narkotika 5






















halaman 5



A. AMFETAMIN DAN METAMFETAMIN

1. penggolongan 

Data fisika amfetamin: biasanya berupa bubuk atau tablet warna putih dan 

keabu- abuan, dapat berupa kapsul atau cairan. yaitu  senyawa sintetis dengan 

rumus kimia C9H13N. Amfetamin dan metamfetamin termasuk psikotropika golongan 

II. sedang  rumus kimia metamfetamin C10H15N dengan nama kimia n-methyl-1-

phenyl-propan-2-amine. Biasanya berupa bubuk atau tablet warna putih dan keabuabuan, dapat berupa kapsul atau cairan. dipakai  dengan cara oral, injeksi, rektal, 

inhalasi, dengan waktu paruh 9 – 15 jam.

Selama 10 sampai 15 tahun terakhir, penyalahgunaan ATS (Amphetamine type 

stimulant), yang melibatkan amfetamin (amfetamin dan metamfetamin) dan zat dari 

kelompok "ekstasi" (MDMA, MDA, MDEA,  .), sudah  menjadi masalah global. 

2. Toksokinetika 

a. penyerapan  dan sebaran 

Cara pemakaian amfetamin secara oral, intravena, rektal, inhalasi, bawah 

lidah (sub lingual), dengan bioavailabilitas oral 20-25 %, nasal 75 %, rektal 95-99%, 

injeksi intravena 100 %. sedang  bioavailabilitas metamfetamin oral 62,7%, nasal 

79%, rokok 90,3%, rektal 99%, injeksi intravena 100%. Kebanyakan derivat 

amfetamin dengan cepat diserap   dari saluran pencernaan.

b. Metabolisme dan ekskresi

sesudah  mengkonsumsi dosis oral sebanyak 2,5-15 mg amfetamin, kadar 

puncak dalam plasma sebesar 30-170 µg atau mL akan dicapai dalam 2 jam, dan waktu 

paruh dalam plasma 8-12 jam. Kadar dalam darah yang memicu  kematian 

biasanya di atas 500 µg atau mL.

Metamfetamin dan Amfetamin mulai terdeteksi dalam urin 20 menit 

sesudah  pemakaian. Amfetamin dikeluarkan dalam bentuk aslinya 20-30%,  

sedang  25% yaitu  bentuk asam hipurat dan asam benzoat (deaminasi) dan  

metabolit terhidroksilasi sebagian sebagai konjugat. Kecepatan dan jumlah zat yang 

dikeluarkan dalam bentuk aslinya berganutng pada pH urin. Dalam urin alkali 45% 

zat yang dikeluarkan dalam 24 jam, 2% yaitu  bentuk asli, sedang  dalam urin 

asam, 78% dikeluarkan dalam 24 jam, 68% yaitu  bentuk bebas.

Metabolisme amfetamin terjadi di hepar ,antaralain : 

Jalur metabolism metamfetamin dalam hepar:

Jalur metabolisme hepatik amfetamin dan metamfetamin
Metamfetamin dikeluarkan dalam bentuk aslinya (44%) dan metabolit 

mayornya yaitu amfetamin (6-20%) dan 4-hidroksimethamfetamin (10%). Seperti 

amfetamin, keasaman urin meningkatkan kecepatan ekskresi dan prosentase zat 

dalam bentuk asli yang dikeluarkan. Target analisa  yaitu  metamfetamin dan 

atau amfetamin dalam bentuk bebas.
3. analisa 

b. analisa  Amphetamin dan Derivatnya pada specimen  Biologis

a... Screening test 

Untuk specimen  urin: Metode LFT atau ICT

c. Metode Kromatografi Lapisan Tipis (KLT)

a. Prinsip :

Residu hasil ekstraksi yang dielusi dengan eluen tertentu sehingga terbentuk bercak 

dengan warna yang khas.

b. Peralatan :

a... Alat KLT

- Plate KLT (20x20 cm,10x10 cm,10x5 cm)

- Bejana kromatografi

- Pipa kapiler  atau  pipet mikro

- Botol semprot  atau  sprayer
b...  Oven

c...  Lampu UV

c. Reagen :

a... Lapisan tipis silica gel G  atau  F

b...  Eluen, pilih salah satu :

A: Metanol – Ammonia (100 : 1,5)

B : Etil asetat – methanol – ammonia (85 : 10 : 5

c...  Larutan penampak bercak,pilih salah satu :

1..Fast Black K Salt :

- Larutan A : Fast Black K Salt 1% dalam air

- Laruatn B : Natrium hidroksida 1M

2.. Ninhidrin

Siapkan larutan ninhidrin 10% dalam etanol.

3.. Reagen fluoreskamin (fluram)

Siapkan larutan 10mg fluoreskamin dalam 50ml aseton.

4.. Simons :

Larutan A : Natrium karbonat at encer 20%

Larutan B : Natrium nitroprusid encer 1%

d...  Larutan standar

Larutan standar amfetamin dan metamfetamin: siapkan larutan standar dalam 

metanol mengandung masing-masing 5 mg atau mL

d. Cara Kerja :

a... Ekstraksi

1..Prinsip ekstraksi: Amfetamin dan metamfetamin yang ada  dalam urin 

diekstraksi dengan pelarut organik sehingga terbentuk residu, yang 

dianalisa secara kualitatif dengan alat KLT atau kuantitatif dengan alat KG.

2.. Cara ekstraksi :

(a... Masukkan 2mL urin spesimen ke dalam tabung runcing 50mL dan 

0,25mL larutan standar (larutan 2 metil feniletilamin; 8𝜇g atau mL)

(b...  Tambahkan NaOH 1M,air suling 5mL dan diklorometan 20mL dan 

kocok.Tabung ditutup, kocok sentrifus dengan kecepatan rendah 

selama 5 menit,lapisan atas dibuang.

(c...  Tambahkan 2mL asam sulfat 0,15 M tabung ditutup, kocok dan 

sentrifius.
(d...  Lapisan air sebelah atas dipindahkan ke dalam tabung runcing 15mL 

tambahkan 1mL natrium hidroksida 1M dan 2,5 mL 1-klorobutan atau 

diklorometan.

(e...  Tutup tabung vortex dengan berat dan disentrifus lapisan organik 

pindah ke dalam tabung yang bersih,tambahkan 50 𝜇𝐿 larutan 

metanolic-asam klorida (9:1 v atau v)

(f...  Residu siap diperiksa dengan alat KLT atau alat KG.

(g...  Ekstrak diuapkan dengan vakum sampai kering.

b...  Pemeriksaan Kromatografi Lapisan Tipis

a... Hasil ekstraksi yang sudah  dikeringkan dilarutkan kembali dengan methanol

b...  Totolkan 5-10𝜇L larutan standar dan hasil ekstraksi pada plate dengan jarak 

2cm,lalu  elusi dalam bejana kromatografi dengan salah satu larutan 

eluen.

c...  Keluarkan plate dari bejana kromatografi lalu  sebelum disemprot 

dengan larutan penampak bercak.

d...  Pengeringan pada suhu kamar atau di dalam oven pada suhu 1200C selama 

10 menit atau dengan memakai  udara panas dari blower.

e...  Plate yang sudah  kering disemprot dengan larutan penampak bercak, 

lalu  dilihat  dengan lampu UV.

f...  Penampakan bercak :

1..Fast Black K Salt

(a... Semprot plate dengan larutan A dan amati warna bercak, untuk 

amin sekunder contoh nya metamfetamin akan segera menghasil 

kan bercak. Semprot dengan larutan B sedikit berlebih, akan 

menghasilkan warna bercak untuk amin primer contoh nya 

amfetamin.

(b...  Keringkan plate pada udara kering dan semprot sekali lagi dengan 

larutan A, susaha  menghasilkan bercak yang lebih intensif.

