corona 1




 

 SEMBUH DARI COVID-19

peneliti mempelajari sampel darah dan tinja dari 110 pasien dengan Covid-19 dan dari  80  pasien tanpa infeksi yang merupakan bagian dari penelitian mikrobioma sebelum pandemi dimulai, menemukan bahwa dalam 200  sampel tinja, mikrobioma usus berbeda  antara pasien dengan dan tanpa Covid-19, terlepas dari apakah mereka telah diberi obat antibiotik,pasien dengan Covid-19 memiliki lebih sedikit jenis bakteri yang  mempengaruhi respons sistem kekebalan dibandingkan mereka yang tidak terinfeksi. Berkurangnya jumlah bakteri ini dikaitkan dengan tingkat keparahan infeksi,Namun, penelitian itu belum dapat membuktikan bahwa ketidakseimbangan dalam mikrobioma memicu Covid-19 menjadi lebih parah, hanya tampaknya ada hubungan antara virus dan bakteri di usus,

 bahwa bakteri usus terkait dengan penyakit inflamasi,

sembuh dari Covid-19 bukan berarti  pasien berhasil  mengusir virus  corona dan telah berakhir. sebab, penelitian menampakkan bahwa sekitar 30 % pasien mengalami gangguan  kesehatan dalam waktu lama  dinamakan long Covid 

sembuh dari Covid-19  tidak hanya bertujuan untuk memberantas virus, namun juga memulihkan mikrobiota usus,

sebab  ketidakseimbangan dalam mikrobioma dapat memicu gejala peradangan lanjutan, yang   dinamakan long Covid,bakteri di usus kemungkinan berperan dalam tingkat keparahan infeksi Covid-19 dan kekuatan respons sistem kekebalan,

Pemulihan bakteri menguntungkan yang hilang dapat meningkatkan kekebalan  terhadap virus SARS-CoV2 dan mempercepat pemulihan dari penyakit itu

Ketidakseimbangan dalam mikrobioma menyumbang  keparahan Covid-19, dan jika terus berlanjut setelah pembersihan virus, dapat menyumbang pada gejala persisten dan sindrom peradangan multi-sistem seperti sindrom long Covid,

hasil  penelitian sampel darah menemukan bahwa ketidakseimbangan mikroba pada pasien Covid-19 dikaitkan dengan tingginya tingkat sitokin inflamasi dan penanda darah dari kerusakan jaringan, seperti protein C-reaktif,

Covid-19 memicu sistem kekebalan untuk membuat badai sitokin, jika respons ini bisa berlebihan maka akan  memicu kerusakan jaringan yang meluas, syok septik,  kegagalan organ,

 mikrobioma pasien bereaksi terhadap semua jenis keadaan yang mungkin terkait atau tidak terkait dengan Covid-19,

 keanekaragaman hayati tinja berubah sebagai respons terhadap banyak hal, termasuk paparan antibiotik, usia, pola makan, penyakit autoimun ,

pasien dengan penyakit radang usus yang terinfeksi Covid-19, tidak mengalami hasil yang  buruk dibandingkan dengan yang sehat,




GEJALA

 efek gejala Covid-19   yang begitu berbeda dari satu pasien dengan  pasien yang lain, kebanyakan  pasien, penyakit ini bisa bergejala ringan atau bahkan tidak bergejala sama sekali. Namun, pada sebagian pasien, virus bisa memicu gejala yang  berat, tingkat keparahan gejala virus corona mungkin dipicu oleh perbedaan genetika tertentu, tepatnya tipe gen yang dinamakan human leukocyte antigen (HLA),Gen HLA mengandung instruksi untuk membuat protein yang mengikat pada bagian-bagian patogen seperti virus corona dan memperingatkan sel imun, Setelah terlatih untuk mengenali bagian-bagian patogen, sel imun lantas mempercepat proses pembuatan antibodi yang bisa menarget dan mengusir patogen, Namun, HLA ini tidak sama dimiliki oleh semua pasien. Tergantung tipenya, pasien mungkin lebih kuat atau lebih rentan terhadap SARS-CoV-2, dengan  melakukan permodelan komputer untuk mengetahui HLA mana yang terbaik dan terburuk dalam menghadapi SARS-CoV-2. peneliti  melihat lihat HLA mana yang paling pintar dalam mengikat protein virus. Sebab, ikatan yang lebih baik atau semakin banyak protein virus yang terikat akan menaikkan kemungkinan sel imun mengenali virus dan memulai produksi antibodi, peneliti mengidentifikasikan 6 tipe HLA dengan kapastas terbaik untuk mengikat pada berbagai urutan protein SARS-CoV-2 dan tiga yang terburuk,

Di antara yang terburuk, salah satu yang menonjol adalah HLA-B*46:01.

sebab, selain diprediksi memiliki kapasitas terburuk terhadap SARS-CoV-2, HLA-B*46:01 sebetulnya juga pernah diidentifikasikan dalam penelitian tahun 2003 terhadap SARS-CoV yang memicu  penyakit SARS,

keberadaan tipe HLA-B*46:01 pada pasien keturunan Asia diasosiasikan dengan masalah-masalah infeksi yang lebih berat, bukan berarti pasien yang memiliki tipe HLA-B*46:01 sudah   dipastikan akan mengalami gejala berat jika terinfeksi virus corona,

Salah satu caranya, adalah dengan melakukan pengujian Covid-19 bersamaan dengan identifikasi tipe HLA pasien,peneliti tidak bisa, memprediksikan siapa yang lebih atau kurang rentan terhadap virus karena peneliti belum menganalisa data hasil klinis terkait tipe HLA, untuk mengetahui apakah prediksi peneliti valid,

 jika  mendukung ide  bahwa tipe HLA tertentu mempengaruhi kerentanan pasien terhadap virus, maka golongan dengan tipe HLA yang lebih rentan harus diprioritaskan untuk vaksinasi,

 virus SARS-CoV-2 mengusir pembuluh darah pasien Covid-19,serangan virus corona baru ini  melapisi pembuluh darah di seluruh tubuh,  ini  berdampak pada masalah sirkulasi darah, sehingga memicu kegagalan banyak organ,

keadaan-keadaan yang mendasari yaitu  hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit kardiovaskular,diabetes, obesitas ,

 pembuluh darah yang tidak sehat, lebih rentan terhadap virus corona baru,

Virus ini  mengusir paru-paru, dan  mengusir pembuluh darah,

virus corona ini memasuki endotelium (lapisan sel), yang merupakan garis pertahanan pembuluh darah, itulah  sebabnya  mengapa pertahanan tubuh dapat menurun dan memicu masalah dalam sirkulasi mikro (sirkulasi darah di pembuluh darah terkecil,  akibat dari serangan virus pada pembuluh darah, membuat aliran darah ke berbagai bagian tubuh berkurang dan pada akhirnya dapat menghentikan sirkulasi darah, pasien memiliki masalah di semua organ, seperti di jantung, ginjal, usus,  ini  menerangkan mengapa perokok dan pasien dengan keadaan yang sudah ada sebelumnya memiliki fungsi endotel yang lemah,Pada penelitian ini, ditemukan unsur-unsur virus dalam sel endotel, yang melapisi bahian dalam pembuluh darah dan sel-sel inflamasi pada pasien Covid-19.,Pasien  yang berusia 58 tahun dengan  obesitas, diabetes, hipertensi arteri, dan  mengembangkan iskemia mesenterika, atau penurunan aliran darah ke usus halus yang  merusak organ,di paru-paru, jantung, ginjal, dan hati,ditemukan Lymphocytic endotheliitis yang memicu peradangan endotelium ,

, hasil dari penelitian ini didasarkan pada tiga masalah.  autopsi pada pasien Covid-19 lainnya   menemukan lapisan pembuluh darah mereka  penuh virus  dan membuat fungsi pembuluh darah terganggu di semua organ ,

penelitian postmortem dari ginjal yang ditransplantasikan menampakkan struktur virus dalam sel endotel, sel-sel radang di jantung, usus kecil dan paru-paru, di mana kebanyakan pembuluh darah kecil tampak tersumbat.

 peneliti menyarankan terapi untuk menstabilkan endotelium sambil menangani replikasi virus corona, SARS-CoV-2,Sebab, vaksinasi akan mengurangi replikasi virus,  penguatan kesehatan pembuluh darah  bisa menjadi cara  untuk mengatasi   Covid-19, obat-obat yang bisa diberikan, seperti angiotensin yang dipakai untuk mengobati tekanan darah tinggi dan obat antiinflamasi yang dapat membuat endotelium lebih kuat,



 

TES  VIRUS CORONA.

 ilmuwan di Stanford Medicine membuat tes yang dapat mendeteksi antibodi yang diciptakan sistem kekebalan tubuh untuk mengusir virus corona, SARS-CoV-2, peneliti memakai sampel darah dari pasien Covid-19 dan plasma darah yang diambil 2 tahun lalu, mencari antibodi dalam plasma darah , karena plasma darah ini tidak mengandung SARS-CoV-2 sebagai kendali  untuk memverifikasi tes,Terapi ini memakai antibodi yang diambil untuk dari pasien yang selamat dari penyakit, pasien Covid-19 yang sembuh, yang kemudian plasma darahnya dapat dipindahkan ke pasien yang terinfeksi penyakit yang sama.Tes ini dilakukan dengan mengambil antibodi IgM dan IgG. Sementara bukti menampakkan pasien Covid-19 membentuk antibodi pada tahap awal infeksi.Pada tahap akhirnya diyakini antibodi melimpah dan bertahan lebih lama di dalam tubuh,namun, karena virus corona, SARS-CoV-2 ini  baru, maka tidak dapat memastikan berapa lama antibodi itu dapat bertahan,

ini berbeda dengan skrining atau pemindaian yang dipakai untuk mendiagnosa pasien yang diduga terinfeksi virus corona yang memicu Covid-19, 

Di mana sekresi pernapasan diambil dari dalam saluran hidung pasien untuk menemukan bahan genetik dari virus corona baru, SARS-CoV-2.

 untuk memungkinkan pengembangan tes serologis tertentu untuk mulai  memakai tes itu,dapat dilakukan setelah evaluasi akurasi yang menyatakan tes untuk pemakaian plasma darah pasien Covid-19 yang sembuh  dapat diandalkan sebagai terapi terhadap infeksi virus corona baru, SARS-CoV-2.




HEWAN DAN VIRUS CORONA. 

 kucing dan musang lebih rentang terhadap infeksi virus corona, SARS-CoV-2.

Kucing dapat terinfeksi melalui transmisi penularan melalui udara. sedang pada anjing, tingkat kerentanan terhadap virus Covid-19 ini  jauh lebih rendah. Kerentanan ini yaitu  kemampuan virus dalam memasuki sel, 

 sangat tidak mungkin pasien akan terinfeksi oleh hewan peliharaannya,

di Wuhan, 14 % kucing  memiliki antibodi virus corona itu, memeriks9a 19 ekor anjing dan 9  ekor kucing yang diambil dari keluarga dengan salah satu yang menderita sakit Covid-19,.2 anjing dinyatakan positif, meski salah satunya menampakkan infeksi virus yang lemah. sedang kucing-kucing itlu tidak positif terinfeksi ,Penelitian di laboratorium itu mengikutsertakan 4.000 sampel yang diambil dari anjing, kucing dan kuda. Namun, tidak ada hewan yang menampakkan adanya infeksi virus corona baru, SARS-CoV-2,Meskipun risiko penyebaran virus corona antara hewan peliharaan dan para pasien sangat rendah, namun, tindakan pencegahan perlu dilakukan.Kucing  rentan terhadap virus corona kucing, namun sampai saat ini, tidak diketahui apakah mereka dapat berpotensi tertular SARS-CoV-2., kucing mungkin dapat saling menginfeksi, 

coronavirus juga dapat menginfeksi hewan peliharaan yang banyak dirawat oleh para pasien seperti kucing dan anjing,bahwa infeksi coronavirus yang disurvei bukan penyebab Covid-19 yang sedang mewabah saat ini.

 bahwa coronavirus yang menginfeksi anjing dinamakan Canine coronavirus (CCoV).Virus CCoV ini dapat memicu infeksi pada saluran pencernaan dan saluran pernapasan anjing,Coronavirus ini pertama kali ditemukan pada tahun 1971, sebagai penyebab wabah diare pada anjing di Jerman. kebanyakan  infeksi coronavirus ini bersifat subklinis atau tidak menimbulkan gejala sakit.

jikapun menimbulkan gejala, jarang yang bersifat fatal atau memicu kematian," 

Selain CCoV, ada jenis coronavirus anjing lainnya yaitu CRCoV yang dapat menginfeksi saluran pernapasan,ternyata jenis ini berada pada satu golongan dengan coronavirus asal sapi (HCoV) dan para pasien (HCoV-OC43).

CCoV kemungkinan berasal dari karnivora liar atau hewan pemakan daging, yang merupakan hasil rekombinasi dari berbagai coronavirus. Karnivora liar  berperan sebagain inang perantaranya,

Coronavirus menginfeksi kucing bernama Feline coronavirus (FCoV) biasanya akan mengusir saluran pencernaan,Transmisi pada sesama kucing terjadi melalui rute feses-oral ,Gejala  bersifat ringan sehingga  tidak diperlukan  pengobatan , coronavirus yang mengusir saluran pencernaan pada kucing dapat menginfeksi membran rongga perut (peritoneum) yang biasanya menimbulkan gejala yang lebih parah,Infeksi itu pertama kali terobservasi pada tahun 1963 di Boston, Amerika Serikat, virus ini diduga muncul akibat adanya mutasi dan seleksi imunitas pada kucing, dilihat dari bervariasinya material genetik yang didapatkan dari berbagai sumber

Hingga saat ini, dari sekitar 40 jenis virus corona diketahui ada tujuh jenis yang dapat menginfeksi saluran pernapasan para pasien (Human coronavirus, HCoV),Virus corona ternyata tidak hanya terdapat di dalam satwa liar seperti kelelawar, melainkan hewan ternak seperti anjing, kucing, babi dan sapi.

Nama jenis virus corona pada sapi adalah Bovine coronavirus (BCoV). Virus ini dapat menginfeksi saluran pencernaan dan pernapasan pada sapi.

Infeksi pada sapi dewasa   menampakkan gejala seperti diare. Sementara, pada anak sapi usia di bawah tiga bulan akan menampakkan gejala dehidrasi,

Virus corona pada sapi menginfeksi antar sapi,  juga  anjing, kambing ,kucing,rusa, jerapah,  dengan tingkat gejala yang bervariasi,

Coronavirus ini memiliki kesamaan genetik dengan coronavirus para pasien penyebab flu biasa yaitu HCoV-OC43, yang  berasal dari turunan yang sama pada tahun 1890,saat ini sapi tidak dapat menularkan penyakit flu biasa pada para pasien. Virus itu telah megalami proses adaptasi dan kini telah bersirkulasi antara para pasien,  Coronavirus juga  memicu infeksi pada babi dengan tingkat kematian yang tinggi,Salah satu jenis virus corona penyebab infeksi pada babi adalah Porcine deltacoronavirus (PDCoV).virus ini diduga  berasal dari burung gereja (sparrow), yang merupakan inang alaminya, wabah virus corona  dipicu oleh jenis virus baru yaitu Swine Acute Diarrhoea Syndrome Coronavirus (SADS-CoV) yang memicu kematian ribuan anak babi ,Wabah coronavirus pada babi ini memiliki kesamaan dengan wabah SARS, terutama  pemicunya, secara geografis, waktu, ekologis ,Virus baru ini ditularkan secara langsung ke babi dari inang alaminya yaitu kelelawar dari genus Rhinolophus,

melacak sumber virus SARS asli pada kelelawar dan mengidentifikasi SARS-CoV-2. peneliti mengumpulkan penyeka oral dan dubur, dan pelet tinja dari kelelawar di gua-gua di seluruh Cina dari 2010 hingga 2015, dan memakai pengurutan genetik untuk memperoleh 781 sekuens parsial dari virus.

 peneliti membandingkan data itu dengan informasi urutan yang sudah didokumentasikan dalam database komputer mengenai kelelawar dan virus pangolin.peneliti menemukan bukti bahwa virus corona baru mungkin telah berevolusi di Provinsi Yunnan, namun tidak dapat mengesampingkan asal di tempat lain di Asia Tenggara di luar Cina,Keluarga kelelawar yang termasuk genus tapal kuda, Rhinolophus,  berasal dari Cina puluhan juta tahun yang lalu.

