan hipotensi.
Silicone breast
implants
AAP tidak mengklasifikasikan sebagai Manfaat : kontra  namun masih diperlukan informasi lebih lengkap.Simetidin pakai dengan hati-hati. dpt menekan keasaman lambung pada bayi, menghambat metabolisme obat, dan memicu stimulasi SSP.
Diasokzid tidak diberikan kepada pasien sebab :bisa memicu hiperglikemia.  Doksorubisin tidak diberikan kepada pasien sebab :Terkandungan dalam susu. bisa  menekan sistem kekebalan dan efek lain yang tidak  menguntungkan.
Ergotamin tidak diberikan kepada pasien sebab :memicu muntah, diare, dan kejang. bisa menghambat sekresi susu.



5.PEMAKAIAN OBAT PADA GANGGUAN FUNGSI HATI

Hati memiliki kapasitas cadangan yang besar sebelum munculnya perubahan
metabolisme obat, akibatnya perlu ada penyakit hati yang berat terlebih
dahulu pada pasien akibatnya ada tanggapan tubuhnya terhadap obat yang berbeda. Kemampuan untuk menyeleksi  obat yang khusus bisa berhubungan atau tidak berhubungan dengan kapasitas sintesis yang  terlihat  dari komposisi albumin dan waktu protrombin. komposisi albumin akan menurun dan waktu protrombin akan memanjang bila fungsi sintesis hati berkurang, Tes fungsi hati tidak bisa memperlihatkan fungsi aktual hati, namun hanyalah sebagai petunjuk  kerusakan atau gangguan hati,  Perubahan tanggapan tubuh  pasien terhadap  penyakit hati atau  obat bisa berupa:
 -pengurangan ikatan protein dan menaikkan efek racun obat yang  kuat berikatan dengan protein (contohnya fenitoin) karena gangguan produksi albumin.
- menaikkan bioavilibitas  karena pengurangan metabolisme tingkat pertama. Pada kolestasis muncul  pengurangan bioavibilitas karena gangguan penyerapan lemak Pada keadaan kelainan hati yang berat muncul kenaikan kepekaan terhadap efek obat tertentu,selanjutnya bisa mengganggu fungsi serebral dan bisa memicu munculnya  ensefalopati hepatik (contohnya pemakaian petidin, morfin).
-Gangguan aliran darah karena  adanya pirau bedah, sirkulasi kolateral, atau perfusi hati yang buruk pada  sirosis dan tekanan darah tinggi porta .
- Gangguan hati intrinsik untuk menyeleksi karena gangguan fungsi sel hepatosit. -.Gangguan jumlah penyebaran obat karena menaikkan cairan ekstraselular (contohnya adanya asites, edema) dan pengurangan masa otot.
-Gangguan eliminasi bilier karena adanya obstruksi  saluran bilier atau gangguan kiriman (contohnya rifampisin dikeluarkan dalam empedu bentuknya tetap dan bisa menumpuk pada pasien dengan kolestasis intrahepatik atau ekstrahepatik). ·
Pemakaian obat tertentu pada pasien dengan edema dan asites bisa memperburuk fungsi  hati karena obat bisa memperberat retensi cairan (contohnya asam asetil salisilat,deksametason, prednison, ibuprofen).

6.NAMA  OBAT-OBAT YANG DIJAUHI ATAU DIPAKAI DENGAN PERHATIAN PADA PENYAKIT HATI :
Nama obat:                      keterangan :