(c...  Warna bervariasi dari ungu untuk amfetamin sampai merah muda 

untuk metamfetamin

(d...  Batas deteksi untuk amfetamin dan metamfetamin yaitu  0,05 –

0,1 𝜇𝑔.

2.. Reagen ninhidrin

(a... Semprot dengan reagen ninhidrin.

(b...  Plate keringkan dalam oven pada suhu 1200C sekurang-kurangnya 

15 menit
(c...  Bercak warna ungu atau merah muda dihasilkan oleh amfetamin 

dan bercak dengan warna lebih kuat oleh metamfetamin.

3.. Reagen fluoreskamin

(a... Semprot dengan reagen fluoreskamin.

(b...  Plate keringkan dengan udara panas dari blower.

(c...  Amati plate dibawah sinar UV pada panjang gelombang 365nm.

(d...  Amfetamin memberi  bercak warna kunign berfluoresensi.

(e...  Batas deteksi amfetamin dan amin primer lainnya yaitu  𝜇𝑔.

(f...  Metamfetamin tidak terdeteksi.

4.. Reagen Simons

(a... Semprot plate dengan larutan A, lalu  semprot lagi dengan 

larutan B.

(b...  Masukkan plate dalan bejana kromatografi yang kosong dan 

beker glass kecil yang berisi asetalhid ke dalam bejana 

kromatografi yang kosong, tutup bejana kromatografi.

(c...  Uap asetildehid memicu  metamfetamin memberi  

bercak yang berwarna biru.

(d...  Deteksi minimun untuk metamfetamin dalam urin ± 0,1𝜇g atau mL.

(e...  Amfetamin dan amin primer lainnya memberi  bercak warna 

merah muda sampai merah dan reaksi kurang sensitif.
4. Metoda Kromatografi Gas (Kg... 

a. Prinsip :

Derivatisasi hasil ekstraksi dilarutkan dengan pelarut etil asetat dan pelarut tertentu 

sesuai dengan metodanya, diinjeksikan ke dalam injektor dengan keadaan  tertentu, 

sehingga dapat diketahui waktu retensi (retention time=Rt), luas area dan puncak 

kromatogram yang dihasilkan.

b. Peralatan :

1) Derivatisasi :
a. Tabung runcing berskala

b. Labu ukur 10 ml

2) Kromatografi gas

c. Reagen

1) Larutan standar kalibrasi

Dibuat dari larutan induk amfetamin, metamfetamin dan larutan standar 

internal dengan kadar 1 mg atau ml dalam etanol. Larutan standar kalibrasi dibuat 

dari larutan induk dalam urin dengan konsentrasi antara 0-5 𝜇g atau ml, dan standar 

internal konsentrasi 5𝜇g atau ml.

2) Derivatisasi ada tiga pilihan,dipilih salah satu :

a... Larutan HFBA (heptafluorobutyric acid... :

1..50 𝜇L HFBA ditambahkan dalam residu kering

2.. Tabung ditutup, kocok dengan vortex mixed dan diinkubasi pada suhu 

75oC selama 20 menit.

3.. Buka tutup tabung dan keringkan dengan udara atau nitrogen pada 

suhu 30oC, lalu  larutkan dalam 50𝜇L etil asetat.

4.. Volume zat yang diinjeksikan dalam injektor 1-2 𝜇L

b...  Larutan TFAA (trifluoroacetic anhydride... :

1..Tambahkan 50 𝜇L TFAA dan 100𝜇L etil asetat ke dalam ekstrak urin 

kering dalam tabung.

2.. Tabung dikocok dan diinkubasi pada suhu 60oC selama 20 menit

B. DERIVAT AMFETAMIN

1. Metoda Spektrofotometri

Metoda ini dipakai  untuk pemeriksaan derivat amfetamin dalam sediaan tunggal 

dan dosis tinggi yang ada  dalam sisa bahan makanan, minuman, obat yang 

diduga memicu  keracunan.

a. Prinsip :

3,4 methylene dioxyamphetamin (MDa... diekstraksi dari spesimen dengan pelarut 

chloroform dan lalu  dilarutkan dalam asam sulfat 0,1 M diukur pada 

spektrofotometer pada 340-220 nm secara kuantitatif.

b. Peralatan :

1) Corong pisah 250 mL

2) Tabung sentrifus & sentrifus

3) Spektrofotometer & pencatat

4) Kertas saring

c. Reagen :

1) NaOH 20% (20 g atau dL)


Larutkan 20g NaOH larutkan dalam 100 mL air.

2) NaOH 2 % (2 g atau dL)

Larutkan 2 g NaOH larutkan dalam 100mL air.

3) Kloroform

4) Asam sulfat 0,1 M

a... 2,8 mL asam sulfat pekat masukkan ke dalam 100mL air perlahan-lahan.

b...  Dinginkan dan larutkan ke dalam air sampai 1L.

d. Cara Kerja :

1..Ke dalam corong pisah 250mL, masukkan 10mL spesimen (darah, urine, cairan 

lambung dan larutan standar darah MDa... dengan larutan NaOH 20%

2.. Ekstrak 2 kali dengan 100mL kloroform (CHCl3) selama 5 menit.

3.. Cuci lapisan campuran CHCl3 dengan 10mL NaOH 2%, lalu  dengan 20mL 

air. Pisahkan lapisan air.

4.. Saring dengan kertas saring lapisan CHCl3.Ke dalam corong pisah 250mL yang 

lain tambahkan 5 mL 0,1 N asam sulfat dan ekstraksi selama 5 menit.

5.. Pisahkan lapisan asam sulfat dan sentrifus.

6.. tempatkan  3 mL ekstrak Asam Sulfat dalam kuvet dan 0,1 N Asam Sulfat dalam 

sel standard.

7.. Catat absorban pada 340-220 nm.

8.. penyerapan kan pada 285 nm dan 234

9.. Ukur absorban pada panjang gelombang 285 nm.

e. Perhitungan

Hitung konsentrasi MDA dengan perbandingan 

𝐶AS = Absorsi spesimen pada 285 nm

AR = Absorsi pada larutan standar pada 285 nm

CR = Konsentrasi larutan standar

CS = Konsentrasi pada spesimen

C. BENZODIAZEPIN

1. penggolongan 

Benzodiazepin yaitu  suatu kelompok obat yang berfungsi sebagai anti

kejang, relaksan otot, hipnotik dan tranqulizer (obat penenang... , termasuk golongan IV 

psikotropika. Kelompok obat ini sering diberikan bersama dengan obat anti 

depresan. Jenis zat golongan benzodiazepin yang paling banyak disalahgunakan yaitu:

diazepam (valium), klordiazepoksid (librium), nitrazepam (mogadon), bromazepam


(lexotan).

2. Toksokinetika

a. penyerapan  dan sebaran 

Benzodiazepin dipakai  secara oral, injeksi, dan sublingual. diserap  

secara cepat dan menyeluruh sesudah  konsumsi oral dengan puncak kadar plasma 

dicapai dalam waktu 30-90 menit. Bioavailabilitas 70% dengan protein binding 

dalam plasma masing-masing diazepam (98-99%), desmethyldiazepam (99%), 

b. Metabolisme dan ekskresi

Benzodiazepin dimetabolisir di hepar dengan reaksi N-demetilasi, 3

hidroksilasi dan konjugasi asam glukoronat. Metabolit aktif yaitu  

desmetildiazepam dan  oxazepam dan tenazepam dengan waktu paruh 20 – 40 

jam. Ekskresi terutama dalam bentuk metabolitnya dalam urin. Ekskresinya lambat,

71 % dari dosis terdeteksi di urin, 10 % di feses. Diazepam dan N-desmetildiazepam

tetap ada di dalam darah sesudah  pemberian dosis dalam waktu yang lama. 