Spesies mamalia ini  memiliki sejarah panjang co-evolution dengan virus corona, yang menurut laporan itu biasanya melompat dari satu spesies kelelawar ke spesies lainnya,Virus corona melompat dari hewan ke para pasien dan  menemukan bagaimana virus ini melompat dari hewan ke para pasien.

 bahwa kerabat terdekat virus itu adalah virus corona yang menginfeksi kelelawar, kemampuan virus untuk menginfeksi para pasien diperoleh melalui pertukaran fragmen gen kritis dari virus corona yang menginfeksi mamalia bersisik yang dinamakan pangolin, yang memungkinkan virus menginfeksi para pasien,  lompatan dari spesies ke spesies ini adalah hasil dari kemampuan virus untuk mengikat sel inang melalui perubahan materi genetiknya.Dengan analogi, seolah-olah virus melengkapi kembali kunci yang memungkinkannya membuka kunci pintu sel inang, dalam hal ini sel para pasien, Dalam masalah SARS-CoV-2, kunci adalah protein spike yang ditemukan pada permukaan virus. Virus corona memakai protein ini untuk menempel pada sel dan menginfeksinya,

 mirip dengan SARS asli yang melompat dari kelelawar ke musang, atau MERS yang berubah dari kelelawar menjadi unta dromedaris, dan kemudian ke para pasien, nenek moyang virus corona pandemik ini mengalami perubahan evolusioner dalam materi genetiknya yang memungkinkannya untuk akhirnya menginfeksi para pasien,Para peneliti menemukan bahwa virus corona pangolin atau trenggiling yang khas terlalu berbeda dari SARS-CoV-2, sehingga tidak  memicu pandemi pada para pasien,Namun,  mengandung situs pengikat reseptor, pada protein spike yang diperlukan untuk mengikat membran sel untuk menginfeksi para pasien.Virus ini memiliki sejarah evolusi yang kaya yang mencakup perombakan bahan genetik antara virus corona pada kelelawar dan pangolin sebelum memperoleh kemampuannya untuk melompat ke para pasien,novel coronavirus atau SARS-CoV-2 memakai strategi yang sama untuk menghindari serangan dari imun tubuh para pasien yang sama dengan virus HIV, kedua virus ini menghilangkan molekul penanda pada permukaan sel yang terinfeksi, Molekul yang terinfeksi ini biasanya akan dipakai sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasi penyerang, 

 virus corona SARS-CoV-2, kemungkinan akan terus ada seperti HIV.

Penelitian ini mengikutsertakan pengumpulan sel T pembunuh dari lima pasien yang baru sembuh dari Covid-19, penyakit yang dipicu oleh virus ini.

Sel-sel antibodi atau kekebalan tubuh dihasilkan oleh pasien-pasien setelah mereka terinfeksi SARS-CoV-2. Tugas sel ini adalah untuk menemukan dan mengusir virus dari dalam tubuh.Pada Desember 2019, 27  pasien pertama yang masuk rumah sakit  melewati sebuah pasar yang berlokasi di jantung kota Wuhan di Provinsi Hubei, Cina. pasien pertama yang teridentifikasi virus ini tidak   pergi ke pasar itu,

, sebuah estimasi penanggalan molekular berdasarkan pada urutan genom SARS-CoV-2 mengindikasikan bahwa virus ini muncul pada November. Ini menimbulkan pertanyaan mengenai hubungan antara pandemi COVID-19 dan hewan liar,

Data  Genom SARS-CoV-2  secara cepat diurutkan oleh para peneliti , Terdapat sekitar 30.000 basis molekul RNA yang memiliki 15 genus, termasuk genus S yang berisi sebuah protein yang terletak di permukaan luar virus yang viral (sebagai perbandingan, genom peneliti berbentuk sebuah spiral ganda DNA dengan basis ukuran 3 miliar dan memiliki  30.000 genus).

 bahwa SARS-CoV-2 berasal dari golongan Betacoronaviruses dan sangat dekat dengan SARS-CoV, yang bertanggung jawab untuk sebuah pandemi pneumonia akut yang timbul pada November 2002 di Provinsi Guandong di Cina dan menyebar ke  negara negara pada 2003,

 bahwa kelelawar dari genus Rhinolophus (kemungkinan beberapa spesies gua) yang menimbulkan virus ini dan karnivora berjumlah sedikit, musang palem (Paguma larvata) kemungkinan menjadi hewan penghubung antara kelelawar dan masalah para pasien yang pertama,

Sejak itu banyak Betacoronaviruses telah ditemukan, umumnya di kelelawar, dan di  pasien. Contohnya RaTG13, terbatas pada sebuah kelelawar dari spesies Rhinolophus affinis yang ditemukan di Provinsi Yunan Cina, akhir-akhir ini telah dianggap sangat mirip dengan SARS-CoV-2, dengan urutan genom  mirip  97%, bahwa kelelawar, khususnya spesies dari genus Rhinolophus menjadi reservoir virus SARS-CoV dan SARS-CoV-2. reservoir adalah satu atau beberapa spesies hewan yang tidak atau tidak terlalu sensitif kepada virus, yang akhirnya secara alami menjadi pembawa satu atau beberapa virus,

 genom dari coronavirus yang terdapat di trenggiling Malaysia (Manis javanica) memiliki sedikit kesamaan dengan SARS-Cov-2, dengan hanya kecocokan genom  90%,bahwa virus yang terdapat di trenggiling tidak memicu pandemi COVID-19 ,coronavirus yang berasal dari trenggiling memiliki kesamaan 99% di sebuah wilayah spesifik untuk protein S, yang sesuai dengan 74 asam amino dalam Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE) reseptor pengikat domain, yang memicu virus untuk memasuki sel-sel para pasien ,

Sebaliknya, virus RaTG13 yang berasal dari kelelawar R. affinis sangat berbeda di daerah  hanya memiliki kesamaan 77%,   berarti bahwa coronavirus diisolasi atau berasal dari trenggiling mampu memasuki sel-sel para pasien, sedang coronavirus yang berasal dari kelelawar R. affinis tidak mampu melakukannya.

pembandingan genomik ini menerangkan bahwa virus SARS-Cov-2 dihasilkan dari sebuah rekombinasi antara dua spesies yang berbeda, satu dekat dengan virus dari trenggiling  dan yang lainnya dekat dengan RaTG13 ,ini adalah gabungan antara dua virus yang telah ada,

Mekanisme rekombinasi ini telah ada di berbagai coronavirus, khususnya untuk menerangkan asal usul SARS-CoV.  bahwa hasil-hasil rekombinasi dalam sebuah virus baru berpotensi menginfeksi sebuah wadah spesies yang baru,

Agar rekombinasi terjadi, kedua virus-virus yang berbeda harus menginfeksi organisme yang sama secara bersamaan,

SARS, MERS, EBOLA, dan kini virus 2019-nCoV memicu tingkat kematian yang cukup tinggi. sebab, virus-virus itu salah satunya berasal dari kelelawar.

bahwa kelelawar memiliki respon kekebalan yang sangat kuat terhadap virus. Saat kelelawar terinfeksi virus, tubuhnya akan merespon cepat supaya menghalangi virus keluar dari sel, Walaupun respon itu dapat melindunginya, ini dapat mendorong virus yang hinggap di inang kelelawar memperbanyak diri lebih cepat sehingga membuat kekacauan bahkan kematian jika virus itu pindah ke para pasien yang memiliki sistem kekebalan tubuh lebih minimal, 

menjadikan kelelawar sebagai wadah virus yang cepat bereproduksi dan sangat mudah menular. Bahkan, saat virus kelelawar ini pindah ke hewan lain yang juga tidak memiliki sistem kekebalan respon cepat, virus dengan cepat membanjiri inang baru mereka sehingga memicu tingkat kematian yang tinggi.

 kelelawar mampu meningkatkan tanggapan antivirus yang kuat ini, namun  menyeimbangkannya dengan respons anti-peradangan,

 sistem kekebalan tubuh para pasien akan menghasilkan peradangan luas jika mencoba strategi antivirus seperti kekelawar yang dapat menghindar dari ancaman imunopatologi,.jika habitatnya diganggu, kelelawar akan memberi tekanan kepada hewan lain dengan menumpahkan lebih banyak virus dalam air liur, urin, dan feses , kelelawar berpotensi dalam menampung virus. 

  Kelelawar bahkan tidak berhubungan dekat dengan manusia, jadi peneliti tidak akan mengharapkan mereka menjadi tuan rumah bagi banyak virus para pasien. namun  ini menampakkan bagaimana sistem kekebalan kelelawar dapat mendorong virulensi yang mengatasi ini,penerbangan yang dilakukan kelelawar juga membuat umur mereka lebih panjang dan dapat menoleransi virus. Bahkan, mereka dapat meningkatkan metabolisme dua kali lipat dari tikus yang berukuran sama saat berlari,biasanya, aktivitas fisik yang kuat dan tingkat metabolisme yang tinggi memicu kerusakan jaringan yang lebih tinggi karena akumulasi molekul reaktif, terutama radikal bebas. namun untuk 

memungkinkan penerbangan, kelelawar tampaknya telah membentuk  mekanisme fisiologis  secara efisien membersihkan molekul-molekul yang membuat rusak ini,  membersihkan molekul-molekul membuat rusak yang dihasilkan oleh peradangan dengan pemicu  apa pun sehingga dapat menerangkan rentang hidup kelelawar yang unik dan panjang,

Biasanya, hewan yang lebih kecil dengan detak jantung dan metabolisme yang lebih cepat memiliki rentang hidup yang lebih pendek dibandingkan hewan yang lebih besar dengan detak jantung yang lebih lambat dan metabolisme yang lebih lambat, Namun, itu tidak berlaku bagi kelelawar karena memiliki rentang hidup yang jauh lebih lama dibandingkan mamalia lain dengan ukuran yang sama, kelelawar bisa hidup 40 tahun,  tikus dengan ukuran yang sama bisa hidup 2 tahun, Peradangan cepat yang mereda ini juga mungkin memiliki kelebihan lain, yaitu mengurangi peradangan yang terkait dengan tanggapan kekebalan antivirus. Salah satu kunci dari sistem kekebalan banyak kelelawar adalah pelepasan rambut dari molekul pensinyalan yang dinamakan interferon-alfa, yang memberitahu sel-sel lain untuk  mengelola stasiun pertempuran  sebelum virus mengusir, bagaimana respon imun cepat kelelawar mempengaruhi evolusi virus. Oleh karena itu, dia melakukan percobaan pada sel yang dikultur dari dua kelelawar dan satu monyet sebagai kontrol,

 virus kelelawar melompat ke para pasien melalui perantara hewan. SARS sampai ke para pasien melalui musang sawit Asia, Nipah via babi, Hendra melalui kuda dan Marburg melalui monyet hijau Afrika,MERS melalui unta, Ebola melalui gorila dan simpanse, 

Satu jenis kelelawar, kelelawar buah Mesir (Rousettus aegyptiacus), inang alami virus Marburg, memerlukan serangan virus langsung sebelum menyalin gen interferon-alfa untuk membanjiri tubuh dengan interferon.eknik ini sedikit lebih lambat dibandingkan teknik rubah terbang hitam Australia (Pteropus alecto), wadah virus Hendra, yang siap memerangi infeksi virus dengan interferon-alpha RNA yang ditranskripsi dan siap diubah menjadi protein. Garis sel monyet hijau Afrika (Vero) tidak menghasilkan interferon sama sekali.

saat ditantang oleh virus yang meniru Ebola dan Marburg, respons berbeda dari garis sel ini sangat mencolok,  garis sel monyet hijau cepat kewalahan dan terbunuh oleh virus, sebagian dari sel-sel kelelawar rousette berhasil menutup diri dari infeksi virus, berkat peringatan dini interferon,

Pada sel rubah terbang hitam Australia, respon imun bahkan lebih berhasil dengan infeksi virus melambat secara substansial. Selain itu, respons interferon kelelawar ini tampaknya memungkinkan infeksi berlangsung lebih lama,

 tiga jenis virus corona zoonosis yang menjadi penyebab wabah penyakit 

Tiga penyakit itu adalah Sindrom Diare Akut Babi (SADS),Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS), Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS), 

SARS dan MERS  muncul pada 2003 dan 2012. 

 ketiga penyakit itu memiliki karakteristik yang sama, seperti ketiganya sangat patogen terhadap para pasien dan ternak,

bahwa coronavirus seperti SARS atau MERS yang berasal dari kelelawar akan muncul di China,

peneliti  memprediksi virus hotspot dan potensi transmisi lintas spesiesnya,

 Kelelawar  dikaitkan dengan beberapa penyakit para pasien yang sangat patogen. Seperti lyssavirus kelelawar (virus Rabies), henipavirus (virus Nipah dan virus Hendra), CoVs (SADS-CoV,SARS-CoV, MERS-CoV ), dan ? levirus (virus Mengla,Marburg virus, virus Ebola )  kelelawar memiliki proporsi virus zoonosis yang lebih banyak dibanding mamalia lain,Kelelawar adalah satu-satunya mamalia dengan kemampuan terbang yang baik.  dapat bermigrasi lebih jauh dibanding lainnya, Kelelawar mampu hidup berdampingan dengan berbagai macam virus di tubuhnya,

 trenggiling berpotensi menjadi .tersangka  perantara virus  itu berdasarkan pengujian pada 1.000 sampel hewan liar.menemukan jika urutan genom virus trenggiling 99 % identik dengan yang terdapat pada pasien virus corona,namun  temuan itu bukanlah bukti ilmiah,Hanya melaporkan deteksi virus berdasarkan pengurutan kesamaan 99 % saja tidak cukup, jika peran trenggiling sebagai perantara itu bisa saja benar, Banyak hewan yang bisa menularkan virus ke spesies lain, salah satunya memang kelelawar. Namun dalam masalah ini, ia menyebut jika virus corona tidak langsung berpindah dari  kelelawar ke para pasien, bahwa virus yang bersumber dari kelelawar tidak memiliki fitur yang diperlukan untuk menempel pada reseptor sel para pasien. Hanya saja, masih belum jelas hewan mana yang jadi perantaranya, ada hewan lain yang merupakan perantara, mata rantai yang hilang itu kemungkinan adalah mamalia, dan bisa saja trenggiling memang perantara itu, temuan ini menjadi sebuah bukti bahwa pencarian biang keladi virus corona belum berakhir, Biar bagaimanapun mengidentifikasi hewan pembawa virus corona merupakan hal penting karena bisa mencegah kejadian serupa di masa depan, seperti  melarang penjualan hewan liar di pasar, Virus corona sebagain contoh  betapa berbahayanya mengonsumsi hewan pembawa virus,

Transmisi dari hewan ke para pasienBaik SARS dan MERS diklasifikasikan sebagai penyakit virus menular dari hewan ke para pasien, Pasien pertama virus ini terinfeksi langsung dari hewan. Hal ini mungkin terjadi karena pada hewan inang, virus telah memperoleh serangkaian mutasi genetik yang memungkinkannya untuk menginfeksi dan berkembang biak di dalam tubuh para pasien,Virus ini sekarang bisa disebarkan dari satu pasien ke pasien lain. penelitian lapangan sudah menemukan sumber utama dari SARS-CoV dan MERS-CoV adalah kelelawar. Musang Bulan, mamalia asli Asia dan Afrika dan unta adalah perantara antara kelelawar dan para pasien,