Nifedipin kurangi dosis:
Nitrofurantoin keluhan memicu kolestasis dan hepatitis kronik aktif
Ofloksasin kurangi dosis: pada penyakit hati berat
Parasetamol efek racun tergantung dosis:-hindari dosis: besar
Petidin hindari atau kurangi dosis:-bisa memicu munculnya koma
Prednisolon  sering muncul efek samping :
Prometasin hindari-bisa memicu munculnya koma pada penyakit hati berat; hepatotoksik
Propranolol kurangi dosis: oral
Propiltiourasil kurangi dosis:
Pirazinamid hindari-lebih sering muncul reaksi hepatotoksik idiosinkrasi
Rifampisin Eliminasi terganggu, bisa memicu resiko  hepatoefek racun
Seftriakson Turunkan dosis: atau pemantauan kandungan plasma
jika ada gangguan hati dan ginjal yang berat
Siklosporin Perlu penyesuaian dosis:
Siklofosfamid kurangi dosis:
Simetidin memicu resiko  memicu munculnya kebingungan,
dosis: perlu dikurangi
Sitarabin kurangi dosis:Teofilin kurangi dosis:
Tiopental kurangi dosis: untuk induksi pada penyakit hati berat
Trimetoprim Sulfametoksasol
hindari pada penyakit hati berat
Verapamil kurangi dosis: oral
Vinkristin,Vinblastin kurangi dosis: mungkin diperlukan
Warfarin hindari pada penyakit hati berat, terutama bila ada pemanjangan waktu protrombin Zidovudin penumpukan bisa muncul
Asam asetil salisilat   hindari - memicu resiko  perdarahan gastrointestinal
Alopurinol Turunkan dosis: Alumunium Pada pasien dengan retensi cairan,
hidroksida hindari antasida yang mengandung banyak natrium,
juga hindari obat yang memicu konstipasi (bisa memudahkan munculnya koma hepatikum)
Aminofilin Turunkan dosis:
Amitriptilin Efek sedasi meningkat (hindari pada penyakit hati berat)
Amoksisilin pemantauan fungsi hati, bisa klavulanat memicu kolestasis
Anestetik Eter hindari  Asam nalidiksat Dikonjugasi parsial di hati
Asam valproat hindari jika mungkin-kadang kadang muncul  hepatoefek racun dan gagal hati biasanya pada 6 bulan pertama.
Azatioprin Perlu pengurangan dosis:
Bupivakain hindari (atau turunkan dosis:) pada penyakit hati berat
Daunorubisin kurangi dosis:
Dekstrometorfan hindari atau kurangi dosis:-bisa memicu munculnya koma
Diazepam bisa memicu munculnya koma
Doksorubisin kurangi dosis: menurut kandungan bilirubin
Doksisiklin hindari atau pakai dengan hati-hati
Kloramfenikol hindari bila mungkin, memicu resiko  stres sumsum tulang; turunkan dosis: dan pemantauan kandungan kloramfenikol plasma
Klorfeniramin bisa memicu munculnya sedasi berlebihan, hindari
pada gangguan hati berat
Klorpromazin bisa memicu munculnya koma; hepatotoksik
Kodein hindari atau kurangi dosis:-bisa memicu munculnya koma
Lidokain hindari (atau kurangi dosis:) pada penyakit hati berat
Magnesium hindari pada koma hepatikum jika hidroksida ada risiko gagal ginjal
Magnesium sulfat hindari pada koma hepatikum jika ada risiko gagal ginjal
Metformin hindari-memicu resiko  asidosis: laktat
Metotreksat efek racunnya tergantung dosis: hindari pada kondisi non-malignan (contohnya untuk kelainan reumatik)
Metoklopramid kurangi dosis:
Metronidazol Pada penyakit hati berat, kurangi dosis: total harian sampai sepertiganya dan diberi sekali sehari
Minoksiklin hindari atau pakai dengan hati-hati
Morfin hindari atau kurangi dosis:-bisa memicu munculnya koma
Natrium Nitroprusid hindari pada penyakit hati berat