Metabolisme Diazepam 

3. analisa  untuk specimen  Biologis

a. Screening test 

specimen  urin: memakai  metode LFI atau ICT

b. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

1) Prinsip

specimen  diekstraksi dengan metanol, elusi memakai  eluen tertentu,


sehingga terbentuk bercak dengan Rf tertentu. Bercak discanning dengan 

spektrodensitometer, sehingga terbentuk spektrum serapan sinar ultraviolet

sebelum akhirnya bercak pada pelat disemprot memakai  penyemprot

tertentu. Rf spektrum serapan sinar ultraviolet dan warna bercak hasil 

penyemprotan dari specimen  dibandingkan pada  baku pembanding.

2) Alat

a... Peralatan kromatografi lapis tipis (KLT) terdiri dari : 1..Pipet kapiler, 2.. Plat 

KLT dilapisi silika gel berfluoresensi pada λ 254 nm dengan ketebalan 0,25 mm

3.. Tabung elusi (developing tank) 4.. Lampu UV λ 254 nm

b...  Spektrofotodensitometer

3) Reagen

a. Pelarut organik: metanol, kloroform, aseton, sikoloheksan, toluen, dietiamin.

b. Larutan specimen 

Satu dosis specimen  (atau lebih kurang 50 mg cuplikan) larutkan dalam 10 mL

metanol, bila perlu saring (A)

c. Larutan Baku

Buat masing-masing larutan baku pembanding dalam metanol sebagai 

berikut:

1..Diazepam 1 mg atau mL (B1)

2.. Flunitrazepam 1 mg atau mL (B2)

3.. Nitrazepam 1 mg atau mL (B3)

4.. Bromazepam 1 mg atau mL (B4)

d. Larutan asam sulfat 2 N

5,5 mL asam sulfat pekat encerkan dengan air hingga 100 mL

e. Penampak bercak Dragendorff

1) 2 g bismuth subnitrat campur dengan 25 mL asam asetat dan 100 mL 

air.

2) 40 g kalium iodida larutkan dalam 100 mL air.

10 mL larutan 1..dan 10 mL larutan 2.. campur dengan 20 mL asam asetat

glasial dan 100 mL air.

4) Cara Kerja

a... Larutan A, B1, B2, B3 dan B4 masing-masing ditotolkan pada pelat secara

terpisah dan dilakukan kromatografi lapis tipis dengan keadaan  sebagai

berikut:

2.. Fase diam : Silika gel GF 254

3.. Fase gerak : 

(a... Kloroform-metanol (90 : 10)


(b...  Kloroform-aseton (80 : 20)

(c...  Sikloheksan-toluen-dietilamin (75 : 15 : 10)

4.. Volume penotolan: larutan A, B1, B2, B3 dan B4 masing-masing 20 µl.

5.. Jarak rambat : 15 cm

6.. Penampak bercak : 

(a... Sinar ultraviolet λ 254 nm, bercak berwarna ungu.

(b...  Larutan asam sulfat 2 N, panaskan plat kromatogram pada suhu 80OC 

salama 5 menit, lalu  amati di bawah sinar ultraviolet λ 366 nm, 

bercak berfluoresensi biru.

(c...  Larutan Dragendorff, bercak berwarna jingga.

Konfirmasi:

Sebelum pelat disemprot dengan penampak bercak, dilakukan pengukuran 

spektrum serapan ultra violet pada  bercak specimen  yang berpotensi harga 

Rf atau tinggi bercak yang sama dengan salah satu bercak baku memakai  

alat spektrodensitometer.

Interpretasi Hasil :

Cuplikan mengandung diazepam bila :

1) Larutan A memberi harga Rf dan warna bercak yang sama dengan harga 

Rf dan warna bercak larutan baku diazepam (B1).

2) Profil spektrum serapan ultraviolet bercak specimen  sesuai dengan 

spektrum serapan ultraviolet bercak baku diazepam dan  panjang 

gelombang serapan maksimum bercak specimen  dan baku berimpit.

Berlaku juga untuk zat golongan benzodiazepine yang lain.

1. METODA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

a. Prinsip :

Hasil ekstraksi dielusi dengan eluen tertentu, sehingga terbentuk bercak dengan 

warna yang khas. Nilai Rf dari bercak gugus fungsional yang diperoleh  sesudah  

penyemprotan atau di bawah sinar lampu UV dapat mendeteksi dan mengidentifikasi 

berbagai jenis golongan benzodiazepine.

b. Peralatan:

Alat KLT:

1) Pipet mikro

2) Lempeng KLT dilapisi silica gel dengan ketebalan 0,25 mm

3) Tabung dilusi ( developing tank atau chamber)

4) Lampu UV

c. Reagen :

1) Etanol 70%

2) Campuran aseton : toluene : CHCl3 = 25 : 40 : 40

3) Larutan baku benzodiazepine untuk ditotolkan dengan kadar 1 mg atau ml 

Larutkan 10 mg masing-masing bahan baku obat dalam etanol, encerkan dengan 

etanol sampai 10 ml

4) Reagen penampak bercak iodoplatinat atau Dragendorf :

a... Reagen iodoplatinat:

Larutkan 0,25 gram reagen platinat klorida dan 5 gram kalium iodide dalam 

100 ml akuades, tambahkan 2 ml asam klorida, campur sampai homogen

b...  Reagen Dragendorf :

Larutan A: Campur 2 gram bismuth subnitrat dan 25 ml asam asetat glacial 

atau pekat dan 100 ml akuades

Larutan B: Larutkan 40 gram kalium iodide dalam akuades

Campur 10 ml larutan A dan 10 ml larutan S, tambahkan 20 ml asam asetat 

glacial dan 100 ml akuades. 

d. Cara Kerja :

1) Ekstraksi 

a. Prinsip Ekstraksi 

Golongan obat Benzodiazepin yang ada  dalam specimen diekstraksi dengan 

pelarut organic sehingga terbentuk residu yang dianalisa secara KLT 

(Kromatografi Lapis Tipis) dan KG (Kromatografi Gas)

b. Cara Ekstraksi 

1..Tambahkan 5-20 ml specimen (darah, plasma, urin atau 10 gram hati yang 

sudah dihomogenkan dengan 10 ml akuades) ke dalam corong pisah yang 

sudah  berisi 100 ml dietil eter. Tambahkan 5 ml buffer fosfat pH 7 pada 

specimen.

2.. Kocok kuat-kuat selama 3 menit dan sentrifus (bila perlu) untuk memecah 

emulsi 

3.. Buang lapisan air bagian bawah dan saring lapisan eter melalui kertas saring 

Whatman #1

4.. Tambahkan 5 ml H2SO4 0,2 N dan kocok kuat-kuat selama 3 menit untuk 

mengekstraksi kelebihan obat yang bersifat basa ,
5.. Pindahkan lapisan asam, masukkan ke dalam corong pisah lain, pisahkan 

lapisan dietil eter.

6.. Tambahkan 1 ml NaOH jenuh dan 25 ml CHCl3 ke dalam ekstrak asam.

7.. Kocok kuat dan saring CHCl3 melalui kertas Whatman #1 ke dalam beker dan 

uapkan dengan pemanasan dan udara.

8.. Biarkan sampai kering pada suhu kamar dengan pengeringan udara atau 

nitrogen dengan hati-hati untuk mencegah peruraian atau penguapan obat.

9.. Tambahkan 5 ml HCl 2N ke dalam lapisan dietil eter (butir 5.. dan ekstraksi 

dengan mengocok campuran.

10.. Pindahkan lapisan asam, masukkan kedalam corong pisah lain sisihkan dietil 

eter.

(11) Tambahkan dengan hati-hati 1 ml NaOH jenuh dan tambahkan 25 ml CHCl3

kedala ekstrak asam.

(12) Tambahkan 5 ml NaOH 0,45 N ke dalam lapisan dietil eter, kocok kuat kuat 

selama 1 menit. Ambil dan buang lapisan air, saring dan uapkan dietil eter 

(penguapan seperti pada lapisan eter nomor 5..