Penelitian kode genetik virus 2019-nCoV menampakkan bahwa virus baru ini paling dekat dengan dua kelelawar SARS yang mirip dengan sampel coronavirus dari China. Sama seperti SARS dan MERS, kelelawar bisa menjadi asal virus 2019-nCoV, urutan kode RNA meningkatkan kadar protein, membentuk  mahkota  partikel virus yang mengenali reseptor pada sel induk.  ini mengindikasikan virus kelelawar mungkin telah bermutasi sebelum menginfeksi pasien, penelitian  terhadap urutan virus 2019-nCoV, menampakkan bahwa coronavirus ini  berasal dari ular,

 menganalisa kode protein yang dimiliki oleh virus corona baru dan membandingkannya dengan kode protein dari coronavirus yang ditemukan di hewan yang berbeda seperti trenggiling , kelelawar,  para pasien,burung, ular, marmut, landak, menemukan bahwa kode protein pada 2

019-nCoV paling mirip dengan ular, Ular   berburu kelelawar di alam liar.  ular juga dijual di pasar makanan laut di Wuhan, meningkatkan kemungkinan 2019-nCoV berpindah dari kelelawar ke ular dan ke para pasien pada awal penyebaran coronavirus ini. Namun, cara virus ini bisa beradaptasi dari hewan darah dingin ke darah panas  menjadi misteri, Mencari urutan virus 2019-nCoV pada ular menjadi hal pertama yang akan dilakukan. Meskipun sejak pertama kali tersebar, pencarian hewan sumber virus ini menjadi sulit karena pasarnya sudah ditutup.Sampel RNA dari hewan yang dijual di pasar dan berasal dari ular dan kelelawar liar diperlukan untuk memastikan sumber virus. , 

virus corona, SARS-CoV-2 pembawa penyakit Covid-19, mungkin beredar pada kelelawar yang hidup di wilayah Asia,Ditemukan virus yang mirip dengan virus penyebab Covid-19 pada kelelawar di suaka margasatwa di Thailand timur, 

 virus corona serupa mungkin terdapat pada kelelawar di banyak negara dan  Asia lainnya,Virus yang dinamakan RacCS203 ini sangat mirip dengan kode genetik SARS-CoV-2, dengan kemiripan genom mencapai 92  %.  virus ini juga terkait erat dengan virus corona lainnya, yang dinamakan RmYN02,Virus itu ditemukan pada kelelawar di Yunnan, China, dengan kemiripan genom dengan SARS-CoV-2 mencapai 94%.kemampuan virus corona untuk berpindah di antara mamalia yang satu ke  kucing, anjing ,antibodi pada kelelawar dan trenggiling ini mampu menetralkan virus penyebab pandemi ini, yang merupakan bukti lebih lanjut bahwa virus corona terkait SARS-CoV-2 yang beredar di di Asia Tenggara,

kelelawar memiliki  manfaat   membantu penyerbukan, memakan serangga pembawa penyakit , menyebarkan benih regenerasi pohon di hutan tropis,

mengambil swab dan beberapa sampel darah dari seribu lebih kelelawar yang mewakili 36 spesies yang ditemukan di pulau-pulau di Samudera Hindia bagian barat, dan wilayah pesisir Afrika di Mozambik, 8 % dari kelelawar yang diteliti membawa virus corona,

Virus corona yang ada pada kelelawar ini diteliti dengan penelitian genetik. Dengan membandingkan virus corona yang diisolasi dan diurutkan dalam konteks penelitian ini dengan virus dari hewan lain,Termasuk lumba-lumba, alpacas,  sehingga  mampu membangun pohon keluarga virus corona raksasa.

Silsilah keluarga ini menampakkan bagaimana berbagai jenis virus corona saling berhubungan satu sama lain,masing-masing genera yang berbeda dari keluarga kelelawar yang memiliki sekuens virus corona, memiliki turunannya sendiri, berdasar sejarah evolusi dari golongan kelelawar yang berbeda, jelas bahwa ada koeksistensi yang mendalam antara kelelawar, yakni pada tingkat genus dan keluarga dan virus corona yang terkait, kelelawar buah keluarga Pteropodidae dari berbagai benua dan pulau, membentuk golongan di pohon keluarga mereka dan secara genetik berbeda dari jenis virus corona golongan kelelawar lain yang ditemukan di zona geografis yang sama. 

mengindentifikasi 6 virus baru yang berada dalam keluarga yang sama dengan virus corona penyebab SARS-CoV-2. Enam virus itu terdeteksi pada kelelawar bebas yang hidup di Myanmar,Virus corona  merupakan segolongan virus yang mengandung patogen yang memicu  penyakit seperti SARS, MERS, dan Covid-19.walau  masih dalam satu keluarga, namun 6 virus baru itu menurut peneliti tak terkait erat secara genetik dengan patogen yang memicu 3 penyakit di atas,peneliti  mengambil sampel air liur dan guano (kotoran kelelawar) dari lebih  350 kelelawar yang mewakili 11 spesies, Identifikasi itu mayoritas berasal dari sampel guano.  itu menampakkan jika guano atau kotoran kelelawar bisa menjadi rute penularan penting virus corona ke para pasien, perlu penelitian untuk memahami potensi 6 virus ini untuk pindah ke spesies lain,Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)  menegaskan tidak ada bukti bahwa hewan peliharaan seperti anjing atau kucing dapat terinfeksi virus corona baru,

banyak hewan rentan terhadap virus corona,virus corona dari berbagai hewan dapat bertukar gen. Beberapa virus corona pada kucing, misalnya, terbentuk dari virus corona babi dan anjing.Pertukaran gen virus corona ini terjadi saat virus menginfeksi hewan yang sama secara bersamaan.infeksi dari beberapa hewan mungkin terjadi saat  berbagi reseptor yang serupa ada di permukaan sel mereka.Burung memiliki avian coronavirus. Babi memiliki porcine coronavirus. Sapi punya bovine coronavirus.  kuda   memiliki  equine coronavirus.Hewan peliharaan seperti anjing dan kucing bisa terkena virus corona. Namun, mereka tidak berani  menularkannya ke para pasien,

Anjing dapat saja  terinfeksi canine coronavirus. Penyakit ini memicu diare, muntah, dan gangguan usus  ,Virus ini menyebar melalui feses, terutama saat  anjing makan tinja, Anjing  dapat terinfeksi virus corona yang mengusir pernapasan, sehingga membuatnya mengeluarkan lendir. batuk, bersin, 

 virus corona pada kucing biasanya membuat mereka flu atau kurang sehat saja, 10 % kucing yang terinfeksi, virus dapat bermutasi dan memicu Peritonitis Feline Infections, penyakit yang hampir selalu berakibat fatal. Penyakit ini  mengusir anak kucing, jika virus hewan dapat berikatan dengan reseptor sel para pasien, itu akan membuat peneliti sakit.  itulah yang ada di balik wabah saat ini. peneliti berbagi reseptor sel yang sama dengan kelelawar, pembawa virus baru yang dikenal.Belum ada laporan masalah hewan peliharaan yang menularkan virus baru ke para pasien sepertinya tidak ada masalah para pasien menularkan virus ke hewan peliharaan mereka,Virus corona adalah keluarga besar virus yang mencakup banyak penyakit berbeda,SARS-CoV-2 memang memiliki kesamaan dengan virus corona lain, empat di antaranya dapat memicu flu biasa, Kelima virus itu memiliki proyeksi runcing pada permukaannya dan memanfaatkan apa yang dinamakan protein lonjakan untuk menginfeksi sel inang, keempat virus corona yang bernama 229E, NL63, OC43, dan HKU1 semuanya menginfeksi para pasien sebagai host utama mereka SARS-CoV-2 berbagi sekitar 90 % dari materi genetiknya dengan coronavirus yang menginfeksi kelelawar, yang menampakkan bahwa virus itu berasal dari kelelawar dan kemudian  ke para pasien.

 virus SARS melompat dari kelelawar ke musang (mamalia kecil, nokturnal) dalam perjalanannya ke para pasien, sedang MERS menginfeksi unta sebelum menyebar ke para pasien.

 kemungkinan kena virus SARS-CoV-2

 menghitung angka reproduksi dasar atau dinamakan R0 (diucapkan R-nol).

R0 memprediksi jumlah pasien yang dapat tertular virus dari satu pasien yang terinfeksi, Saat ini, R0 untuk SARS-CoV2--virus pemicu  penyakit Covid-19--diperkirakan  2,2. Artinya, satu pasien yang terinfeksi dapat menginfeksi sekitar 2,2 pasien lainnya, flu biasa memiliki R0 1,3, bahwa vaksin flu musiman untuk mencegah influenza relatif baik, meski formulasinya tidak cocok dengan strain virus yang beredar,

SARS-CoV-2, SARS-CoV, maupun MERS-CoV  berasal dari kelelawar,

SARS-CoV-2 sangat mirip dengan dua virus corona lain yang juga memicu wabah beberapa tahun lalu, yakni SARS-CoV dan MERS-CoV. 

sekitar 85 % pasien yang terinfeksi merupakan Covid-19 ringan,

sekitar 10  % melaporkan penyakit parah, yang berarti mereka mengalami sesak napas, atau memerlukan oksigen tambahan, dan sekitar 4. % kritis wafat,

tidak ada bukti bahwa hewan peliharaan, seperti kucing dan anjing, dapat terinfeksi virus corona, apalagi menyebarkannya ke para pasien.

pasien anak-anak pasti dapat terkena Covid-19, meski  pasien anak-anak lebih kecil kemungkinan tertular virus dibandingkan pasien dewasa,

 pasien anak-anak lebih cenderung tertular influenza pada tahun tertentu dibandingkan dengan pasien dewasa,

bahwa Covid-19 kemungkinan bertahan  di permukaan seperti logam, gelas, atau plastik selama sembilan hari, Agar virus dapat tetap hidup, diperlukan kombinasi keadaan lingkungan spesifik, seperti suhu, kurangnya paparan UV, dan kelembapan,


TENTANG COVID-19

pasien-pasien yang memenuhi kriteria ODP maupun PDP  berpotensi menularkan Covid-19 sampai terbukti sebaliknya dan harus menjalankan isolasi.

Dari sisi isolasi, yang harus dilakukan untuk PDP dan ODP agak berbeda. Isolasi PDP seharusnya dilakukan di rumah sakit, sedang ODP hairus melakukan isolasi diri dengan berdiam di rumah selama 14 hari atau dinamakan dengan karantina mandiri.

. Pasien dalam pengawasan (PDP)  adalah mereka yang memiliki gejala panas badan dan gangguan saluran pernapasan. Gangguan saluran pernapasan itu bisa ringan atau berat, dan pernah berkunjung ke atau tinggal di daerah yang diketahui merupakan daerah penularan Covid-19.PDP ini juga memiliki indikasi atau diketahui pernah berkontak dengan langsung dengan masalah yang terkonfirmasi atau probabel Covid-19.

 pasien dalam pemantauan ( ODP) adalah mereka yang memiliki gejala panas badan atau gangguan saluran pernapasan ringan, dan pernah mengunjungi atau tinggal di daerah yang diketahui merupakan daerah penularan virus itu.

bisa juga pasien sehat yang pernah kontak erat dengan masalah terkonfirmasi Covid-19,

suspek adalah istilah lain untuk PDP.

 perbedaan utama PDP dan ODP adalah apakah ada gabungan panas badan dan gangguan pernapasan, dan apakah pernah berkontak dengan masalah terkonfirmasi,  masalah probabel adalah PDP yang hasil pemeriksaannya tidak dapat disimpulkan (tidak positif, namun juga tidak negatif)sedang masalah konfirmasi adalah pasien yang terbukti terinfeksi berdasarkan hasil laboratorium.

pemberian nama penyakit dilakukan oleh WHO dalam International Classification of Diseases (ICD),  Coronavirus Study Group (CSG) dari Komite Internasional untuk Taksonomi Virus atau International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV).menamai virus corona Wuhan yang sebelumnya hanya dinamakan 2019-nCoV sebagai severe acute respiratory syndrome-related coronavirus 2 atau SARS-CoV-2,,karena virus ini ditemukan sebagai varian dari virus corona yang memicu wabah severe acute respiratory syndrom (SARS) pada tahun 2002-2003.

 Covid-19 atau coronavirus disease adalah nama penyakit yang sedang mewabah saat ini. Sementara itu, SARS-COV-2 adalah nama virus yang memicu Covid-19.virus corona atau coronavirus adalah golongan virus yang memicu batuk pilek biasa hingga SARS dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV).Untuk strain baru yang belum pernah diidentifikasikan sebelumnya pada para pasien, diberi stilah novel coronavirus (nCOV) seperti nama lama SARS-CoV-2 yaitu 2019-nCOV.Virus diberi nama berdasar struktur genetikanya untuk memfasilitasi perkembangan tes diagnostik, vaksin dan pengobatan.

  protein yang terkandung dalam virus corona SARS-CoV-2 memiliki  daerah khusus  atau ridge yang lebih padat, ini membuatnya lebih mudah menempel pada sel para pasien dibanding virus corona jenis lainnya, Saat virus mudah menempel ke sel para pasien, ini memungkinkan virus corona SARS-CoV-2 memiliki kemampuan menginfeksi dengan lebih baik dan mampu menyebar lebih cepat, virus corona baru SARS-CoV-2 menempel pada sel para pasien melalui  spike protein, Ketike spike protein menempel atau terikat pada reseptor sel para pasien - protein pada permukaan sel yang berfungsi sebagai pintu masuk sel -membran virus akan bergabung dengan sel para pasien.  ini memungkinkan genom virus untuk masuk ke dalam sel para pasien, 

Semua jenis virus corona, termasuk yang memicu penyakit SARS dan MERS, menempel pada sel para pasien melalui spike protein ,

 setiap jenis virus corona memiliki struktur spike protein yang berbeda.

memakai sinar-X. peneliti  memetakan struktur molekul speke protein pada virus corona baru SARS-CoV-2. dan  mengeksplorasi   spike protein virus corona baru dan keterikatannya dengan reseptor sel para pasien, 

untuk mencari tahu , mengapa spike protein virus corona baru sangat ahli dalam menginfeksi sel para pasien dibanding dengan virus corona lain, terutama virus SARS-CoV.,

SARS-CoV-2 (virus corona penyebab pandemi Covid-19 saat ini) dan  SARS-CoV (penyebab wabah SARS pada 2003) mengikat reseptor para pasien yang sama, bernama ACE2.

mutasi genetik membuat spike protein pada SARS-CoV-2 membentuk    daerah khusus  molekuler yang lebih rapat dibanding SARS-CoV,

Struktur yang lebih padat dan adanya beberapa perbedaan kecil memungkinkan SARS-CoV-2 menempel lebih kuat pada reseptor ACE2 para pasien.

memicu virus ini dapat menginfeksi para pasien dengan lebih baik dan mampu menyebar lebih cepat dibanding virus corona yang memicu SARS.

dengan mempelajari struktur dari protein paling penting dalam virus, peneliti dapat merancang obat dan memblokir aktivitas mereka, seperti mengacaukan radar mereka,Dengan mempelajari secara spesifik virus ini dan bagaimana ia melekat pada sel para pasien,  peneliti memperoleh  wawasan mengenai bagaimana virus itu dapat melompat dari hewan ke para pasien,

Hasil rontgen menampakkan paru-paru pasien bersih setelah sel-sel imun berperang mengusir virus corona. menganalisa struktur spike protein pada trenggiling, yang bisa menjadi inang antara kelelawar dan para pasien, Beberapa mutasi bisa meningkatkan kemampuan virus kelelawar untuk menempel pada reseptor para pasien, memungkinkan lompatan ke para pasien, 

virus corona pada kelelawar juga berikatan dengan reseptor ACE2, namun buruk. salah satu virus corona pada trenggiling berpotensi mengikat reseptor para pasien. Ini mendukung teori  dugaan sementara bahwa trenggiling adalah inang perantara virus.usus  penuh dengan kehidupan  jutaan bakteri dan virus yang hidup di dalamnya. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan  nutrisi yang ada di usus,