7.PEMAKAIAN OBAT PADA GANGGUAN FUNGSI GINJAL

Ginjal merupakan organ yang  vital oleh karena memiliki kemampuan menyerap (fungsi penyerapan) zat-zat termasuk obat yang diperlukan oleh tubuh manusia dan mengeluarkan (fungsi ekskresi) zat-zat yang tidak lagi diperlukan oleh tubuh.
 20% dari seluruh aliran darah  menuju ke ginjal akibatnya bila ada gangguan fungsi ginjal maka akan  muncul pengurangan ekskresi obat yang akan memicu penumpukan obat  dan metaboliknya dalam darah.
Pada gangguan fungsi ginjal berat seperti gagal ginjal maka bisa muncul
gangguan farmakokinetik obat yaitu dalam hal  penyebaran, metabolisme,  bioavailabilitas, penyerapan, ikatan protein obat di dalam palsma.
Gangguan farmakokinetik memicu gangguan  farmakodinamik obat yaitu efek obat-obat terhadap organ target termasuk  ginjal akibatnya  memperburuk fungsi ginjal  karena  memicu munculnya efek racun obat terhadap ginjal ,
Farmakokinetik pada gangguan fungsi ginjal :
Obat-obatan akan diserap oleh tubuh kemudian disebarkan ke seluruh jaringan tubuh menuju ke target organ, area muncul aksi obat dan  akhirnya diseleksi  melewati berbagai proses di tubuh antara lain di ginjal, Proses farmakokinetik obat-obat muncul melewati : Biotransformasi obat. Obatobat yang dikonsumsi sesudah diserap akan mengalami biotransformasi di hepar yaitu obat diubah menjadi metabolik-metabolik yang lebih polar  akibatnya mudah larut dalam air dan lebih mudah diekskresi.
Bioavailibilitas obat
sesudah muncul biotransformasi obat di hepar, barulah obat itu masuk ke dalam sirkulasi, Jumlah obat dalam bentuk aktif dalam sirkulasi sistemik dinamakan bioavailabilitas obat dan  diekspresikan sebagai fraksi obat, Percobaan pada hewan   menunjukkan  bahwa bila muncul gangguan fungsi ginjal, yaitu bila muncul gagal ginjal  akut maupun kronik akan  memicu bioavailabilitas obat akan meningkat, memperburuk fungsi ginjal,
Ginjal sebagai organ ekskresi bagi obat-obat juga berperan dalam hal
metabolisme secara aktif berkat adanya sistem katalisa sitokrom P450
akibatnya obat-obat yang tidak mengalami metabolisme di hati, akan dimetabolisir di ginjal. Oleh karena itu pada gangguan fungsi ginjal maka keadaan uremia akan menghambat biotransfomasi  yang dilakukan oleh ginjal atau  hepar .
Ikatan protein obat
Obat-obat yang masuk dalam sirkulasi,  diikat oleh protein plasma  walaupun begitu tidak semua obat-obat terikat dengan protein plasma, yang tidak terikat dinamakan obat bebas yang mampu berdifusi masuk ke dalam sel dan memberi efek farmakologik. ada : obat yang berikatan  dengan protein plasma berciri khas inaktif. Pada gangguan fungsi ginjal terutama  bila muncul gagal ginjal maka ikatan protein obat akan menurun akibatnya  obat bebas makin meningkat dalam darah yang akhirnya memicu munculnya efek  racun,  masalah ini muncul terutama pada obat-obat yang berciri khas asam kecuali indometasin yang tetap berikatan dengan protein secara normal, obat-obat yang berciri khas basa tetap berikatan normal dengan protein,
penyebaran obat
sesudah obat berada dalam sirkulasi muncul penyebaran obat ke seluruh tubuh.
Pelaksanaan penyebaran obat ini tergantung dari jumlah penyebaran obat
masing-masing,  biasanya obat-obat yang memiliki jumlah penyebaran
obat yang besar memiliki daya penetrasi ke dalam sel juga lebih besar akibatnya efek farmakologik juga lebih baik, masalah  muncul pada  obat yang larut dalam lemak, Pada gangguan fungsi ginjal terutama  pada gagal ginjal maka bisa muncul pengurangan jumlah penyebaran obat akibat  pengurangan ikatan obat dengan protein plasma dan jaringan sehingga  efek obat turun,
 gangguan keseimbangan asam basa sebagai akibat gagal ginjal akan memicu jumlah penyebaran obat-obat yang berciri khas asam  akan menaikkan penyebaran ke jaringan termasuk jaringan otak dan bisa  memicu efek racun obat yang berciri khas memusat.
Ekskresi obat  
Sebagian besar obat-obat diekskresi di ginjal dan sebagian lagi ke luar