Tambahkan dengan teliti 200 μl CHCl3 ke dalam setiap beker glass (nomor 

5,6,7) dan aduk untuk memperoleh hasil ekstraksi benzodiazepine.
Prosentase dari masing-masing obat yang ditemukan pada beberapa fraksi hasil dari 

ekstraksi benzodiazepine dalam specimen dengan buffer pH 7, dengan pelarut eter.

2) Pemeriksaan Kromatografi Lapisan Tipis

a... Totolkan 3 bercak hasil ekstraksi benzodiazepine pada lempeng kaca KLT yang 

sama, totolkan pula larutan standar, tempatkan  lempeng kaca KLT yang sudah  

ditotol pada bejana elusi yang berisi campuran eluen aseton: toluene: 

kloroform. Salah satu sisi dalam tabung elusi diberi kertas untuk merataan 

kecepatan elusi.

b...  sesudah  eluen sampai tanda, angkat lempeng kaca KLT yang sudah  dielusi, 

keringkan pada suhu kamar atau dibantu dengan menyemprotkan udara 

dingin, lalu  amati di bawah lampu UV pada ℷ 254 nm.

c...  Bandingkan bercak yang diperoleh  dari eskstrak specimen dengan larutan 

standar obat yang diketahui 

d...  bila  ada  bercak berwarna gelap yang sesuai dengan benzodiazepine dan 

atau metabolitnya, yang terdeteksi pada lempeng kaca KLT, semprot lempeng 

kaca dengan reagen penampak bercak

e...  Reaksi positif yaitu  bercak coklat keungu-unguan (asam iodoplatinat) atau 

jingga (Dragendorf... . 

f...  bila   tidak ada bercak lain hanya terlihat bercak lemah uji yang lebih 

sensitive dapat dilakukan dengan merendam lempeng kaca sampai basah 

dengan H2SO4 2N (sampai jenuh), biarkan penguapan dengan pengeringan 

(tidak lebih dari 5 menit) dalam lemari asam dan amati di dalam ruangan gelap 

atau dalam kontak  dengan lampu UV pada ℷ 254 nm.

g...  Reaksi positif untuk benzodiazepin dan metabolitnya yaitu  warna kuning –

hijau atau bercak putih yang berfluoresensi. Obat yang mendapat perlakuan 

seperti ini tidak dapat dikonfirmasi dengan scanning UV. Hasil kerokan bercak 

pada metoda KLT ini dapat diteruskan untuk pengujian secara 

spektrofotometri.
e. peka 

Batas deteksi dengan metoda KLT ini yaitu  1-2 μg. namun  dengan kadar total 

3 μg (3 ml dalam cell 5 cm) akan memberi  spectrum UV yang lebih jelas 

untuk semua uji benzodiazepine  ,



A. ALKOHOL 

1. penggolongan 

Alkohol diperoleh dari hasil peragian atau fermentasi madu, gula, sari buah atau umbiumbian. Dari peragian itu  dapat diperoleh alkohol sampai 15% namun  dengan proses 

penyulingan (destilasi) dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 

100%.  minuman berakohol digolongkan menjadi 3 yaitu 

golongan A; dengan kadar etanol 0%-5% (contoh:bir), golongan B; kadar etanol 5%-20% 

(contoh: minuman anggur atau wine...  dan golongan C; kadar etanol 20%-55% (contoh:

Whiskey, Vodca, TKW, Manson House, Johny Walker).

2. Toksokinetika

a. penyerapan  dan sebaran 

Etanol bersifat larut air maupun lipida dengan volume sebaran  mendekati air. 

Etanol cepat diserap dari saluran pencernaan dalam waktu 30 sampai 60 menit sesudah  

konsumsi. Etanol tersebaran  ke seluruh cairan tubuh dan jaringan, dengan mudah 

melintasi sawar darah dan plasenta. Rata-rata volume sebaran  berkisar antara 0,56 

sampai 0,72 L  atau  kg. 

Kadar alkohol dalam darah maksimum dicapai 30-90 menit. sesudah  diserap, 

etanol disebarluaskan ke suluruh jaringan dan cairan tubuh. Alkohol terdeteksi di 

dalam darah, urin dan nafas pasien   yang baru mengkonsumsi alkohol.

Kandungan alkohol pada alveoli paru-paru bisa dipakai  untuk 

menerangkan  tingkat kandungan alkohol di dalam darah. Kecepatan penyerapan

alkohol bervariasi pada setiap pasien ,   konsentrasi maksimal dalam darah 

dicapai 1 atau 2 jam - 1 jam sesudah  minum dan tergantung pada konsentrasi alkohol yang 

dikonsumsi, yang paling cepat 20% v atau v. Konsentrasi maksimum alkohol dalam darah 

tergantung dari beberapa faktor antara lain: dosis total, kekuatan larutan, jarak waktu 

sesudah  mengkonsumsi, jarak waktu antara makan dan minum, jenis makanan yang 

dimakan, berat badan, kesehatan personal al dan tingkat metabolisme dan ekskresi.

b. Metabolisme dan ekskresi

Metabolisme etanol dimulai di sel gastrointestinal oleh dehidrogenase alkohol 

mukosa lambung. Aktivitas dehidrogenase alkohol lambung ini berkurang pada 

wanita, pada pasien  tua dengan gastritis atrofi, dan pada pasien yang memakai  

obat seperti aspirin dan histamin-2 blocker, menghasilkan peningkatan kadar etanol 

pada personal -personal  ini. Sebagian besar metabolisme terutama melalui dua sistem 

enzim hati: 1..alkohol dehidrogenase (ADH), yang   yaitu  mekanisme 

utama, dan 2.. sistem pengoksidasi etanol microsomal (mycrosom ethanol oxidation 

system=MEOS), yang diinduksi dan memungkinkan peminum kronis untuk 

menurunkan etanol pada kadar tinggi. Sistem ketiga, jalur katalase peroksidase, hanya 

berperan minimal pada kita . sebab  metabolisme dalam mukosa dan hati, 

dosis etanol oral akan menghasilkan kadar etanol darah lebih rendah dibandingkan  dosis 

setara yang diberikan secara intravena.

Sistem dehidrogenase alkohol (jalur metabolisme utama... memakai  

alkohol dehidrogenase untuk mengoksidasi etanol menjadi asetaldehida dan 

lalu  aldehid dehidrogenase untuk mengoksidasi asetaldehida menjadi asetat 
Asetat akhirnya menjadi asetil koenzim A (asetil-KoA), yang lalu  

memasuki siklus Krebs, mengalami pembentukan badan keton, atau disintesis menjadi 

asam lemak. Asetat juga diubah menjadi aseton. Selama proses oksidatif ini, 

nicotinamide adenine dinucleotide (NAD+

) direduksi menjadi NADH, sehingga 

mengubah potensi  redoks sitosol (rasio NADH atau NAD+

). Perubahan rasio NADH atau NAD+

merusak proses oksidatif seluler, seperti konversi laktat menjadi piruvat dan 

glukoneogenesis. sebab  glukoneogenesis   perlu untuk mempertahankan 

homeostasis glukosa serum, kelainan metabolik yang dalam seperti asidosis, 

hipoglikemia, dan lainnya.

saat  alkohol diserap ke dalam aliran darah, maka eliminasi alkohol akan 

segera terjadi melalui proses ekskresi dan metabolisme. Sekitar 90% - 98% alkohol 

yang dikonsumsikan akan dimetabolisme oleh sistem enzim hati menjadi bentuk 

karbondioksida dan air. Sebanyak 2% - 8% diekskresikan melalui paru-paru, urin, saliva, 

air mata dan pernafasan. Alkohol juga diketahui dapat diekskresikan melalui air susu. 