 1.000 spesies virus baru yang hidup di usus para pasien,Lebih dari setengahnya belum pernah teridentifikasi, tak semua bakteri  dan virus berbahaya,

kebanyakan virus yang di temukan  pada sampel virus kebanyakan berasal dari pasien yang sehat memiliki DNA sebagai materi genetiknya. Itu berbeda dengan virus seperti SARS-CoV-2 atau zika yang merupakan virus RNA,

virus yang ditemui di usus masuk dalam tipe virus yang dinamakan bacteriophage, golongan virus  Gubaphage, Tipe ini tidak  berbahaya bagi para pasien Bacteriophage  mengatur jumlah sel bakteri dalam usus para pasien dan ketidakseimbangan dalam virus.tidak ada bukti yang menampakkan bahwa varian ini memicu penyakit yang lebih parah atau vaksin tidak lagi manjur.,varian ini  memiliki mutasi yang mempengaruhi bagian virus ,beberapa mutasi  meningkatkan kemampuan virus untuk menginfeksi sel, Galur atau strain baru bisa menjadi lebih umum hanya karena berada di tempat dan waktu yang tepat , Virus yang pertama kali dideteksi di Wuhan, China tidak sama dengan jenis yang ditemukan di kebanyakan wilayah di dunia.Mutasi D614G muncul di Eropa  menjadi bentuk dominan virus di dunia.Varian lainnya, dinamakan A222V, menyebar di Eropa ,

Terdapat perubahan pada protein spike, yakni bagian yang dipakai virus untuk menginfeksi sel dalam tubuh ,Satu mutasi yang dinamakan N501Y mengubah bagian terpenting dari spike, yakni receptor-binding domain,Pada bagian inilah protein spike bersentuhan dengan permukaan sel tubuh , Perubahan apapun yang membuat virus lebih mudah untuk masuk kemungkinan besar akan membuatnya lebih unggul dari yang lain.Mutasi lainnya - delesi (penghapusan) H69/H70, yang menghapus sebagian kecil dari spike - telah sempat muncul beberapa kali, termasuk pada cerpelai yang terinfeksi, delesi itu membuat antibodi dari plasma darah penyintas Covid kurang efektif dalam mengusir virus.

Varian ini sudah jauh bermutasi dari versi asalnya,Penjelasan yang paling mungkin ialah varian ini muncul dalam tubuh pasien dengan sistem pertahanan tubuh yang lemah, sehingga tidak mampu mengalahkan si virus.Alih-alih membasmi virus, tubuhnya malah menjadi tempat virus bermutasi dan berkembang biak.Namun, meningkatkan transmisi saja sudah cukup untuk memicu masalah bagi rumah sakit.Jika varian baru ini berarti pasien-pasien akan lebih cepat terinfeksi, ini bisa berbuntut pada lebih banyak pasien memerlukan perawatan di rumah sakit.Ketiga kandidat vaksin yang paling menjanjikan memicu respons sistem kekebalan tubuh terhadap spike yang ada, karena itulah pertanyaan ini muncul.,Vaksin melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengusir berbagai bagian virus, jadi meskipun bagian dari spike telah bermutasi, vaksin seharusnya tetap ampuh.Suatu virus dapat lolos dari vaksin saat ia berubah, sehingga bisa menghindar dari sebagian efek vaksin dan terus menginfeksi pasien.Ini bisa jadi hal paling mengkhawatirkan yang bisa terjadi pada virus,Varian ini adalah hal terbaru yang menampakkan bahwa virus corona terus beradaptasi seiring ia menginfeksi semakin banyak pasien.

Virus ini mungkin dapat menciptakan mutan yang mampu lolos dari vaksin.

Ini akan membuat Covid-19 mirip dengan flu, yang vaksinnya perlu diperbarui secara rutin. Untungnya, vaksin yang peneliti punya sangat mudah diotak-atik.

Varian baru ini menyebar lebih cepat dari versi virus aslinya, namun diyakini tidak akan lebih mematikan,Tidak ada bukti yang menampakkan bahwa varian baru ini bereaksi berbeda terhadap vaksin, saat ini tidak ada bukti yang menampakkan bahwa varian baru itu memicu tingkat kematian yang lebih tinggi atau bereaksi secara berbeda terhadap vaksin atau pengobatan yang ada.

Perubahan atau mutasi terjadi pada protein spike pada virus - bagian yang mampu membantu pasiennya menginfeksi sel dan target vaksin-vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan,Galur atau strain baru bisa menjadi lebih umum karena alasan yang tidak ada hubungannya dengan virus.

Informasi genetik pada banyak virus dapat berubah dengan sangat cepat dan terkadang mutasi ini dapat menguntungkan virus - dengan memungkinkannya untuk menyebar secara lebih efisien atau meloloskan diri dari vaksin atau obat - namun banyak mutasi yang tidak berpengaruh sama sekali,

 peneliti  mengidentifikasi sejumlah mutasi 'diam' pada sekitar 30.000 huruf kode genetik virus corona penyebab Covid-19.Mutasi itu ternyata mampu membantu SARS-CoV-2 berkembang setelah melompat dari hewan, yakni reservoir virus berasal dari kelelawar, ke para pasien, kemungkinan hal itu yang membuat virus corona baru menjadi pandemi global yang cukup sulit untuk dihentikan, perubahan halus yang terjadi mengikutsertakan bagaimana virus dapat melipatgandakan molekul RNA di dalam sel para pasien.

 peneliti memakai metode statistik yang dikembangkan untuk mengidentifikasi perubahan adaptif yang muncul dalam genom virus SARS-CoV-2 pada para pasien.namun, peneliti tidak menemukan adanya kaitan erat virus corona yang ditemukan pada kelelawar dan trenggiling, dua hewan yang dinamakan sebagai reservoir virus itu.mencoba mencari tahu apa yang membuat virus ini begitu unik,Pada penelitian sebelumnya, mendeteksi sidik jari positif dalam gen yang mengkode protein spike, bagian penancap pada permukaan virus corona yang berperan penting dalam menginfeksi sel-sel baru,penelitian menandai mutasi yang mengubah protein spike, yang menampakkan bahwa strain virus yang membawa mutasi ini lebih mungkin berkembang.penelitian mengidentifikasi penyebab tambahan yang gagal terdeteksi pada penelitian sebelumnya,  bahwa mutasi diam-diam virus corona teridentifikasi pada wilayah lain dari genom SARS-CoV-2 yang dijuluki Nsp4 dan Nsp16. Mutasi itu tampaknya telah membuat virus ini memiliki keunggulan biologis atas galur sebelumnya tanpa mengubah protein yang mereka kodekan,

Alih-alih mempengaruhi protein,  perubahan itu kemungkinan besar telah mempengaruhi bagaimana materi genetik virus yang tersusun atas RNA, berlipat ganda menjadi bentuk dan fungsi 3D di dalam sel para pasien,

 perubahan dalam struktur RNA ini mungkin yang membedakan virus penyebab Covid-19 pada para pasien dari virus corona lainnya yang masih belum diketahui,, mutasi itu telah menyumbang pada kemampuan virus untuk menyebar, bahkan sebelum pasien tahu mereka telah terinfeksi,

keadaan inilah yang membuat situasi pandemi Covid-19 saat ini menjadi lebih sulit dikendalikan, dibandingkan dengan wabah virus corona SARS tahun 2003 silam.Nsp4 dan Nsp16 ada di antara molekul RNA pertama yang diproduksi saat virus menginfeksi pasien baru,biasanya, dengan menampakkan perubahan genetik yang lebih tepat, memungkinkan virus corona baru berkembang dalam inang para pasien, para ilmuwan berharap dapat memprediksi lebih baik wabah penyakit zoonosis di masa depan, sebelum itu terjadi.Virus terus bermutasi dan berkembang. Jadi mungkin saja ada jenis baru virus corona yang mampu menginfeksi hewan lain yang juga berpotensi menyebar ke para pasien, seperti yang dilakukan virus SARS-CoV-2. Virus corona baru yang kali pertama merebak akhir tahun 2019 lalu terus mengalami mutasi.Bahkan, mutasi virus penyebab pandemi Covid-19 ini terus beragam, bahwa virus corona baru ini telah bermutasi dengan cara yang membuatnya semakin mudah dalam menginfeksi sel tubuh para pasien. apakah perubahan itu mengubah jalannya pandemi, Perubahan dari mutasi virus corona baru ini, kemungkinan dapat menerangkan mengapa virus semakin memicu begitu banyak infeksi di benua Amerika.Ini adalah bentuk mutasi yang telah dikhawatirkan para ilmuwan selama berminggu-minggu sejak Covid-19 mewabah di seluruh penjuru negara bagian di Amerika Serikat hingga Amerika Latin.mutasi virus ini mempengaruhi protein spike atau protein penancap dari SARS-CoV-2.Protein spike pada virus merupakan struktur yang dipakai virus untuk masuk ke dalam sel tubuh inangnya.Jika temuan ini dikonfirmasi, maka penelitian itu menjadi kali pertamanya bagi sejumlah tim peneliti dalam menampakkan perubahan yang terlihat pada virus yang memiliki arti penting untuk pandemi ini.

Virus dengan mutasi ini jauh lebih menular dibandingkan virus yang tidak memiliki mutasi dalam sistem kultur sel yang peneliti gunakan,

 mutasi virus corona baru yang terlihat sejauh ini tidak mempengaruhi kemanjuran vaksin yang sedang dikembangkan. mutasi tidak membuat virus ini lebih menular, dan tidak membuat virus lebih mungkin memicu penyakit berbahaya.percobaan di cawan laboratorium yang menampakkan mutasi yang dinamakan D614G memberi virus lebih banyak protein spike dan membuatnya lebih stabil,Pada gilirannya membuat virus itu lebih mudah masuk ke dalam sel. 

 mutasi D614G nmenjadi strain yang paling umum menyebar di Eropa dan Amerika Serikat. Mutasi memungkinkan virus corona ini tidak hanya menempel ke sel dengan lebih mudah, namun untuk memasukkannya dengan lebih mudah.

saat virus menginfeksi, mereka membajak sel inangnya dan mengubahnya menjadi pabrik virus, memompa salinan demi salinan virus. Pertama-tama mereka harus menemukan jalan ke sel untuk melakukan ini, virus corona tidak akan terbukti rentan terhadap mutasi seperti virus lain yang memakai RNA dan bukan DNA sebagai bahan genetik mereka.Seperti pada influenza, yang terkenal karena mutasinya, adalah virus RNA. , perubahan konstan pada virus penyebab Covid-19 ini harus diwaspadai.Virus ini akan merespons apa pun yang dilakukan tubuh untuk mengendalikannya.sel T pembunuh yang dipakai dalam penelitian ini tidak efektif menghilangkan virus dalam sel yang terinfeksi. menemukan molekul  histocompatibility complex utama atau MHC, menghilang,Padahal, molekul ini adalah tanda identifikasi yang biasanya ada dalam membran sel sehat, atau dalam sel yang sakit yang infeksi virus corona lain yang memicu sindrom pernapasan akut, SARS.Molekul ini berubah karena infeksi, kemudian memberi sinyal untuk mengingatkan sistem kekebalan tubuh, apakah sel itu sehat atau telah terinfeksi oleh virus,Strategi SARS-CoV-2 menghilangkan tanda infeksi Virus HIV memakai strategi yang sama, yakni menghilangkan molekul MHC di dalam sel yang terinfeksi virus.Sebaliknya, SARS tidak memakai fungsi ini,

Virus corona menghilangkan tanda-tanda ini dengan menghasilkan protein yang dikenal dengan ORF8, yang mengikat terikat dengan molekul MHC.

Selanjutnya, protein ini akan menariknya ke dalam sel yang terinfeksi dan mengusirnya, Protein ORF8  memainkan peran  dalam replikasi virus, dan kebanyakan alat tes komersial menargetkan gen ini untuk mendeteksi viral load dalam tes usap (swab), baik dari hidung maupun oral dari mulut,obat yang dipakai selama ini untuk mengobati pasien Covid-19 menargetkan pada enzim atau protein struktural yang diperlukan dalam replikasi virus.

menyarankan agar senyawa yang dikembangkan  menargetkan pada penurunan MHC oleh ORF8,  dapat meningkatkan pertahanan atau pengawasan sistem kekebalan terhadap infeksi SARS-CoV-2.

penelitian   menemukan protein spike dari virus corona baru ini memiliki struktur yang memungkinkannya masuk ke banyak jenis sel para pasien dan kemudian mengikatnya,Struktur yang sama juga ditemukan pada HIV, namun tidak pada virus corona lain yang ditemukan pada hewan seperti kelelawar dan trenggiling. menemukan SARS-CoV-2 dapat mengusir sel T.Penemuan itu terjadi setelah otopsi di China menemukan adanya kerusakan pada sistem kekebalan tubuh yang mirip yang dipicu oleh AIDS, HIV ditemukan sebagai virus yang mengusir sistem kekebalan tubuh, Hingga kini, AIDS  belum memiliki vaksin atau obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan penyakit ini, penyerangan terhadap molekul MHC juga terjadi pada virus lain, seperti pada beberapa jenis virus herpes.Dia mencatat virus corona baru yang telah menginfeksi 6 juta pasien di seluruh dunia ini, tidak membajak sel T dan mengubahnya menjadi alat untuk bereproduksi, seperti yang dilakukan virus HIV.Virus (corona) baru ini bermutasi pada kecepatan yang jauh lebih lambat dan tingkat kematian yang jauh lebih rendah dibandingkan AIDS,0 sistem kekebalan tubuh para pasien memiliki berbagai cara untuk mengusir infeksi virus, termasuk virus corona SARS-CoV-2 yang memicu Covid-19.biasanya, bentuk virus corona ini bulat, dilapisi beberapa protein di permukaannya. Terdiri dari protein membran, protein spike (penancap), protein E (cangkang) dan protein N (nukleokapsida) Sabun bersifat surfaktan, sehingga jika peneliti memakai sabun, maka protein membran pada virus akan terkoyak. Dan, suasana basa, akan mengusir RNA virus,genom virus SARS-CoV-2 disusun oleh 30.000 basa nukleotida RNA yang mengekspresikan 29 protein.Susunan genom ini yang kemudian nanti disejajarkan dengan urutan genom virus yang ada di asia tenggara. Itu untuk mengetahui, apakah virus yang ada di asia tenggara memiliki kekerabatan dengan virus yang ada di China,

Virus corona penyebab Covid-19, memiliki beberapa struktur protein yang memiliki peranan penting dalam menginfeksi tubuh para pasien,

Ada 265 nukleotida, yang mana urutan ini merekrut mesin di dalam sel terinfeksi untuk membaca nukleotida RNA dan menerjemahkannya menjadi protein virus corona, genom virus SARS-CoV-2 terbagi ada dua jenis protein, yakni protein non-struktural (NSP) dan proterin struktural (SP), 

 beberapa protein virus corona NSP yang berperan memicu Covid-19 pada para pasien,antaralain : 

 - Protein NSP3 pengurai,Propetin NSP3 sebagai pengurai dan pemotong yang berfungsi melepaskan protein virus lain, sehingga mereka dapat melakukan tugasnya sendiri,Sel sehat akan menandai protein tua untuk dimusnahkan, namun NSP3 menghapus sinyal itu sehingga kemampuan sel mengusir virus berkurang.