melewati keringat , air,empedu, usus saliva, Di ginjal , ekskresi obat melewati beberapa tahap yaitu :
1. tahap  Filtrasi glomerulus
Obat yang difiltrasi di glomerulus tergantung dari aliran darah ginjal, laju filtrasi glomerulus dan keutuhan membran basal glomerulus. Tidak normalnya faktor-faktor yang dinamakan terakhir ini akan memicu  penumpukan obat di dalam darah akibatnya memberi efek racun, obat yang berikatan dengan protein tidak akan difiltrasi, begitu pula  dengan jumlah penyebaran obat yang besar tidak mudah diekskresi dengan cepat.
2.  tahap Sekresi aktif ditubuls proksimal
 obat-obatan yang berciri khas asam dan basa kuat akan  disekresi melewati transfer aktif di tubulus proksimal. Obat-obat yang disekresi oleh tubulus proksimal ,antaralain :  Sulfonamid, Guanetidin ,Triamteren ,Karbenisilin ,Metotreksat ,Asam etakrinat, Prokainamid , Sefalosporin ,Penisilin, Klorotiazid, Probenesid ,Fluoromasil, Pirazinamid ,Furosemid ,
3. tahap  penyerapan pasif di tubulus distal
Obat-obatan  yang berciri khas non-ionik seperti  yang mengandung  asam dengan pH urin rendah akan diserap di tubulus distal yang  secara pasif berdifusi dan menembus membran basalis tubulus dan masuk kembali ke dalam sirkulasi
Farmakodinamik obat pada gangguan fungsi ginjal :
Pada gangguan fungsi ginjal maka  muncul  perubahan  yang  memicu perubahan farmakodinamik obat.
Ø Hiperkalemia : menaikkan kepekaan otot jantung terhadap obat
tertentu seperti katekolamin akibatnya bisa muncul aritmia.
Ø Hipokalemia:  menaikkan kepekaan otot jantung terhadap digitalis akibatnya bisa  memicu keracunan digitalis.
Ø Uremia :  menaikkan kepekaan susunan saraf pusat terhadap barbiturat dan
golongan narkotik lainnya.
 menaikkan kepekaan terhadap anti koagulen dan aspirin.
 kepekaan jaringan menurun terhadap insulin. Selain pengaruh buruk obat terhadap organ-organ itu di atas maka juga .muncul dampak negatif obat yang bekerja langsung pada ginjal sendiri. Obat obat itu antara lain ª Efek diuretik berkurang pada pemakaian obat diuretik. ª menaikkan efek racun obat-obat
tetrasiklin, amfoterisin B, amino glukosida, analgesik, sofalosporin, polimiksin B, kolistin, sufa,  Atas dasar gangguan farmakokinetik dan farmakodinamik obat pada fungsi ginjal  yang menurun terutama pada gagal ginjal, maka    dilakukan :
Pemilihan obat yang tepat , mengingat efek racun akibat penumpukan obat. Pemilihan obat-obat berdasar pada :
Obat yang dipilih sebaiknya obat yang diketahui farmakokinetk dan
farmakodinamiknya dengan baik.
 Obat yang diberi sebaiknya satu macam saja, namun bila diperlukan
pakai lebih 1 macam obat, maka harus atas dasar Manfaat  yang kuat.
 Sebaiknya obat yang dipilih ialah obat yang ekskresinya tidak melewati
ginjal .
Perubahan perubahan klinis itu antara lain :
Penyesuaian dosis: obat ,
Pada keadaan fungsi ginjal yang menurun maka dosis obat yang diberi
harus disesuaikan untuk mempertahankan agar komposisi obat tetap pada
jangkauan terapeutik. dosis: penyesuaian obat ini dilakukan bila :  LFG Fungsi
ginjal berkurang sampai < 50% dari normal  LFG  Keutuhan obat (tidak atau
kurang mengalami perubahan pada proses farmakokinetik) yang diekskresi
di urin lebih 50%. LFG Hasil metabolik aktif yang diekskresi di urin dalam jumlah
yang tinggi.
Cara penyesuaian dari obat pada fungsi ginjal yang menurun
1.dosis: diturunkan, interval pemberian tetap. 2. dosis: tetap, interval
diperpanjang. dosis: diturunkan dan interval diperpanjang. Dengan pemilihan dan penyesuaian obat yang tepat berdasar faramakodinamik dan faramakokinetik maka akan dicapai efek dengan risiko efek samping  minimal. Walaupun begitu kadang hal itu sulit dicapai oleh  karena antara komposisi obat dalam plasma dan efek terapeutik tidak   memberi korelasi yang baik. Apalagi pada keadaan atas farmakodinamik obat yang berubah akibat gagal ginjal. Oleh karena itu cara yang paling  baik melihat efektifitas obat ialah dengan memeriksa komposisi obat dalam plasma , melihat lihat  tanggapan  pasien  