Proses eliminasi mengikuti zero order kinetics, artinya laju eliminas

berbanding lurus dan tidak bergantung pada jumlah alkohol di dalam tubuh. Akan 

namun , saat  kadar maksimum alkohol di dalam darah tercapai, maka laju atau nilai 

pengurangan dari tingkat itu  tetap konstan. Laju eliminasi berbeda - beda pada 

setiap personal , juga dipengaruhi oleh kebiasaan "minum" dari personal  yang 

bersangkutan.

c. Toksisitas

Etanol yaitu  depresan SSP, namun mungkin memiliki efek bervariasi pada 

personal . Pada awal keracunan akut, efek stimulasi paradoks dengan euforia, pusing, 

dan hilangnya penghambatan dapat terjadi. ini  sebab  etanol secara selektif 

menekan korteks serebral, mengganggu konsentrasi dan penilaian. Depresi pusat 

pengendalian  penghambatan menghasilkan perilaku rangsang dan kehilangan pengekangan. 

bila  terjadi intoksikasi (kadar dalam serum sekitar 150 mg atau dL pada peminum), depresi 

SSP menjadi umum, memicu  ataksia, bicara tidak jelas, dan sedasi. ini  dapat 

terjadi koma (kadar dalam serum biasanya > 200 mg atau dL), hilangnya refleks 

perlindungan, disfungsi otonom, hipotermia, dan kematian (  pada kadar 

etanol serum > 400 mg atau dL). Selengkapnya pada table ,
3. Pemeriksaan Alkohol

diagnosa  definitif keracunan etanol yaitu  kadar etanol dalam darah. analisa  

alkohol pernafasan, yaitu  alat skrining yang bermanfaat  dan murah yang dipakai  

dalam keadaan darurat. Pemeriksaan analisa nafas saat ini memakai  teknologi 

inframerah dan   memiliki akurasi dan presisi yang   baik, terutama bila 

dikalibrasi dengan baik dan dipakai  dengan metode  yang baik. Hasil positif palsu terjadi 

bila  specimen  terkontaminasi dengan uap oral saat diuji sesudah  bersendawa, muntah, atau 

menelan produk yang mengandung etanol.

a. Dalam darah

Pemeriksaan dalam darah disarankan  memakai  metode enzimatik dan 

kromatografi gas. Spesimen yang disarankan  yaitu  darah utuh, sedang  plasma dan 

serum dapat dipakai  dengan dokumentasi  hasil pemeriksaan memakai  plasma atau 

serum bila akan dibandingkan dengan whole blood yaitu dengan dibagi 1,18 dengan

rentang (1,1-1,3). Plasma mengandung lebih banyak air dibandingkan  whole blood sehingga

kandungan alkoholnya juga lebih tinggi.

Metode enzimatik bergantung pada oksidasi khusus  enzim dari etanol menjadi 

asetaldehid memakai  alkohol dehidrogenase. Oksidasi ini memerlukan reduksi dari 

nikotinamid adenin dinukleotida (NAD

+

) menjadi NADH (tereduksi), yang didan i

perubahan absorban yang dimonitor dengan spektrofotometer.

Metode Kromatografi gas yaitu  yang paling populer saat ini. Spesimen yang 

dipakai yaitu  200 µL aliquot darah dalam sodium florida dan potasium oksalat. Sodium

florida perlu untuk mencegah dan membalikkan proses degradasi alkohol oleh bakteri, 

sedang  potasium oksalat yaitu  antikoagulan yang menjamin darah tetap homogen

dan tidak berpisah menjadi sel darah merah dan serum. Kromatografi gas sebaiknya

dilakukan memakai  2 kolom yang berbeda sebab  pemakaian GCMS jarang untuk 

memeriksa molekul dengan massa rendah (low relative molecular mass)
b. Dalam Napas

Spesimen ini disukai sebab  cepat dapat diperiksa, tidak invasif, tidak 

memerlukan keahlian tinggi dan  biaya yang rendah.

Hal-hal yang diperlukan untuk pemeriksaan ini :

1) Operator yang terlatih dan tersertifikasi untuk melaksanakan pemeriksaan alkohol

dalam pernapasan.

2) Minimal observasi 15 menit sebelum napas ditiup ke dalam alat.

3) pemakaian standar peralatan internal yang sudah  terkalibrasi

4) Pengukuran dilakukan dua kali (dengan prosedur yang sudah  disetujui)

5) Standar pengendalian  eksternal

6) Tes blanko sesudah  semua analisa  dilakukan

7) Hasil cetak (print out) dari semua analisa 

8) Sistem yang bisa mendeteksi kesalahan (error) pada saat dilakukan pemeriksaan.

Contoh alat : Draeger Alcotest 7110

c. Dalam urin

analisa  dapat dilakukan dengan metode enzimatik dan kromatografi gas. Urin 

yang disarankan  yaitu  urin yang dikeluarkan sesudah  kira-kira 1 jam sesudah  keluaran 

urin pertama. Masalah dengan spesimen urin yaitu  pengambilan spesimen dan 

interpretasi.

d. Tes Alkohol dalam Saliva

Konsentrasi alkohol darah (blood alcohol concentrasion=BAc...  yaitu  ukuran 

langsung tingkat alkohol untuk berbagai keperluan seperti forensik, area  kerja, 

pengaturan medis dan penelitian. Metode yang paling disukai untuk pengukuran 

kuantitatif alkohol yaitu  kromatografi gas untuk darah utuh. Namun ini memerlukan 

waktu, mahal dan memerlukan  keterampilan dalam metode  laboratorium. Sampai saat 

ini, metode non-invasif untuk memperkirakan secara kuantitatif BAC terutama 

memakai  pengujian udara pernapasan. walau  analisa  nafas memberi  hasil 

yang cepat, namun memerlukan kalibrasi secara teratur dan kerja sama pasien yang 

mungkin sulit dilakukan pada pasien yang agresif atau koma. Dengan menggabungkan
kecepatan dan reliabilitas, tes strip alkohol saliva (Alcohol Saliva Test=AST) sudah  diajukan 

untuk penentuan konsentrasi alkohol darah dengan mendeteksi alkohol dalam saliva 

yang membantu penyelidikan forensik  , 

1) Prinsip

Strip mengandung Tetramethylbenzidine (TMb...  0,12 mg, Alkohol Oksidaase 0,5 IU, 

Peroksidase 0,35 IU dan Protein 0,15 mg. Strip AST didasarkan pada spesifitas tinggi 

oksidase alkohol (ALOx) untuk etil alkohol dengan adanya substrat peroksidase dan 

enzim seperti tetramethylbenzidine (TMb...  seperti yang ditunjukkan di bawah ini:

EtOH + TMB ALOx  atau  Peroksidase - CH3CHO + TMB berwarna

Warna yang berbeda pada pad reaktif dapat dilihat  dalam waktu kurang dari 20 

detik sesudah  ujungnya dibasahi dengan specimen  saliva dengan konsentrasi etil alkohol 

lebih besar dari 0,02%.

Tes alkohol saliva (AST) disarankan  untuk penentuan BAC >0,02% 

melalui air liur dalam memberi  hasil kuantitatif on-the-spot. AST memiliki 

beberapa keterbatasan, seperti: strip AST dirancang untuk dipakai  dengan air liur 

kita  saja; Hasil positif hanya menandakan  adanya alkohol dan tidak 

menandakan  atau mengukur intoksikasi, dan ada mungkin  kesalahan teknis 

atau prosedural, juga zat lain pada makanan dan obat tertentu dapat mengganggu 

tes dan memicu  hasil yang salah. namun  AST tetap memiliki reliabilitas dan 

validitas yang baik untuk estimasi BAC non invasif dan invasif, dan memiliki kelebihan 

dibandingkan metode lainnya. 