- Protein NSP1 penyabotase

Protein penyabotase ini berfungsi menghambat produksi sel terinfeksi dengan cara menghambat sintesis proteinnya, Sehingga, protein virus akan terus terbaca, hingga terjadi penumpukan protein asing,

- Protein NSP4 dan NSP6 pembuat gelembung,Penularan virus corona umumnya terjadi lewat droplet pasien atau pasien positif Covid-19. virus ada di dalam droplet biasanya bukan droplet air, Saat pasien terinfeksi virus corona, maka area yang terinfeksi di saluran pernapasan akan banyak gelembung. Protein NSP4 ini yang membuat gelembung itu, Protein NSP4 dengan bantuan protein NSP3 dan NSP6, membangun gelembung berisi cairan di dalam sel yang terinfeksi, Di dalam NSP6, yang dinamakan dengan protein pabrik gelembung, maka virus-virus baru akan diproduksi,

- Protein NSP7 dan NSP8 bantu NSP12 memperbanyak RNA

Protein NSP7 dan NSP8 adalah protein asisten penyalin yang mampu membantu protein NSP12 dalam memperbanyak RNA. Sebagai mesin penyalin, protein NSP12 menyusun untaian nukleotida RNA menjadi genom virus baru.

Protein-protein NSP virus ini sebenarnya bisa menjadi target obat. Paling bagus adalah protein yang berperan dalam duplikasi yakni NSP12,"

Oleh karenanya, obat-obat antivirus seperti remdisivir bekerja untuk menghambat protein NSP12,

- Protein NSP10 yang mampu berkamuflase, Protein NSP10 memiliki kemampuan unik  dinamakan  protein kamuflase genetik. Sebab, dengan bekerjasama dengan protein NSP16, protein ini dapat menyamarkan virus agar tidak dihancurkan oleh sel yang terinfeksi,Saat terinfeksi, tubuh akan mengeluarkan nuklease yang dinamakan RNAse yang berfungsi untuk mengusir RNA virus. namun karena RNA virus telah berkamuflase, membuatnya tidak dihancurkan,

-Protein NSP15 pembersih sisa RNA

Protein ini diduga memotong sisa RNA virus sebagai strategi untuk bersembunyi dari pertahanan antivirus sel yang terinfeksi, Sisa potongan RNA ini bagi tubuh akan dianggap sebagai zat asing yang akan memberi efek demam. Selanjutnya alarm tubuh menyala untuk mengeluarkan antibodi. Pada masalah pasien tanpa gejala (OTG), kerja NSP15 sempurna tanpa menyisakan potongan RNA,

- Protein dengan fungsi misterius

protein struktur (SP) terdiri dari protein penancap (protein spike) yang melindungi RNA dan mampu membantu menempelkan virus ke reseptor sel terinfeksi, ada  protein ORF3a yang dapat memicu peradangan yakni salah satu gejala paling berbahaya dari Covid-19, protein ORF6 yang berfungsi pemblok sinyal ke sistem kekebalan tubuh, protein ORF7a yang dapat memicu bunuh diri pada sel yang terinfeksi,  saat paru-paru terinfeksi, protein ini menyumbang pada kerusakan paru-paru secara permanen akibat Covid-19, 

 ada beberapa protein virus yang fungsinya masih misteri, di antaranya ORF8 dan ORF10, Fungsi kedua protein ini masih belum jelas.  protein ORF10 ini hanya ditemukan di virus corona SARS-CoV-2,

- Protein NSP13 pengurai RNA, Materi virus, yakni RNA akan dikemas dalam gulungan rumit seperti benang kusut. Namun, protein NSP13 ini akan menguraikannya, sehingga nukleotida dapat dibaca dan diekspresikan.

Supaya virus dapat menduplikasi dirinya, jika informasinya dapat dibuka,

- Protein NSP14 pengoreksi yang cerdas,  saat virus diperbanyak oleh protein NSP12, maka pembacaan genom akan semakin panjang. Di sini peran protein NSP14 untuk mengoreksi salinan genom virus corona yang salah.

NSP14 akan memotong kesalahan ini, sehingga urutan RNA menjadi benar. 

 mengkonfirmasi bukti mutasi virus corona, SARS-CoV-2 yang memicu Covid-19.

 menampakkan seberapa kuat pengaruh mutasi virus SARS-CoV-2 dalam memicu penyakit atau kerusakan pada inangnya.memakai pendekatan ultra-deep sequensing,  menyelidiki mutasi virus ini dengan meneliti strain virus yang diisolasi dari 10  pasien Covid-19 ,Mutasi ini juga telah ditemukan pada kebanyakan pasien di seluruh Eropa. sedang strain yang lebih ringan ditemukan di Amerika Serikat, seperti di negara bagian Washington. lebih dari 30 mutasi virus corona dan 60 % di antaranya adalah 19 mutasi virus baru,

Beberapa mutasi yang terjadi memicu perubahan fungsional pada spike protein virus,jenis perubahan strain virus yang paling agresif dapat menghasilkan viral load hingga 270 kali lebih banyak dibandingkan jenis yang paling lemah.

Strain virus ini juga dapat mengusir sel-sel dengan cepat. Virus corona berubah dengan kecepatan rata-rata satu mutasi per bulan, lebih dari 10.000 strain virus dan di antaranya mengandung 4.000 mutasi,Temuan  ini  menerangkan perbedaan dalam mortalitas regional.Sebab, infeksi pandemi dan tingkat kematian bervariasi dari satu negara dengan negara lain, tingkat kelangsungan hidup juga bergantung pada banyak faktor, seperti usia, keadaan kesehatan yang mendasari atau bahkan golongan darah,

 strain virus corona penyebab Covid-19 di India mengalami mutasi yang bisa mengancam pengembangan vaksin,Meskipun dari Wuhan, strain yang ditemukan pada pasien itu tampak tidak terkait dengan strain yang diidentifikasikan di Wuhan.

; mutasi ini terjadi pada bagian protein spike (tonjolan mahkota) virus corona.

Tepatnya pada struktur receptor-binding domain (RBD) yang mengait pada reseptor ACE2 di sel para pasien agar virus bisa menginfeksi,

Dengan membuang satu ikatan hidrogen pada protein spike, mutasi ini mengurangi kemungkinan virus mengikat pada reseptor ACE2 yang ada  pada jaringan paru-paru dan organ lainnya,vaksin yang menarget protein spike ini mungkin tidak akan bekerja pada pasien yang mengalami terinfeksi virus corona dengan mutasi serupa,

 bahwa mutasi SARS-CoV-2 dengan berbagai profil epitope bisa terjadi kapan saja, pengembangan vaksin terhadap SARS-CoV-2 saat ini berisiko  menjadi sia-sia,

strain yang berbeda mungkin  memberi dampak penyakit Covid-19 yang berbeda di dunia, mutasi virus corona pada segolongan kecil pasien yang sebelumnya tidak dilaporkan,mutasi ini termasuk perubahan yang  langka, sehingga  tidak pernah menganggapnya mungkin terjadi, mutasi tertentu dari virus penyebab Covid-19 itu  dapat menciptakan jenis yang lebih mematikan dari jenis virus lainnya, SARS-CoV-2  memperoleh mutasi yang mampu secara substansial mengubah patogenisitasnya, mutasi  mempengaruhi seberapa para virus memicu penyakit atau kerusakan pada inangnya,

strain virus yang diisolasi dari 10  pasien Covid-19 , Selanjutnya, menguji seberapa efisien strain virus itu dapat menginfeksi dan mengusir sel,

 strain yang lebih ringan adalah varietas dominan yang ditemukan di Amerika Serikat,  strain virus corona di New York telah 'diimpor' dari Eropa, sehingga tingkat kematian di negara bagian ini serupa dengan di banyak negara di Eropa,

 mutasi yang lebih lemah bukan berarti risiko infeksi virus corona penyebab Covid-19 ini juga lebih rendah bagi semua pasien, pasien  yang tertular strain virus corona yang lebih lemah menjadi sakit yang parah,

mendeteksi lebih dari 30 mutasi virus corona dan di antara mereka sebanyak 20  mutasi atau sekitar 60 % adalah mutasi virus baru, mutasi ini dapat memicu perubahan fungsional pada spike protein virus, struktur unik di atas selubung virus l,memungkinkan virus corona mengikat sel para pasien,Untuk memverifikasi teorinya,  menginfeksi sel dengan strain yang membawa mutasi berbeda,Jenis yang paling agresif dapat menghasilkan viral load hingga 200 kali lebih banyak dibandingkan jenis yang paling lemah. Strain ini juga mengusir sel-sel dengan sangat cepat,Gen virus corona yang bermutasi berbeda dari strain paling awal yang diisolasi di Wuhan, tempat virus ini pertama kali terdeteksi.

Virus corona berubah dengan kecepatan rata-rata satu mutasi per bulan. Pada hari jumat , lebih dari 10.000 strain telah diurutkan oleh para ilmuwan di seluruh dunia, dan  strain itu mengandung 4.000 mutasi,istilah komorbid pertama kali dipakai pada tahun 1970-an oleh dokter dan ahli epidemiologi terkenal A. R. Feinsteins,Feinsteins mengunakan istilah itu untuk merujuk pada pasien-pasien yang mengalami demam rematik dan berbagai penyakit lain, Komorbid adalah masalah kesehatan yang berbahaya, karena adanya dua keadaan atau lebih meningkatkan kemungkinan rawat inap dan risiko kematian  ,Komorbid atau komorbiditas adalah adanya dua atau lebih penyakit pada pasien yang sama,.contohnya, pasien  dikatakan komorbid jika menderita diabetes dan gagal ginjal atau  diabetes dan hipertensi, 

  bahwa pasien yang terinfeksi Covid-19 dan memiliki penyakit penyerta yang mendasari akan meningkatkan perkembangan infeksi menjadi semakin cepat dan parah. bahkan memicu kematian, saat pasien mengalami keadaan komorbid, mereka mungkin memiliki sistem kekebalan yang terganggu ,

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS memberikan daftar keadaan komorbid pada pasien Covid-19, meliputi  penyakit jantung, down sindrom, obesitas, kehamilan, kanker, penyakit ginjal kronis,dan diabetes melitus tipe 2.Karena Covid-19 adalah penyakit baru, belum banyak data mengenai bagaimana keadaan bawaan lainnya mempengaruhi keparahan Covid-19.mungkin ada peningkatan risiko penyakit parah dari Covid-19 jika pasien juga menderita demensia,  diabetes mellitus tipe 1,asma sedang hingga berat, fibrosis kistik, hipertensi (tekanan darah tinggi), 

memakai sampel virus yang didapat dari pasien, peneliti  sudah mengidentifikasi kode genetik dari virus ini dan memakai mikroskop untuk memotretnya. Patogen yang bertanggung jawab atas pandemi ini adalah coronavirus jenis baru, Virus ini satu famili dengan virus penyebab sindrom pernafasan akut (SARS-CoV) dan sindrom pernafasan di Timur Tengah/flu unta (MERS-CoV),  Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)  menamai virus  sebagai coronavirus 2019-nCoV,Nama coronavirus didapatkan dari bentuknya, yang digambarkan berbentuk mahkota atau terlihat seperti korona matahari saat dilihat memakai mikroskop elektron, Coronavirus disebarkan melalui udara dan menginfeksi pernafasan bagian atas dan saluran pencernaan mamalia dan burung, kebanyakan  anggota famili coronavirus hanya menampakkan gejala seperti pilek ringan selama infeksi, SARS-CoV dan MERS-CoV bisa menginfeksi pernafasan bagian atas dan bawah dan memicu penyakit pernafasan yang parah dan komplikasi lainnya pada para pasien,

Virus baru (2019-nCoV) ini memicu gejala yang serupa dengan SARS-CoV dan MERS-CoV. pasien yang terinfeksi oleh golongan coronavirus ini akan menderita radang yang hebat,  virus jenis 2019-nCoV, termasuk sumbernya, dan juga cara penularan dan berkembang biak virus dengan lebih baik untuk mencegah dan mengobati penyakit ini,Kesimpulan penelitiannya, berpusat pada protein antivirus pada mamalia, yang dinamakan  ZAP, Protein ini diklaim dapat menghentikan virus corona di jalurnya dengan mencegah penggandaan dan penurunan genomnya,

Protein menargetkan sepasang senyawa kimia, dinukleotida CpG, namun virus corona dapat mengusir dengan mengurangi rambu-rambu ini dan membuat ZAP tidak berdaya, Kelangsungan hidup virus menampakkan .bahwa ia telah berhasil menghindari pertahanan antivirus yang dimediasi ZAP,”

virus telah  tersembunyi dan diam-diam dapat berbahaya bagi para pasien.

memeriksa  1.200. genom dari keluarga coronavirus yang sama dengan Sars-CoV-2 pada basis data sumber terbuka GenBank, menemukan hanya genom dari canine virus corona, yang memicu penyakit usus yang sangat menular pada anjing di seluruh dunia, Nilai CpG serupa dengan yang diamati pada SARS-CoV-2 dan kerabatnya yang diketahui paling dekat hubungannya dengan kelelawar, ini konsisten dengan interpretasi bahwa CpG rendah di SARS-CoV-2 diperoleh oleh leluhur SARS-CoV-2 yang berevolusi dalam sistem pencernaan mamalia, kebanyakan pasien Covid-19 juga mengeluhkan rasa tidak nyaman pada pencernaannya, seperti diare, muntah, 

penyebar diam ini dapat menabur benih Covid-19 di seluruh dunia.pasien pasien di kota Chongqing, China barat daya, dinyatakan positif selama dirawat di rumah sakit selama 45 hari tanpa ada gejala penyakit ini,penelitian  menemukan sel yang terinfeksi virus melepaskan sejumlah besar partikel yang tidak diketahui, Partikel-partikel itu memiliki gen virus corona baru, SARS-CoV-2, namun tidak lengkap dan tidak terbungkus dalam membran pelindung, Beberapa di antaranya terlihat lebih kecil dari virus normal dan banyak bentuknya tidak beraturan, ini pertama kalinya  ilmuwan, melihat lihat partikel sedemikian dekat dengan sel yang terinfeksi virus corona, dan tidak jelas partikel apa itu, partikel itu adalah DIP, atau partikel-partikel pengganggu yang rusak. DIP adalah salinan yang tidak akurat yang dibuat virus saat bereplikasi, Virus corona menyimpan gennya dalam asam ribonukleat beruntai tunggal yang realtif longgar, yang rentan terhadap kesalahan replikasi, seperti hilangnya gen terkait protein.OTG picu masalah Covid-19 tinggi, ada penghapusan kecil dalam genom dan sejumlah besar partikel, Partikel-partikel ini dapat menerangkan infeksi tanpa gejala pada tingkat molekuler,pembawa virus tanpa gejala dapat menjadi penyebab awal peningkatkan masalah Covid-19 di beberapa negara, sejumlah kecil virus penuh terdeteksi dengan partikel cacat atau rusak itu.belum dapat memastikan apakah partikel rusak itu dapat memicu beberapa gejala pada pasien yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 ini.

 bahwa jenis virus dominan yang beredar di Eropa dan Amerika Serikat lebih menular dibandingkan di China, sebab memiliki lebih banyak protein spike.