8.TABEL  PENYESUAIAN DOSIS OBAT PADA GAGAL GINJAL

                GFR ML/MENIT/1.73 m2
NAMA OBAT        Sesuai                NORMAL       >50     10-50         < 10

Antimikroba
Metisilin        Interval    4         4     4         8-12
Asam nalidiksik    Interval     6         6     6         jangan  
Nitrofurantoin       Interval     8         8     jangan          jangan  
PenisilinG & V        dosis:     100                100     75         25-50
Sulfasoksazol      Interval     6         6     8-12         12-24
Tikarsilin        dosis:     100         75     50         25 Trobramisin - - - - -
Trimetropoin     Interval     12         12     18         24
Amoksisilin        Interval                 8 jam         8     8-12         12-16
Ampisilin     Interval       6 jam                   6     8-12         12-16
Karbenisilin        dosis:           100%         75     50         20
Sefaklor      dosis:         100%         100     50-100         22
Sefamandol        dosis:        100%         100     25-50         25
Sefaleksin     Interval     6         6     6         6-12
Sefalotin     Interval     6         6     6         8-12
Doksisiklin     Interval     12         12     12-18         18-24
Gentamisin - - - - -
Kanamisin - - - - -
Sulfametoksazol
 Obat lain
Asametakrinat   Interval     6         6     6          jangan  
Insulin         dosis:         100         6     75         50
Metildopa     Interval     6         100     9-18         12-24
Nadolol     Interval     8         6     jangan      jangan  
Fenobarbital     Interval     8         8-     8         8-16
Spironolakton     Interval     6         16     12-24         jangan  
Tiazid           Interval     12         8     12          jangan  
                        6-
                        12
                        12
Asetaminofen   Interval     4         4-6     6         8
Alopurinol     dosis:         100         100     100         50
Aspirin         Interval     4         4     4-6         jangan  
Kaptopril     dosis:         100         50-     30-50         12,5
Klortalidon     Interval     24         100     24         48
Klonidin     dosis:         100         24     100         50-75
Digitoksin     dosis:         100         100     100         50-75
Digoksin     dosis:         100         100     25- 75         10-25
Difenhidramin   Interval         6         100     6-9         9-12










pil lanjutan pil  lanjutan Reviewed by bayi on Mei 25, 2022 Rating: 5

About

LINK VIDEO