Kelebihan metode ini yaitu  ,antaralain :  1) hasil AST tidak dipengaruhi 

oleh adanya darah di rongga mulut, 2) sifat non invasif AST meminimalkan risiko 

cedera untuk staf dan tusukan jarum untuk pasien. , 3) AST memberi  penentuan 

BAC dalam 5 menit dan 4) juga dapat dipakai  untuk menentukan kadar etanol 

saliva postmortem, 6). biaya AST yang relatif rendah, tes air liur bisa menjadi 

alternatif biaya yang efektif dalam pengaturan kesehatan masyarakat yang mana  pasien pasien  yang mabuk sedikit sampai sedang  ,

4. Metoda Kromatografi Gas (Kg... 

a. Prinsip

Pengambilan udara yang mengandung alkohol dalam botol bertutup perforasi yang

dipanaskan dalam penangas air dengan memakai  disposable syringe dan 

lalu  udara yang terisap diinjeksikan ke dalam kromatografi gas.

b. Alat

1) Alat kromatografi gas yang dilengkapi oleh detector FID (Flame Ionisation

Detector)

2) Kolom Porapak Q (mesh 80-100)
3) Disposable syringe

c. Reagen

keadaan  Kromatografi Gas :

1) Kolom : Porapak Q (mesh 80-100)

2) Suhu kolom : 160°C

3) Gas pembawa : Nitrogen

4) Aliran gas : 50 ml  atau  menit

5) Detektor : FID (Flame Ionisation Detector)

d. Cara Kerja

1) Masukkan 0,5 ml specimen  ke dalam botol hijau Mc. Cartney 5 ml yang memiliki 

tutup perforasi. Tutup botol dengan kuat, tempatkan  dalam penangas air selama 

5 menit pada suhu 37°C (untuk zat dengan titik didih yang rendah) atau 56°C

(untuk zat dengan titik didih yang lebih tinggi)

2) Tanpa pendinginan, pindahkan 1 ml udara di atas specimen  memakai  1 ml 

disposable tuberkulin syringe

3) specimen  udaranya lalu  diinjeksikan ke dalam kromatografi gas.

e. Interpretasi Hasil

Bandingkan waktu retensi specimen  pada  standar etanol

Waktu retensi relatif*
5. Metoda Spektrofotometri (Metoda Dubowski)

b. Prinsip

Spesimen atau hasil destilasi uap jaringan di destilasi secara langsung dalam larutan 

asam tungstat untuk mengendapkan protein. Cairan dari destilat dicampur dengan

beberapa  tertentu larutan standar kalium dikromat dalam larutan asam sulfat

sehingga mencapai keasaman 15 N dan dioksidasi pada suhu 100°C. Residu ini diukur 

dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 450 nm dan konsentrasi alkohol

pada spesimen dihitung dari kurva kalibrasi atau table yang disiapkan dari larutan 

yang diketahui kadar alkoholnya.

c. Alat

1) Peralatan destilasi uap dari Dubowski dan Shupe (Sciensifiglass apparatus)

2) Penangas air elektrik pada suhu 100°C atau pada suhu yang konstan pada

100°C dengan cairan yang mudah larut (cairan UCON 50-HB-280X)

3) Spektrofotometer (450 nm)

4) Pipet

5) Labu ukur yang bertutup gelas

d. Reagen

1) Reagen pengoksidasi : 0.0214 N kalium dikromat

1.0500 g K2Cr2O7 dalam 1 liter dari 50% volume asam sulfat.

(1 ml dari reagen setara dengan 0.247 mg etil alcohol)

2) Larutan Natrium tungstat 10% w atau v

3) Asam sulfat 2 atau 3 N

4) Larutan Asam tartrat 10% w atau v

e. Cara Kerja

1) Spesimen darah, urin, saliva, cairan serebrospinal, destilasi jaringan

a... Masukkan spesimen dan reagen ke dalam labu destilasi 125 ml.

b...  sedang  untuk spesimen darah dipakai  tabung 250 ml, masukkan 10 ml 

akuades (untuk analisa darah 20 ml), 2 ml spesimen (1 ml spesimen dapat 

dianalisa dengan mengumpulkan hasil destilat dalam labu ukur 5 ml dilanjutkan

dengan langkah c hingga e... , 5 ml asam sulfat 2 atau 3 N dan 5 ml natrium tungstat 

10%. Campur isi labu dengan memutar labu dan pasang pada alat destilasi. 

Destilasi dimulai saat  darah sudah terkoagulasi sempurna dan berubah 

menjadi warna coklat gelap.

c...  Destilasi pelan-pelan di dalam labu ukur bertutup gelas 10 ml, hingga volume 

kurang dari 10 ml selama 8-10 menit, memakai  mikroburner dengan api

2.5-4 cm, volume diatur sampai garis tanda

10 ml dengan akuades, tutup dan campur dengan baik.

d...  Ke dalam tabung reaksi gelas borosilikat bertutup ulir dari teflon, masukkan 1 

ml destilat dan 5 ml reagen pengoksidasi, campur dengan pemutaran yang kuat. 

Segera tutup tabung dan panaskan selama 8 menit dalam penangas air elektrik

100°C, masukkan tabung di atas level cairan.

e...  Dinginkan tabung pada suhu kamar (25°C atau kurang... , di bawah air mengalir 

atau dalam icebath, campur dengan memutar dan pindahkan cairan ke dalam 

kuvet. Baca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 450 nm, 

sesudah  alat dipasang pada 100% transmitant dengan kuvet yang berisi akuades.

f...  Konsentrasi alkohol dalam specimen  (%w atau v) diketahui dengan table kalibrasi

atau kurva yang disiapkan dari beberapa seri spesimen yang kadar alkoholnya 

sudah  diketahui.


2) Spesimen jaringan

a... Cairkan dengan cepat 10 g bekuan jaringan dengan ice cold dengan diblender.

Timbang segera 2 g dari spesimen yang sudah  cair dengan ketelitian 0.01 g dan 

pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu destilasi 250 ml, dengan 30 ml

larutan asam tartrat 10%. Tambahkan 2-3 tetes cairan antifoam atau 0.1 g

senyawa paraffin dengan titik lebur yang rendah. Campur dengan memutar dan 

pasangkan tabung pada peralatan destilasi.

b...  Destilasi dengan kecepatan uap yang benar dari generator yang mengandung 

akuades. Kumpulkan destilat kira-kira 20-30 ml dalam tabung destilat 125 ml 

dalam 8-10 menit

c...  Ke dalam destilat itu  tambahkan 5 ml asam sulfat dan 5 ml natrium

tungstat 10%, campur dengan memutar labu. Pasangkan pada alat destilasi dan 

lanjutkan seperti untuk cairan tubuh (butir b-d seperti cara kerja spesimen 

darah, urin, saliva di atas)

d...  Konsentrasi alkohol pada jaringan, dihitung seperti butir (e...  cara kerja

spesimen darah, urin, saliva di atas, dari table kalibrasi yang sama.

3) Khusus

a... Bagian terpisah dari spesimen yang didestilasi dari larutan asam tungstat 

ke dalam tabung destilat 125 ml, tambahkan 10 ml merkuri klorida jenuh dan

10 mlsuspensi kalsium hidroksida. Campuran ini didestilasi kembali dan analisa 

lalu   seperti cara kerja spesimen darah, urin, saliva.

b...  Untuk menentukan submikro dan ultramikro yang terbawa dalam darah segar 

dan urin dengan metode difusi cawan Conway. 

1..Untuk analisa submikro, 0,01 ml darah atau urin ditempatkan  pada bagian 

luar dari cincin chamber dari cawan Conway, dan 1,00 ml kalium karbonat 

untuk memudahkan pelepasan alkohol, 2,50 ml kalium dikromat, reagen 

oksidasi ditempatkan  di tepi cawan Conway.