Partikel mikroskopis kecil yang dinamakan aerosol berperilaku seperti asap rokok. Jadi  akan lebih terkonsentrasi lebih dekar dengan perokok yang mungkin terinfeksi,virus bisa menjadi aerosol dan menyebar di udara,

 menganalisa sampel genom yang diterbitkan GISAID, menemukan varian virus corona yang dinamakan dengan D614G membuat perubahan kecil, namun berpotensi mengubah protein spike yang menonjol di permukaan virus.

 protein spike adalah bagian virus corona yang dipakai untuk mengusir dan menginfeksi sel para pasien, peneliti ini menganalisa data 900 pasien Covid-19  yang dirawat di rumah sakit.Dalam pengamatan yang dilakukan, pasien-pasien itu memiliki lebih banyak partikel virus corona, namun tanpa mengubah keparahan penyakit yang diderita pasien itu, peneliti menemukan adanya komplikasi saraf atau neurologis dan neuropsikiatrik dari Covid-19 terhadap ratusan pasien di seluruh rumah sakit ,

virus ini telah merusak berbagai organ pada pasien yang positif Covid-19, terutama organ paru,untuk menyelidiki sejauh mana komplikasi Covid-19 telah mempengaruhi saraf otak,  peneliti mengembangkan jaringan online untuk mengumpulkan informasi akan masalah komplikasi penyakit ini, sindrom klinis secara luas yang terkait Covid-19 diklasifikasikan dalam beberapa gejala, yaitu : 

Mengubah status mental yang didefinisikan sebagai perubahan akut dalam kepribadian, perilaku, kognisi, atau kesadaran,Peristiwa serebrovaskular yang didefinisikan sebagai kejadian iskemik akut, hemoragik, atau trombotik yang mengikutsertakan parenkim otak atau ruang subaraknoid,Neurologi perifer yang didefinisikan sebagai mengikutsertakan akar saraf, saraf perifer, persimpangan neuromuskuler, atau otot,Atau gejala lainnya yang tidak memenuhi presentasi sindrom ini.Pasien  tua banyak alami stroke, ada 150 masalah unik yang menampakkan komplikasi saraf pada pasien Covid-19 ,0

Rata-rata pasien berusia 70 tahun ke atas, mengalami kejadian serebrovaskular, dari 12p  pasien ada 70  pasien, yakni dengan komplikasi stroke iskemik, pendarahan intraserebral dan vaskulitis.sedang 20 pasien lainnya menampakkan status mental yang berubah berdasarkan diagnosis psikiatris,

virus SARS-CoV-2 juga mengusir  jantung dan ginjal, Covid-19 juga menimbulkan gangguan saraf,pasien Covid-19 menderita  Guillain-Barre Syndrome. Ini adalah keadaan kelainan saraf di mana sistem imun merespon infeksi dan berakhir dengan mengusir sel-sel saraf, ini memicu lemah otot dan paralysis, beberapa pasien Covid-19 dalam keadaan parah mengalami encephalitis (inflamasi pada otak) juga stroke ,kebanyakan , gejala yang timbul akibat gangguan saraf ini cukup ringan. Mulai dari sakit kepala dan pusing, yang diakibatkan oleh respon sistem imun,Namun pada gejala yang lebih parah, pasien bisa mengalami kehilangan kemampuan mengendus atau mengecap, lemah otot, stroke, dan halusinasi,84 % pasien positif Covid-19 dengan keadaan parah mengalami gangguan saraf seperti ini.Menembus blood-brain barrier

virus SARS-CoV-2 mungkin memicu gangguan saraf dengan cara mengusir langsung otak akibat respon sistem imun terhadap infeksi,Hasil otopsi dari beberapa pasien, virus itu ditemukan pada bagian otak.  infeksi dari olfactory neurons pada hidung memicu menyebarnya virus itu dari paru menuju otak.

Apalagi, sel-sel pada otak para pasien memiliki ACE2 yang menjadi reseptor bagi virus SARS-CoV-2. Reseptor ini menjadi perantara bagi virus itu untuk masuk dan berkembangbiak dalam tubuh para pasien,saat virus itu sudah mencapai otak, replikasinya akan menimbulkan gangguan saraf,SARS-CoV-2 bukanlah satu-satunya virus yang juga menginfeksi otak.  virus yang berhubungan dengan saluran pernapasan  Influenza, campak juga bisa menginfeksi bagian saraf pusat pada otak virus MERS dan SARS tahun 2003 juga terbukti memicu gangguan saraf,Virus corona lainnya seperti HCoV-OC43 juga terbukti bisa menginfeksi otak dan menimbulkan gangguan saraf. Virus musiman itu  memicu encephalitis.Isolasi dan Karantina Penting untuk Cegah Penyebaran Corona

Sebelum pasien dinyatakan positif terinfeksi, pasien menjalani swab tenggorok dan pemeriksaan laboratorium DNA dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Kemudian, tenaga medis akan melakukan monitoring dan terapi kepada pasien.

Monitoring dan terapi itu meliputi isolasi, implementasi PPI, serial foto toraks, suplementasi oksigen, antimikroba empiris, terapi simplomatik, terapi cairan, ventilasi mekanis, pemakaian vasopressor, observasi, dan pemilahan terapi penyakit penyerta.

Komplikasi paling berbahaya dari infeksi SARS-CoV-2 adalah sejenis pneumonia yang dinamakan novel coronavirus-infected pneumonia (NCIP).

 NCIP merupakan satu-satunya komplikasi yang terkait dengan Covid-19. komplikasi lainnya yang mungkin juga dialami pasien Covid-19, antaralain: 

Nyeri otot yang parah (myalgia),Kelelahan,Serangan jantung,

Acute respiratory distress syndrome (ARDS),Detak jantung tidak teratur (arrhythmia),Kejang kardiovaskular, berdasar  penelitian data urutan genom publik dari virus corona, SARS-CoV-2 tidak ditemukan bukti  virus penyebab Covid-19 itu dibuat di laboratorium, membandingkan data urutan genom yang tersedia untuk strain virus corona yang diketahui, peneliti  menyatakan SARS-CoV-2 berasal dari proses alami, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) pada 2003 lalu di China dan wabah yang terjadi di Arab Saudi dengan Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS).Sementara Covid-19 yang dipicu virus SARS-CoV-2 semakin meluas, sejak pihak berwenang China melaporkan wabah ini ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada  Desember 2019 lalu.Hingga saat ini, 

 setelah epidemi dimulai, para ilmuwan China mengurutkan genom SARS-CoV-2 dan membuat data tersedia bagi para peneliti di seluruh dunia.Bukti evolusi alami virus SARS-CoV-2 yaitu 

 bagian RBD dari spike protein SARS-CoV-2 telah berevolusi agar secara efektif menargetkan fitur molekuler di bagian luar sel para pasien yang dinamakan ACE2, sebuah reseptor yang berperan penting dalam pengaturan tekanan darah.

Spike protein SARS-CoV-2 sangat efektif dalam mengikat sel-sel para pasien,  itu adalah hasil seleksi alam dan bukan produk rekayasa genetika,

Bukti evolusi alami ini didukung oleh data penting dari SARS-CoV-2, yakni struktur molekul keseluruhan. Jika,  berusaha merekayasa virus corona baru sebagai patogen, maka mereka akan membuat dari backbone virus yang diketahui memicu penyakit, menemukan backbone dari SARS-CoV-2 berbeda secara substansial dengan yang ada pada virus corona saat ini dan kebanyakan  menyerupai virus yang ditemukan pada kelelawar dan trenggiling.

kedua fitur virus ini, bermutasi pada RBD dari spike protein dan backbone virus yang berbeda. Hal ini mengesampingkan rekayasa laboratorium sebagai potensi asal SARS-CoV-2,istilah yang perlu diketahui agar dapat terus memperbarui informasi mengenai  virus corona .

Virus Corona (Coronavirus)

Menurut WHO, virus corona (CoV) adalah keluarga besar virus yang memicu penyakit mulai dari flu biasa, hingga penyakit yang lebih parah seperti sindrom pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan sindrom pernafasan akut (SARS-CoV).Virus corona merupakan jenis virus zoonosis, artinya ditularkan antara hewan dan para pasien.

Covid-19

 dibingungkan dengan istilah Covid-19 dan virus corona. WHO memberikan nama penyakit yang diakibatkan oleh virus corona ini dengan nama Covid-19.

Nama ini diambil dari singkatan "penyakit coronavirus 2019". Mengacu pada tahun virus ini pertama kali terdeteksi,

SARS-CoV-2

Virus corona memiliki beberapa jenis virus. Seperti sindrom pernafasan Timur Tengah yang dipicu oleh virus MERS-CoV.

sedang, virus yang mewabah saat ini merupakan strain baru. Coronaviridae Study Group (CSG) dari Komite Internasional mengenai Taksonomi Virus mengakui virus ini sebagai pembentuk bagi prototipe para pasien dan kelelawar.

Di mana virus itu memicu sindrom pernafasan akut virus corona yakni SARS-CoV.  untuk menandai sebagai virus pemicu sindrom pernafasan akut yang parah yang memicu Covid-19,  menyebutnya dengan SARS-CoV-2.

Social Distancing

Sejak virus ini merebak di asia tenggara, istilah social distancing menjadi populer, Virus dapat dengan mudah menyebar di tempat-tempat padat. Jarak sosial atau social distancing diperlukan sebagai langkah untuk meningkatkan ruang fisik antara pasien untuk memperlambat penyebaran virus,

ODP

 ODP adalah pasien Dalam Pemantauan, yang belum menampakkan gejala sakait seusai bepergian dari negara episentrum virus corona,

 ODP juga dapat terjadi pada mereka yang sempat melakukan kontak dengan pasien yang diduga positif virus corona, sehingga harus dipantau.

PDP

PDP adalah Pasien dalam Pengawasan merupakan pasien yang menampakkan gejala sakit dari Covid-19.

Self quarantine

Self quarantine atau karantina mandiri adalah kunci untuk mencegah penyebaran virus. Bersamaan dengan social distancing,   mencuci tangan dan pemakaian masker dapat menjadi upaya mencegah penyebaran virus semakin meluas,

 karantina mengacu pada pemisahan dan pembatasan ruang gerak pasien yang terpapar virus untuk melihat lihat apakah mereka menjadi sakit akibat virus corona ini.

Self quarantine, menurut CDC dilakukan selama 14 hari dan jika tidak menampakkan sakit, maka ia tidak dianggap berisiko bagi pasien lain. 

Klaster

Klaster penyakit atau klaster infeksi adalah segolongan kejadian kesehatan serupa yang terjadi di suatu area yang sama pada waktu yang bersamaan.

Beberapa masalah baru dari virus corona saat ini, juga beberapa dideskripsikan sebagai outbreak clusters atau klaster wabah.

Penyebaran Komunitas

Ini adalah penyebaran Covid-19 di antara area tertentu ini, di mana tidak ada pengetahuan langsung mengenai bagaimana atau kapan pasien tertular penyakit itu, penyebaran banyak terjadi karena adanya perjalanan tertentu dari pasien yang positif terpapar virus itu. penyebaran komunitas ini, biasanya kurang spesifik, sehingga penularan virus corona ini lebih sulit dilacak

 Suspect Corona

pasien yang diduga kuat terjangkit infeksi virus corona, akan menampakkan gejala penyakit Covid-19. pasien yang dinamakan suspect corona diketahui pernah melakukan kontak dengan pasien yang positif terinfeksi virus corona.

Pada pasien itu akan dilakukan dua metode pemeriksaan. Di antaranya Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Genome Sequencing, tujuannya untuk mengetahui status infeksi pada pasien itu, apakah posiif atau negatif virus corona.

Lockdown

Sejumlah negara dengan angka infeksi virus corona yang sangat tinggi telah mengumumkan lockdown.lockdown merupakan istilah untuk situasi di mana pasien tidak diizinkan masuk atau meninggalkan gedung atau area secara bebas karena keadaan darurat.

 ilmuwan  berhasil mengidentifikasi bagaimana sistem kekebalan tubuh memerangi virus Covid-19, menampakkan bahwa cara para pasien sembuh dari virus corona sama seperti saat mereka sembuh dari flu biasa,

ini untuk  mengetahui sel imun mana yang berperang mengusir virus corona akan mampu membantu dalam upaya pembuatan vaksin,

 bahwa sistem kekebalan tubuh dapat mengusir virus corona,

ilmuwan mengidentifikasi empat tipe sel imun yang tampil untuk memerangi Covid-19, Keempat tipe sel imun ini diamati dengan melacak pasien pasien yang mengalami masalah virus corona dengan gejala ringan-sedang dan tidak punya masalah kesehatan sebelumnya,

Pada pasien dengan influenza, sel-sel yang sama ini juga muncul pada waktu yang hampir sama sebelum si pasien kemudian membaik, 

Mengetahui kapan sel-sel imun bekerja dapat mampu membantu memprediksi alur virus, bahwa pasien dengan degenerasi makula terkait usia, berisiko lebih besar mengembangkan komplikasi parah akibat penyakit ini. Degenerasi makula  adalah suatu kelainan yang dipicu oleh komplemen yang terlalu aktif.

bahwa aktivitas pembekuan darah berhubungan dengan keparahan Covid-19.

Keparahan juga diakibatkan dari mutasi gen komplemen itu dan koagulasi tertentu dengan rawat inap pasien Covid-19. gambaran mengenai peran jalur komplemen dan koagulasi dalam menentukan hasil klinis pasien yang terinfeksi virus corona SARS-CoV-2, Gambar selebaran tanpa tanggal yang diambil dan ditingkatkan warnanya di National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) Fasilitas Riset Terpadu (IRF) di Fort Detrick, Maryland, AS dan yang disediakan oleh National Institutes of Health (NIH) menampakkan warna pemindaian mikrograf elektron dari sel apoptosis (biru) yang terinfeksi partikel virus SARS-COV-2 (merah), diisolasi dari sampel pasien ,

Gagasan dalam menyelidiki peran koagulasi dan pelengkap dalam Covid-19 dimulai dengan sirvei menyeluruh terhadap mimikri virus di semua virus di bumi, sekitar lebih dari 7.000 jenis.  Virus memiliki protein yang dapat meniru protein inang tertentu untuk mengelabui sel inang agar mampu membantu virus menyelesaikan siklus hidupnya, mengidentifikasi mimik itu dapat memberikan petunjuk mengenai bagaimana virus memicu penyakit.

Dalam survei itu, virus corona adalah ahli mimikri atau menyamar, terutama dengan protein yang ada dalam koagulasi dan protein pembentuk komplemen, yang merupakan salah satu cabang tertua dari sistem kekebalan tubuh para pasien,Protein pelengkap bekerja seperti antibodi dan mampu membantu menghilangkan patogen dengan menempel pada virus dan bakteri dan menandai mereka untuk dimusnahkan. Pelengkap juga bisa meningkatkan koagulasi dan peradangan di tubuh. virus corona baru, dengan meniru protein komplemen atau koagulasi, mungkin mendorong kedua sistem ini ke dalam keadaan hiperaktif.Jika komplemen dan koagulasi mempengaruhi keparahan Covid-19, pasien dengan komplemen hiperaktif atau gangguan koagulasi yang sudah ada sebelumnya, seharusnya lebih rentan terhadap virus.

 pasien Covid-19 dengan degenerasi makula, penyakit mata yang dipicu oleh komplemen yang terlalu aktif, dan gangguan koagulasi umum seperti trombosis dan pendarahan,pasien Covid-19  meninggal dunia dengan memiliki degenerasi makula terkait usia, Komplemen juga lebih aktif pada obesitas dan diabetes. penelitian ini  menerangkan mengapa pasien dengan keadaan itu juga memiliki risiko kematian yang tinggi akibat Covid-19,penelitian itu mengungkap tanda khas pada pasien yang terinfeksi Covid-19 yang menampakkan virus itu menginduksi aktivasi yang kuat dari sistem komplemen dan koagulasi tubuh.

peneliti menemukan komplemen adalah salah satu jalur yang diekspresikan paling berbeda pada pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2,Lebih banyak bukti yang mengaitkan Covid-19 parah dengan koagulasi dan komplemen berasal dari penelitian genetik dari ribuan pasien Covid-19 dari Biobank Inggris, yang berisi catatan medis dan data genetik pada setengah juta pasien.

  ilmuwan menemukan varian beberapa gen yang mempengaruhi aktivitas komplemen atau koagulasi dikaitkan dengan gejala Covid-19 yang lebih parah yang memerlukan rawat inap.Varian ini belum tentu akan menentukan hasil pasien,  temuan ini adalah bukti lain bahwa jalur komplemen dan koagulasi berpartisipasi dalam morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan Covid-19,

penelitian  mengungkapkan hubungan dengan komplemen menampakkan bahwa obat yang ada untuk menghambat sistem komplemen  mampu membantu mengobati pasien dengan sakit yang parah.