2.. Untuk analisa ultramikro: 0,02 ml specimen  ditempatkan  diluar cincin 

chamber dari cawan Conway yang berdiameter 44 mm, bersamaan dengan 

0,50 ml reagen oksidasi kalium dikromat di tepi cawan Conway. ,

alam bab ini kita akan membahas tentang arsen dan timbal, meliputi jenis, sumber, 

sifat, akibat pemakaian dan bahan specimen  pemeriksaan pada masalah  toksikologi. 

Untuk melengkapi pengetahuan kita juga akan membahas tentang cara penanganan 

specimen , sampai siap untuk diperiksa. Tersedia beberapa pilihan metode analisa  yang 

dipakai  sesuai dengan pertumbuhan  teknologi. Untuk memudahkan dalam penerapannya 

akan dibahas metode analisa  yang praktis dengan nilai akurasi dan presisi yang baik. 

Diperlukan penguasaan prinsip  kimia dan organik yang cukup baik untuk memudahkan 

memahami bab ini. 

Toksisitas arsen yaitu  masalah kesehatan global yang mempengaruhi jutaan 

pasien . Kontaminasi arsen berasal dari sumber geologi alam menembus akuifer sehingga 

mencemari air tanah dan dapat juga terjadi dari hasil proses pertambangan dan industri 

lainnya. Arsen diketahui mampu memicu  keracunan sebab  kehadirannya di dalam air 

minum dan spesies arsen biasa  yaitu  arsenat dan arsenit. Pencemaran arsen 

dipandang cukup serius sebab  tingkat toksisitasnya yang tinggi pada  organisme 

hidup. Paparan arsen melalui air minum sudah  dilaporkan memicu  kanker pada kulit dan 

beberapa organ dalam dan  terjadinya hiperkeratosis, perubahan pigmentasi, efek pada 

sistem sirkulasi dan sistem syaraf  ,

Timbal yaitu  logam berat yang ada  secara alami di dalam kerak bumi dan 

tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami. Timbal yang ada di lingkungan lebih 

banyak dihasilkan oleh kegiatan kita  dibandingkan timbal yang berasal dari proses alami. 

Timbal di udara terutama berasal dari pemakaian bahan bakar bertimbal yang dalam
pembakarannya melepaskan timbal oksida berbentuk debu atau partikulat yang 

terhirup oleh kita .

Untuk mempermudah mempelajari bab ini kita membaginya menjadi 2 topik yaitu

1. analisa  Arsen 

2. analisa  Timbal

DEFINISI ARSEN

Arsen dinamakan  simbol As, memiliki nomor atom 33, yaitu  unsur yang 

ada  di berbagai area  dan terbentuk secara alami di dalam lapisan bumi. Keberadaan 

arsen di alam   berlimpah, menduduki peringkat ke-20 di dalam lapisan kerak bumi, 

peringkat ke-14 di air laut dan ke 12 dalam tubuh kita   ,. Arsen 

terjadi dalam bentuk organik maupun anorganik, memiliki perbedaan valensi meliputi +5 

(arsenate... , +3 (arsenite...  dan -3 (arsine... . Arsen yang bergabung dengan elemen lain seperti 

oksigen, sulfur dan klorida akan membentuk arsen anorganik, sedang  arsen yang 

bergabung dengan elemen hidrogen dan karbon akan terbentuk arsen organik  ,

Arsen trioksida dinamakan  juga arsen putih (As2O3) yaitu  senyawa yang tidak berwarna, 

tidak berbau dan yaitu  bentuk komersial dari arsen sebagai bahan dasar untuk berbagai 

produk sintetis. Arsen pentaoksida yaitu  bentuk arsen valensi +5 dan dinamakan  juga 

arsenate (As2O5) (WHO 2001). Arsen dalam bentuk organik bersifat kurang toksik sedang  

bentuk anorganik bersifat toksik. Bentuk arsenite (+3) berpotensi  enam puluh kali lebih 

toksik dibandingkan dengan arsenate (+5)  ,

Arsen   jarang ditemukan di alam dalam bentuk elemen murni, namun arsen 

organik sebagai arsenobetain banyak ada  pada mikrobiota, tumbuhan dan sistem biologi 

lain. Bentuk tereduksi dari arsen (arsenate maupun arsenite...  dijumpai dalam produkproduk industri, limbah pertanian dan di permukaan air  ,. Jutaan 

kita  di dunia terpapar arsen anorganik akibat konsumsi dari air minum dan makanan yang terkontaminasi arsen  ,Arsen yaitu  golongan logam dalam bentuk 

organik maupun anorganik ditemukan dalam air dan tanah di seluruh dunia khususnya di 

Bangladesh, India, di beberapa negara di Asia Tenggara  ,. Sebanyak 

79,9 juta warga Banglades dan 42,7 juta warga Bengal Barat di India terdeteksi arsen 

pada air tanah dengan konsentrasi melebihi ambang batas yang dipersyaratkan oleh WHO 
yaitu 10 ppb ,. Beberapa negara bagian di USA dan China, terdeteksi 

arsen dalam air minum yang dikonsumsi warga dengan konsentrasi lebih dari 1 ppm ,Pencemaran arsen dipandang cukup serius sebab  tingkat 

toksisitasnya yang tinggi pada  organisme hidup. Paparan arsen melalui air minum 

sudah  dilaporkan memicu  kanker pada kulit dan beberapa organ dalam dan  terjadinya 

hiperkeratosis, perubahan pigmentasi, efek pada sistem sirkulasi dan sistem syaraf  ,

Timbal biarsenat sudah  dipakai  pada abad ke-20 sebagai insektisida untuk buah 

namun memicu  kerusakan otak para pekerja yang menyemprotnya. Selama abad ke-

19, senyawa arsen sudah  dipakai  dalam bidang obat namun  kebanyakan sekarang 

sudah  digantikan dengan obat modern.

Kegunaan lain:

Galium arsenida yaitu  material semikonduktor perlu dalam sirkuit terpadu. Sirkuit 

dibuat memakai  komponen ini lebih cepat namun  juga lebih mahal dibandingkan  terbuat dari 

silikon.Disisi lain ada dampak buruk dari arsenik dan sebagian besar senyawa arsenik yaitu 

sebagai racun yang kuat. Arsenik membunuh dengan cara merusak sistem pencernaan, yang 

memicu  kematian sebab  shock.

B. JENIS DAN SIFAT KIMIA ARSEN 

Jenis senyawa Arsen :

1. Asam Arsenat 

Asam Arsenat yaitu  senyawa kimia dengan rumus H3AsO4. Kristal putih, 

higroskopik. rumus lain yang lebih deskriptif yaitu  AsO(OH)3. Asam yang tidak 

berwarna ini yaitu  analog asam fosfat; garan arsenat dan fosfat sendiri memiliki 

reaksi yang mirip . Asam arsenat masih belum diisolasi dan hanya dapat ditemukan di 

dalam larutan dan di situ asam ini   terionisasi. Bentuk hemihidratnya 

(H3AsO4.1⁄2H2O) dapat membentuk kristal yang stabil. Asam arsenat disiapkan dengan 

mereaksikan arsen trioksida dengan asam nitrat yang terkonsentrasi. Dinitrogen 

trioksida dihasilkan sebagai produk sampingan.

As2O3 + 2 HNO3 + 2 H2O → 2 H3AsO4 + N2O3

Larutan yang dihasilkan didinginkan untuk menghasilkan kristal hemihidrat 

(H3AsO4.1⁄2H2O) yang tidak berwarna, walaupun dihidrat H3AsO4.2H2O dapat 

dihasilkan saat  kristalisasi terjadi pada suhu rendah.

2. Asam Arsenit 

Asam Arsenit yaitu  senyawa anorganik dengan rumus kimia H3AsO3. Asam ini 

dapat ditemukan dalam larutan berair, namun  masih belum diisolasi sebagai materi 

murni, walau  As(OH)3 tetap menjadi bahan yang perlu. Senyawa asam arsenit 

bersifat racun dan korosif. Hanya ada dalam larutan berair. Untuk mempersiapkan 

As(OH)3, diperlukan proses hidrolisis arsen trioksida yang berlangsung lambat.