Dokter yang merawat pasien Covid-19 telah sejak awal pandemi, memperhatikan masalah koagulasi. Beberapa test penelitian  dilakukan untuk menentukan cara terbaik untuk memakai perawatan anti-koagulasi yang ada.

Penghambat komplemen saat ini dipakai pada penyakit yang relatif jarang, namun setidaknya satu test penelitian sedang menguji   pada pasien Covid-19.

bahwa kebanyakan dari populasi tampaknya memiliki sel-sel kekebalan tubuh yang mampu mengenali bagian-bagian dari virus SARS-CoV-2.

Kemungkinan sel-sel itu memberi kekuatan bagi tubuh untuk mengusir infeksi yang dipicu oleh virus ini. Sistem kekebalan tubuh bertugas menjaga tubuh peneliti tetap sehat dari serangan bakteri, virus, jamur maupun parasit yang masuk ke dalam tubuh.Ada dua komponen utama dalam sistem kekebalan tubuh, yaitu sistem kekebalan adaptif dan  sistem kekebalan bawaan 

-Sistem kekebalan bawaan

Fungsinya sebagai garis pertahanan pertama, sistem kekebalan tubuh bawaan seperti penghalang fisik seperti kulit dan selaput lendir, yang secara fisik menghentikan penyerbu masuk,Termasuk sel-sel tertentu, protein dan bahan kimia yang melakukan pertahanan dengan membuat peradangan dan mengusir sel-sel yang mengusir tubuh.

Sistem kekebalan adaptif

 sistem kekebalan adaptif ditargetkan pada penyerang spesifik dan yang sebelumnya dikenal. Waktu yang diperlukan sedikit lebih lama untuk mulai beradaptasi.Sistem kekebalan adaptif di antaranya terdiri dari jenis sel darah putih, yang dinamakan sel B, yang berpatroli di tubuh mencari gangguan seperti virus atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh.

 Masing-masing sel B memiliki antibodi unik yang berada di permukaannya dan dapat berikatan dengan antigen unik, dan akan menghentikan penyerbu asing di dalam tubuh memasuki sel inang.

Saat menemukan penyerbu asing itu, sel B akan diaktifkan dan mengikatnya, selanjutnya menyalin dirinya sendiri untuk mengeluarkan antibodi. Pada akhirnya menciptakan pasukan penetral untuk mengusir infeksi itu.

Dari sanalah antibodi diciptakan oleh sistem kekebalan tubuh para pasien yang pernah terpapar Covid-19.

Antibodi virus corona cepat menghilang

 bahwa antibodi terhadap virus corona khusus dapat menghilang dengan cepat terutama pada pasien yang memiliki masalah Covid-19 ringan.

ilmiah penelitian  tidak yakin berapa pasien yang telah terinfeksi virus ini akan tetap terlindungi dari infeksi baru,

, karena peneliti mengandalkan vaksin untuk memicu respons antibodi untuk melindungi dari Covid-19,

bahwa antibodi bukan satu-satunya senjata yang dipakai sistem kekebalan adaptif untuk mencegah infeksi virus,Peneliti mencoba memasukkan sel T, dalam tiga varietas, dibuat oleh tubuh setelah infeksi untuk mampu membantu infeksi di masa depan dari penyerang yang sama,Salah satu dari sel-sel T itu mampu membantu tubuh mengingat penyerang itu jika kembali menginfeksi, sedang sel T lainnya memburu dan mengusir sel-sel inang yang terinfeksi virus corona dan yang ketiga mampu membantu dengan cara yang lain,


Para peneliti telah sepakat bahwa antibodi terhadap virus corona dapat menghilang setelah beberapa minggu atau bulan.Meskipun sistem kekebalan tubuh memiliki lebih dari satu garis pertahanan, namun temuan ini menampakkan bahwa kekebalan terhadap virus mungkin bersifat sementara,

Oleh sebab itu, untuk dapat mendorong tubuh menghasilkan antibodi yang dapat melindungi diri dari infeksi virus di masa depan, maka kemungkinan besar pasien memerlukan setidaknya dua dosis vaksin dengan selang beberapa minggu dari vaksinasi pertama agar lebih efektif.ahli  menyarankan agar vaksinasi berkala dapat dilakukan secara teratur. Jika kekebalan ternyata cepat menghilang, peneliti akan memerlukan rencana vaksinasi lagi sebagai penguat, atau vaksinasi ulang secara berkala, Peneliti Pfizer telah mengamati tingkat antibodi penetral tertinggi, satu minggu setelah dosis kedua diberikan pada sukarelawan, Demikian juga yang dilakukan Moderna, test penelitian mengikutsertakan pemberian dua suntikan vaksin kepada sukarelawan dengan jarak empat minggu,Bukan hanya persoalan keperluan ganda vaksin untuk cegah Covid-19, Amerika Serikat juga dihadapkan pada ketersediaan pasokan jarum suntik yang diperkirakan yang diperkirakan tidak akan cukup pada gelombang vaksinasi berikutnya,pada vaksin anak, ada yang memerlukan lima dosis vaksin DTaP, yang melindungi mereka dari difteria, tetanus dan pertusis.

Untuk virus corona pada para pasien, masalahnya adalah kemungkinan infeksi ulang bisa saja terjadi setelah kekebalan tubuh menurun,.Virus corona yang saat ini menjadi pandemi global adalah jenis baru. Oleh karenanya, para ilmuwan belum cukup waktu untuk mempelajari lebih dalam mengenai virus ini,

Terutama dalam menentukan berapa lama kekebalan tubuh dapat bertahan, dan belum ada bukti klinis bahwa pasien yang dapat terinfeksi kembali,

 pasien-pasien yang terinfeksi virus corona ini bisa mendapatkan virus itu kembali dari para pasien lainnya yang memicu flu biasa selama berkali-kali,

Setelah terinfeksi virus corona, infeksi ulang dengan virus yang sama, meski biasanya ringan dan hanya terjadi pada sebagian kecil pasien. Namun mungkin terjadi setelah beberapa bulan atau tahun,Itu gunanya vaksinasi berkala sebagai penguat, Seperti suntikan tetanus, memerlukan penguat setiap dekade, sama halnya dengan vaksin corona untuk mengusir infeksi ulang virus corona 

 Obesitas sebagai faktor risiko  pemicu penyakit kardiovaskular dan kanker.

 obesitas  menganggu respons sistem kekebalan tubuh, obesitas  membuat vaksinasi pada pasien dewasa menjadi lebih sulit dalam mengusir infeksi.

Sistem kekebalan yang sehat menghidupkan dan mematikan peradangan sesuai keperluan, memanggil sel darah putih dan mengirimkan protein untuk mengusir infeksi,Vaksin  memanfaatkan respons peradangan itu, namun tes darah menampakkan bahwa pasien gemuk dan pasien dengan faktor risiko metabolik terkait, seperti tekanan darah tinggi dan peningkatan kadar gula darah dapat mengalami keadaan peradangan ringan kronis 

 penyebab munculnya keadaan peradangan kronis ini akibat jaringan adiposa atau lemak di perut, hati, dan organ lain tidak dapat bereaksi.

 mekanisme biologis yang tepat masih diselidiki, peradangan kronis tampaknya menganggu respons kekebalan terhadap vaksin.

Bukti bahwa pasien gemuk memiliki respons yang tumpul terhadap vaksin  pertama kali diamati tahun 1985, pasien  obesitas menerima vaksin hepatitis B menampakkan penurunan perlindungan  11 bulan kemudian, Penemuan ini direplikasi dalam penelitian lanjutan dengan memakai jarum yang lebih panjang untuk memastikan vaksin disuntikkan ke otot dan bukan lemak.

 peneliti menemukan masalah yang serupa dengan vaksin hepatitis A. Penelitian lain  menemukan penurunan  dalam perlindungan antibodi yang dipicu oleh tetanus dan vaksin rabies pada pasien obesitas.Obesitas adalah masalah dan respons imun yang diinduksi vaksin suboptimal yang diamati pada populasi obesitas tidak dapat diabaikan, pasien berusia 65 tahun ke atas yang menerima vaksin influenza tahunan supercharged mengandung jauh lebih banyak antigen virus flu yang dipakai untuk mampu membantu meningkatkan respons sistem kekebalan tubuh ,


EFEK  SESUDAH  TERINFEKSI  COVID-19

Parosmia yaitu hilangnya kemampuan untuk mengenali aroma makanan atau minuman secara tepat karena terjadi distorsi pada indera penciuman,

 ini memicu mereka tidak bisa mengenali aroma atau rasa, itu terjadi sesudah virus SARS-CoV-2 merusak saraf di area sinus. Akibatnya jalannya sinyal saraf sensorik di hidung ke otak terganggu,

 ada pasien yang mengalami parosmia dan ada pasien yang tidak,

parosmia dapat pulih seiring berjalannya waktu, tergantung dari seberapa banyak cedera yang terjadi pada saraf,pasien mengalami kondisi ini kira-kira seminggu sesudah gejala Covid-19 pertamanya muncul ,pasien dapat  mengalami parosmia selama sembilan bulan, steak baunya seperti daging mati yang membusuk,

beberapa pasien yang pernah terinfeksi Covid-19  sesudah mereka dinyatakan sembuh Lebih dari lima bulan sesudah terinfeksi masih mengalami gejala meskipun sudah dinyatakan sembuh.

Gejala yang dialami bervariasi, mulai dari kehilangan pengelihatan, demam, kabut otak, kehilangan memori, mimisan, sesak napas,  kelelahan, pusing, kesulitan berdiri, jantung berdebar, sesak napas, sakit kepala, mati rasa, gangguan tidur, masalah kognitif, nyeri punggung , dada atau masalah suasana hati,Pada awal pandemi,  pemulihan Covid-19 biasanya memerlukan waktu sekitar dua minggu dan pasien tua lebih berisiko tinggi, 10 %  pasien dewasa  tanpa penyakit penyerta tetap menderita gejala, bahkan hingga tiga minggu sesudah dites positif.

Walau Covid-19 menyerang saluran pernapasan, namun efeknya sesudah pasien terinfeksi beragam, salah satunya gangguan pendengaran. 

 peneliti melakukan survei melalui telepon pada 100 relawan  pasien yang sudah  pernah dirawat karena terinfeksi Covid-19. saat ditanyakan apakah mereka mengalami gangguan  pendengaran 10 %  mengatakan  mengalami gangguan  pendengaran,  8 % mengalami tinnitus bunyi berdenging di telinga,

 Covid-19 memicu  Sindrom Guillain-Barre,gangguan pada bagian sistem auidotir, termasuk di telinga tengah atau cochlea, neuropati auditori, gangguan pendengaran yang memicu cochlea berfungsi namun pengiriman sinyal dari saraf auditori ke otak terganggu, Hal ini memicu penderitanya sulit mendengar suara di latar belakang,Bisa jadi sudah ada faktor lain  yang memengaruhi munculnya  gangguan pendengaran   dan Covid-19 memperburuknya,

Meski sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19, namun ternyata sebagian besar  pasien masih merasakan efek kelelahan kronis,Pada masalah yang berat, ada kekhawatiran terjadinya kerusakan organ-organ , pasien Covid-19 yang penyakitnya tidak terlalu berat akan sembuh dalam waktu 3 minggu dan   7 minggu jika  penyakitnya  berat ,pasien yang penyakitnya tergolong ringan pun  mengalami  gejala kelelahan dan  susah bernapas walau sudah memelaluii masa pemulihan, Covid-19  ini punya spectrum yang luas, dari yang  gejalanya hanya seperti penyakit infeksi saluran pernapasan ringan, hingga pneumonia berat,

beberapa pasien yang positif Covid-19 mengalami berbagai gejala di hidung, sebelum gejala yang lebih umum terlihat, gejala seperti hidung kering kerap muncul sebelum pasien yang terpapar virus corona SARS-CoV-2 mengalami gejala anosmia, yaitu kehilangan kemampuan penciuman dan perasa,

gejala hidung kering terjadi bersamaan dengan anosmia,

 gejala Covid-19 yang paling banyak  yaitu anosmia, bukan batuk kering,

Selanjutnya  gejala  flu demam, meriang, batuk kering,  kelelahan, hidung tersumbat, tenggorokan kering, sakit  otot, radang selaput mata dan selaput lendir, sulit bernapas,  diare,nyeri %dian, gejala neurologis  termasuk kehilangan ingatan,  ketidakmampuan untuk berkonsentrasi ,kebingungan

Hal yang paling menakutkan yaitu  pasien Covid-19  bisa   mengalami gangguan neurologis berkepanjangan, hingga  berbulan-bulan sesudah keluar dari rumah sakit. bahwa pasien virus corona yang berusia  tua cenderung mengalami gangguan neurologis untuk  waktu lama,mungkin juga  memunculkan  gejala-gejala kerusakan paru-paru dan jantung berbulan-bulan sesudah diagnosis awal ,sedang pasien tanpa gejala mungkin bisa mengalami  gejala-gejala kerusakan paru-paru dan jantung berbulan-bulan kemudian,

beberapa   pasien yang telah sembuh total  dari Covid-19  tampaknya asimtomatik  tanpa gejala, saat dilakukan pemindaian dengan mamakai resonansi magnetik, pencitraan, atau MRI, mengalami peradangan jantung,

saat  mengalami peradangan, pasien  dapat memiliki jaringan parut. Itu bisa memicu kardiomiopati, atau memicu aritmia di kemudian hari ,


virus corona masuk melalui saluran napas atas kemudian menyebar ke dalam paru-paru,memicu reaksi radang ,, saat virus itu masuk ke tubuh para pasien, dampaknya  terjadi pada hampir seluruh organ, seperti  jantung , pembuluh darah, hati, ginjal,  usus,otak, mata, hidung, paru, 

- Otak : Beberapa pasien Covid-19 mengalami stroke, kejang, kebingungan mental, dan radang otak,

-Mata : kerusakan mata  terjadi pada pasien yang sudah akut  seperti konjungtivis, radang selaput yang melapisi bagian depan mata dan kelopak mata bagian dalam.

- Hidung :  virus dapat naik ke ujung saraf hidung dan merusak sel.

-Jantung dan pembuluh darah : Saat virus memasuki sel, kemungkinan virus juga masuk ke lapisan pembuluh darah, dengan mengikat reseptor ACE2 pada permukaan sel, ini meningkatkan pembekuan darah, serangan jantung, dan peradangan jantung.

 -Paru-paru : Pada potongan melintang memperlihatkan sel-sel kekebalan (sel imun) berkerumun dan alveoli meradang, yang dindingnya rusak selama serangan virus corona, ini mengurangi fungsi pengambilan oksigen.Sehingga pasien mengalami kesulitan bernapas,batuk, demam meningkat, 

- Hati: Sebagian pasien yang dirawat di rumah sakit memiliki tingkat enzim yang menandakan hati tengah berjuang melawan virus corona, pada organ ini sistem kekebalan yang bekerja terus-menerus dan obat-obatan yang diberikan untuk memerangi virus yang dimungkinkan memicu kerusakan.

-Ginjal :  Kerusakan ginjal sering terjadi jika  masalah  parah ,Virus dapat menyerang ginjal secara langsung. Kegagalan fungsi ginjal mungkin merupakan bagian dari kejadian seluruh tubuh, seperti penurunan tekanan darah.

- Usus :berdasar  data biopsi memperlihatkan virus dapat menginfeksi saluran pencernaan bagian bawah, yang mengandung banyak reseptor ACE2.sehingga pasien mengalami diare,



HASIL TES COVID-19 :

keterangan Ig M dan Ig G merupakan simbol antibodi. Immunoglobulin M (IgM) dan Immunoglobulin G (IgG), Ig M dan Ig G itu antibodi. Secara mudah, Ig M itu antibodi fase akut (awal terjadinya infeksi baik),

Ia menjelaskan, pada kebanyakan masalah, jika terjadi infeksi Covid-19, maka Ig M akan terbentuk lebih awal,  Ig M terbentuk sekitar hari ke-7, namun  dalam kadar sangat rendah. Mulai terdeteksi biasanya menjelang hari ke-14. Makin meningkat, kemudian menurun,Ig G cenderung terbentuk lebih lambat dibandingkan  Ig M. namun, Ig G bertahan lebih lama.

apabila kita mamakai tes PCR, dan memperlihatkan hasil positif, artinya ada virus dalam tubuh kita,Jika pada PCR menghasilkan negatif, berarti tidak ada virus dalam tubuh,Sedangkan, jika tes serologi ( antigen/ antibodi) akan memperlihatkan hasil kereaktifan atau tidak reaktif, Apabila reaktif berarti ada protein, sementara jika non-reaktif berarti tidak ada protein 

 pada infeksi hari ke-1 hingga hari ke-5 di mana RNA virus memuncak pada hari ke-5.Kemudian, pasien masuk pada masa inkubasi di mana sudah ada virus dalam tubuh namun belum ada gejala terinfeksi Covd-19.

 bisa melakukan uji dengan PCR akan positif, kalau rapid tes (RT) antigen akan reaktif, kalau mamakai antibodi akan non-reaktif,

hari berikutnya, muncul gejala pada hari ke-6 di mana virus akan mulai turun jumlahnya,Pada saat itu, PCR/TCM positif, dan antigen reaktif, namun antibodi akan mulai terasa terlihat pada hari ke-10 atau hari ke-11 dan memuncak pada hari ke-14,

saat itu, PCR/TCM bisa memperlihatkan hasil positif menuju negatif, sementara antigen non-reaktif, dan antibodi reaktif, ini mulai memasuki fase sembuh atau sudah pada hari ke-21. Selanjutnya, antibodi saja yang berperan reaktif dan ada potensi kekebalan,Kalau ada proses re-infeksi, bisa ada RNA virus, nanti bisa muncul, namun akan dilawan dengan antibodi, dalam pengujian Covid-19 terbagi menjadi dua target yaitu RNA virus dan protein,Untuk target RNA virus mamakai metode PCR dan TCM (Tes Cepat Molekuler),bila targetnya protein juga terbagi menjadi dua yaitu menargetkan antigen dan menargetkan antibodi.

Yang menargetkan antigen berarti dia protein virus yang masuk pada tubuh para pasien, kalau peneliti targetkan antibodi berarti peneliti mendeteksi adanya protein para pasien sebagai tanggapan adanya virus Covid-19,

tes rapid itu suatu pengujian yang dapat dikerjakan dengan cara cepat.

Yang dimasukkan dalam rapid itu TCM dengan waktu 50 menit, antigen 20-30 menit, antibodi juga sekitar 20-30 menit,Jadi, pasien kalau mengatakan rapid test itu bisa dikhususkan, apakah itu metode TCM, antigen, atau yang antibodi.

untuk tidak memicu salah paham, jika boleh mengatakan tes PCR, tes cepat PCR, tes antigen, tes antibodi saja,hindari mengatakan istilah tes swab, karena tidak jelas apakah itu mamakai PCR, TCM, atau tes antigen.

Polymerase Chain Reaction ( PCR) akan memberikan hasil tes positif jika ada virus baik itu mati atau hidup, namun tidak bisa memperlihatkan jenis virusnya, termasuk virus corona.,PCR tes  hanya memperlihatkan keberadaan adanya virus namun tidak  bisa tunjukkan itu virus apa dan juga tidak mampu  membedakan antara virus hidup dan virus mati akibat telah di bunuh oleh  antibodi pasien. Tes PCR akan memberikan hasil positif jika ada virus, entah itu virus hidup atau virus mati..

Rapid tes itu cek darah.,sedang covid-19 tidak masuk ke darah. Rapid tes hanya cek antibodi reaktif / muncul atau non reaktif,Bukan cek virus,

Jika antibodi muncul/reaktif dianggap ada virus atau bakteri.. namun tidak tahu itu virus/bakteri apa, Itu sudah dianggap hasilnya positif, pasien flu jika ikut rapid tes hasilnya kemungkinan positif karena antibodinya muncul, Jadi hasil rapid tes positif belum  tentu kena corona. Itu hanya memperlihatkan antibodinya reaktif/muncul,

tidak ada yang wafat disebabkan murni hanya karena virus corona.. disebabkan akibat  terlalu banyak  bermacam macam virus yang  ada dalam  tubuh sehingga antibodi kalah dan tidak mampu kalahkan virus yang terlalu banyak dan bermacam macam itu, Jika ada pasien  yang  wafat itu memperlihatkan sebelum adanya covid-19 pasien sudah  terjangkit virus, Sehingga saat kena covid kondisi semakin parah.. antibodi tidak mampu  mengatasi lagi 

yang terkena dilihat  dari hasil rapid tes itu belum tentu kena covid-19.

Sekali lagi rapid tes cuma mendeteksi antibodi pasien muncul/reaktif apa tidak,.Sedangkan pasien flu saja antibodinya pasti muncul/reaktif.. Jika di rapid tes hasilnya juga bisa positif,

 perlu dikonfirmasi , yaitu bahwa:

PCR mendeteksi suatu urutan genetik yang khas untuk suatu virus. Maka bila PCR memberikan hasil positif, berarti benar ada materi genetik virus yang ditarget itu. Bukan virus yang lain,PCR mendeteksi RNA dari virus yang merupakan materi genetik virus, RNA yang dideteksi oleh PCR yaitu mendeteksi urutan genetik yang khas untuk virus,

RNA yang dideteksi oleh PCR bisa dari virus hidup, bisa juga dari virus yang sudah mati, Karena materi genetik memang masih ada beberapa saat sesudah virusnya mati,Antibodi terhadap suatu virus tentu timbul karena tubuh terinfeksi virus itu. Hasilnya dinamakan reaktif karena antibodi yaitu hasil reaksi tubuh terhadap infeksi virus itu,rapid test untuk Covid-19 diciptakan sebisa mungkin mampu mendeteksi antibodi yang muncul akibat Covid-19.

Jadi rapid test itu memiliki probe yang menangkap hanya protein dengan susunan asam amino tertentu. Tentu dipilih susunan yang sekhas mungkin. Meskipun tadi ada beberapa virus yang memang sangat mirip seperti SARS dan MERS-CoV,pemeriksaan rapid test harus melihat latar belakang riwayat kesehatan, kondisi gejala, agar hasilnya makin akurat.

Memang masih ada kemungkinan cross-reaction dengan virus lain, namun yang sangat mirip dengan Covid, yaitu SARS dan MERS-CoV. Yang memang dalam satu sub-genus sehingga banyak kemiripan diantara ketiganya,

ada pasien Covid-19 yang wafat dengan riwayat komorbid, ada pasien Covid-19 yang wafat  tanpa komorbid atau penyakit penyerta,

metode baru untuk mendeteksi Covid-19, yaitu reverse transcription loop mediated isothermal amplification (RT-LAMP).akurasi RT-LAMP lebih tinggi dibanding rapid test karena metode itu khusus mendeteksi ada atau tidaknya virus SARS-CoV-2, sampel untuk tes dengan cara RT-LAMP itu dapat mamakai sampel serum, urin, saliva, swab nasofaring, dan swab orofaring dengan target oligonukleotida virus SARS-CoV-2,RT-LAMP  tidak semahal PCR,

Metode itu akan melengkapi metode yang sudah ada baik berupa RT-PCR, berbasis antibodi atau antigen. dengan RT-PCR memerlukan fasilitas  tertentu, maka RT-LAMP didesain untuk bisa dilakukan di fasilitas  yang lebih sederhana,

RT-PCR dan RT-LAMP  dikategorikan sebagai early test. Sedang  tes berbasis antibodi  dinamakan rapid test,

RT-LAMP memakai prinsip mentarget gen tertentu dari virus dan mengamplifikasinya seperti halnya RT- PCR. Secara akurasi menurutnya sama dengan RT-PCR, pada rapid test prinsipnya berbeda dari RT-LAMP, karena rapid test mendeteksi keberadaan antibodi pada pasien  sebagai tanggapan dari infeksi virus,Jadi tidak langsung mendeteksi virusnya,pada proses pengambilan spesiman,  sama dengan proses PCR,peneliti lakukan penelitian RT-LAMP untuk mengetahui apakah positif mengandung material virus atau tidak dan ini hanya memerlukan waktu kurang lebih 1 jam,

untuk jangka pendek sistem deteksi memakai prinsip turbidimetri yang bisa diaplikasikan oleh lab dengan fasilitas terbatas. untuk kebutuhan skrining ,

 untuk jangka menengah dan panjang, dipakai  sistem deteksi yang lebih sensitif,  secara kolometri  metode perbandingan mamakai perbedaan warna,  dan fluoresensi  proses pemancaran radiasi cahaya oleh suatu materi,

 keunggulan RT-LAMP yaitu: teknik mamakainya mudah, hasil cepat,bisa dibawa,

akurasi baik, bahkan mendekati RT- PCR, harga jauh lebih murah,

bahwa virus corona dapat disebarkan oleh partikel-partikel kecil yang melayang di udara,Sebelumnya, penularan virus corona terjadi melalui percikan air ludah  pasien yang terinfeksi Covid-19, penularan melalui udara (airborne) sudah diindikasi sejak awal oleh WHO, Hanya saja pada saat itu mereka melihat potensi penularan melalui udara tidak sebesar mekanisme penularan melalui droplets dan sentuhan benda-benda tercemar,Droplets masih memerlukan cairan tubuh para pasien untuk bertahan dan menularkan,

 airborne seperti pada campak. Virus campak menyebar melalui udara dan bisa menginfeksi banyak pasien,Airborne Covid-19 berbeda dengan airborne campak, campak sangat infeksius,infeksius tidaknya bisa dilihat dari angka reproduksi. Pada campak angka reproduksinya di atas 8, artinya 1 pasien bisa menularkan ke 8 pasien,pada Covid-19, angka reproduksinya secara global sekitar 4 ,pada sebuah klaster Covid-19 di restoran misalnya, tidak semua pasien  terinfeksi,Berbeda dengan campak, jika ada yang positif, pasien-pasien satu ruangan akan positif semua,

 pada penularan airborne, virus bisa bertahan di udara dalam jangka waktu lama, Sedangkan droplet cenderung jatuh ke bawah, karena biasanya menempel pada media. Droplets berupa dahak atau cairan saluran pernapasan,

Ada  droplets yang bisa bertahan cukup lama di udara,  dinamakan aerosolisasi, yaitu ukuran droplets sangat kecil sehingga ringan dan bisa bertahan lama di udara,CT scan dapat mengidentifikasi bintik-bintik putih yang kabur, bercak-bercak, warna keputihan di paru-paru yang memperlihatkan gejala-gejala penyakit mematikan, ilmuwan  mampu mendeteksi 98%  infeksi Covid-19 dari CT dada dan  mampu mengidentifikasi pola-pola spesifik di paru-paru sebagai penanda virus saat mereka berkembang lebih dari dua minggu,

 pemindaian CT scan yaitu alat diagnostik yang sangat kuat karena  dapat melihat organ bagian dalam secara 3 dimensi, bahwa CT Scan tidak diperbolehkan sebagai lini pertama untuk mendiagnosa  virus,

CT scan  memicu pasien terkena radiasi,dengan dosis  sangat rendah,

 CT scan tidak mudah membedakan antara influenza, virus SARS-CoV-2, SARS, MERS, dan pneumonia, .kandungan alkohol pada alcohol swab tidak boleh terminum termakan, karena dapat memicu alergi,  sebab mengandung  isopropyl alcohol pada kasa katun untuk membersihkan daerah kulit yang akan dilakukan injeksi atau pemasangan infus, Isopropyl alcohol memicu  mual muntah, pusing,  reaksi alergi, seperti gatal dan bengkak apabila kandungan isopropyl alcohol itu masuk dalam tubuh , harga  untuk 1 boks isi 100 alcohol swab dihargai  5 dollar AS, Bahan-bahan yang terkandung dalam  hand sanitizer yaitu aroma dari minyak pala,  turunan minyak sereh, air, karbomer, etanol 95 % , propilen glikol dan  nanosilver sebagai anti-mikroba  anti-bakteri,

 efektifkah pemakaian suplemen untuk menangkal virus corona,

namun pasien sehat tidak butuh suplemen,percuma jika pasien menjaga daya tahan tubuh dengan suplemen sementara ia masih mengonsumsi pangan ultraproses secara terus menerus,Makanan ultraproses yaitu  makanan yang diolah  agar lebih diminati  menarik oleh konsumen , diberi rasa buatan, warna buatan, pemanis tambahan, penstabil, dan zat aditif lain, untuk menjaga diri dari virus corona dengan cara   makan makanan bergizi, seperti sayur dan buah secara  rutin, Virus corona menular antar-para pasien, namun penularan melalui kontak langsung melalui droplet atau melalui batuk dan bersin,

Daya tahan tubuh yang baik bisa mencegah kita dari virus corona.

Dengan mamakai alat pelindung diri yang baik, tim medis terhindar dari penularan infeksi.Masa inkubasi 14 hari, jadi bisa saja gejala klinik virus muncul kemudian walau lolos thermal scanner.Gejala awal tidak spesifik.

Pasien yang terinfeksi virus corona bisa sembuh. Virus corona dapat menular antar-para pasien. Infeksi vius corona bisa mengenai semua umur. Pada udara terbuka, virus dapat mati dengan alkohol.Tidak semua pasien dengan infeksi ini mengalami gagal napas dan wafat.

virus Corona  yang dinamakan mirip Sindrom Pernapasan Akut Parah ( SARS)  yaitu penyakit zoonosis  yang ditularkan dari hewan ke para pasien,

, penelitian genetik lebih lanjut memperlihatkan bahwa blok pembangun genetik virus corona Wuhan sangat mirip dengan ular, populasi kelelawar dimungkinkan menginfeksi ular, yang kemudian menularkan virus itu kepada para pasien,

satu-satunya cara agar dapat memastikan sumber dari virus ini yaitu dengan mengambil sampel DNA hewan-hewan yang dijual di pasar termasuk ular dan kelelawar, partikel virus perlu bertahan cukup lama sesudah dikeluarkan dari satu pasien dan ditransmisikan ke pasien lain, bahwa transmisi aerosol masuk akal karena virus dapat tetap hidup di aerosol selama beberapa jam dan permukaan hingga beberapa hari,

 konsensus organisasi kesehatan dan pangan internasional  mengungkapkan bahwa tidak ada bukti virus corona jenis baru menyebar melalui bahan makanan atau kemasan, sebab Tidak ada bukti bahwa pasien dapat tertular Covid-19 dari makanan atau dari kemasan makanan,

tiongkok dan Norwegia, penghasil salmon terbesar di dunia, keduanya sepakat bahwa ikan Norwegia bukan sumber infeksi di Beijing, namun ini tidak mencegah penurunan tajam dalam penjualan makanan laut dan produk yang sudah ditarik dari rak-rak supermarket,

 makanan bukanlah rute penularan yang berisiko tinggi karena belum ada golongan penyakit di sekitar makanan umum atau paket makanan,

bahwa fokus pada pengujian massal daging impor untuk kontaminasi permukaan kehilangan area yang lebih penting dari rantai makanan yang perlu dipantau yaitu ternak,penelitian  sama-sama menemukan bahwa babi dan ayam tidak rentan terhadap SARS-CoV-2, virus yang memicu Covid-19,

berdasar bukti saat ini, Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan tidak menyarankan pengujian luas terhadap hewan,McNamara sudah  pernah menyelidiki hubungan antara penyakit yang menyerang burung dan penyakit misterius muncul pada para pasien, yang ternyata merupakan virus West Nile pada 1999,


corona 1 corona    1 Reviewed by bayi on Maret 24, 2021 Rating: 5

About

LINK VIDEO