Penambahan basa akan mengubah asam arsenit menjadi ion arsenit [AsO(OH)2]



[AsO2(OH)]2−, dan [AsO3]

3−

.

As(OH)3 yaitu  asam lemah. Seperti arsen trioksida, asam arsenit kadangkadang bersifat amfoter. Contohnya, asam ini dapat bereaksi dengan asam klorida, 

bromida dan iodida untuk menghasilkan arsen triklorida, tribromida dan triiodida:

As(OH)3 (aq) + 3 HCl (aq) ⇌ AsCl3 (aq) + 3 H2O (l)

As(OH)3 (aq) + 3 HBr (aq) ⇌ AsBr3 (aq) + 3 H2O (l)

As(OH)3 (aq) + 3 HI (aq) ⇌ AsI3 (aq) + 3 H2O (l)

3. Arsen Trioksida 

Arsen Trioksida yaitu  senyawa anorganik dengan rumus kimia As2O3. Setiap 

tahunnya ada  sekitar 50.000 ton arsen trioksida yang diproduksi di dunia. 

Kemudharatan bahan ini masih diperdebatkan sebab  senyawa arsen   beracun. 

Dapat larut dalam asam encer dan alkali, tidak dapat larut dalam pelarut organik. 

Arsen trioksida dapat dihasilkan lewat pemrosesan rutin senyawa arsen, termasuk 

oksidasi (pembakaran) mineral arsenik di udara. Contohnya yaitu  pembakaran 

orpimen.

2 As2S3 + 9 O2 → 2 As2O3 + 6 SO2

Namun, arsen oksida biasanya muncul sebagai produk sampingan dalam 

pemrosesan bijih lainnya. Contohnya yaitu  arsenopirit (ketidakmurnian yang sering 

muncul pada emas). Pemrosesan mineral ini sudah  memicu  insiden keracunan.

Di laboratorium, bahan ini disiapkan dengan melakukan hidrolisis arsen 

triklorida:

2 AsCl3 + 3 H2O → As2O3 + 6 HCl

As2O3 muncul secara alami di dalam dua mineral, yaitu arsenolit (kubik) dan klaudetit 

(monoklinik).

4. Arsin (Arsen Trihidrida AsH3)

5. Kadmium arsenida (Cd3As2)

6. Galium arsenida (GaAs)

7. Timbal biarsenat (PbHAsO4)

Sifat Kimia senyawa Arsen

Arsen ditemukan dalam 200 bentuk mineral, diantaranya arsenat (60%), sulfida dan 

sulfosalts (20%), dan kelompok kecil berupa arsenida, arsenat, oksida silikat, dan arsen murni 

(Onishi, 1969). Mayoritas arsen ditemukan dalam kandungan utama asenopyrite (FeAsS), 

realgar (As4S3), dan orpiment (As2S3). Realgar (As4S3), dan orpiment (As2S3) biasanya 

menurunkan bentuk dari arsen itu sendiri. keadaan  natural lainnya yaitu  loellingite (FeAs2),

safforlite (CoAs), nicolite (NiAs), rammelsbergit (NiAs2), arsenopyrite (FeAsS), kobaltite 

(CoAsS), enargite (Cu3AsS4), gerdsorfite (NiAsS), glaucodot ((Co,Fe... AsS), dan elemen arsen 

(Greenwood dan Earnshaw, 1989). Berikut yaitu  Tabel 1 keadaan  As di Alam.

Dalam lingkungan perairan, keadaan  dalam tekanan oksidasi arsen membentuk 

pentavalent arsenat (As(V)), yang mana  dalam keadaan  sebaliknya saat tereduksi membentuk 

trivalent arsenit (As(III)), dan mobilitas dan  penyerapan oleh sedimen, tanah lempung, dan 

mineral tanah bergantung pada bentuk arsennya. Dalam keadaan  anoksik, aktivitas mikrobial 

dapat membentuk arsen dalam metilat, yang mana berbentuk padat dan mampu masuk ke 

lapisan atmosfer ,

C. SUMBER ARSEN 

Arsen (As) di alam ditemukan berupa mineral, antara lain arsenopirit, nikolit, orpiment, 

enargit, dan lain-lain. Demi keperluan industry mineral, Arsen (As) dipanaskan terlebih dahulu 

sehingga As berkondensasi menjadi bentuk padat. Arsen (As) berasal dari kerak bumi yang bila 

dilepaskan ke udara sebagai hasil sampingan dari aktivitas peleburuan bijih baruan, Arsen (As) 

dalam tanah berupa bijih, yaitu arsenopirit dan orpiment, yang pada akhirnya bisa mencemari 

air tanah. Arsen (As) yaitu  unsur kerak bumi yang berjumlah besar, yaitu menempati 

urutan kedua puluh dari unsur kerak bumi, sehingga   besar mungkin nya 

mencemari air tanah dan air minum. Jutaan kita  bisa terpapar Arsen (As).

Senyawa arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui 3 cara, yaitu peroral, inhalasi, dan 

penyerapan  melalui kulit atau mukosa membran. Arsen bersifat sitotoksik, sebab  memicu  

efek racun pada protoplasma sel tubuh kita . Racun arsen yang masuk ke dalam saluran 

cerna akan diserap secara sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan disebar ke 

seluruh organ tubuh. sebaran nya tergantung dari lama pemberian dan jenis arsen. Sebagian 

besar arsen disimpan dalam hati, ginjal, jantung dan paru paru.

Didalam darah, arsen yang masuk akan mengikat globulin dalam darah. Dalam waktu 

24 jam sesudah  dikonsumsi, arsen dapat ditemukan dalam konsentrasi tinggi di berbagai organ 

tubuh, seperti hati, ginjal, limpa, paru-paru dan  saluran cerna, yang mana  arsen akan mengikat 

gugus sulfhidril dalam protein jaringan. Hanya sebagian kecil dari arsen yang menembus 

blood-brain barrier. Arsen anorganik yang masuk ke tubuh wanita hamil dapat menembus 

sawar darah plasenta dan masuk ke tubuh janin. Di dalam tulang arsen menggantikan posisi 

fosfor, sehingga arsen dapat dideteksi didalam tulang sesudah  bertahun-tahun lalu .

Sebagian arsen dibuang melalui urin dalam bentuk methylated arsenic dan sebagian 

lainnya ditimbun dalam kulit, kuku dan rambut.
Mekanisme masuknya Arsen dalam tubuh kita    melalui oral, dari 

makanan atau minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus 

halus lalu  masuk ke peredaran darah. Arsen yaitu  racun yang bekerja dalam sel secara 

umum. Hal itu  terjadi bila   arsen terikat dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang 

berada dalam enzim. Salah satu sistem enzim itu  yaitu  kompleks piruvat dehidrogenase 

yang berfungsi untuk oksidasi dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO2 sebelummasuk 

dalam siklus TOA (tricarbocyclic acid... . yang mana  enzim itu  terdiri dari beberapa enzim dan 

kofaktor. Reaksi itu  melibatkan transasetilasi yang mengikat koenzim A(CoA-SH) untuk 

membentuk asetil CoA dan dihidrolipoil-enzim, yang mengandung dua gugus sulfhidril. 

Kelompok sulfhidril   berperan mengikat arsen trivial yang membentuk kelat. Kelat dari 

dihidrofil-arsenat dapat menghambat reoksidasi akibatnya bila arsen terikat dengan sistem 

enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam darah. Arsenat juga memisahkan oksigen 

dan fosfolirasi pada fase kedua glikolosis dengan jalan berkompetisi dengan fosfat dalama 

reaksi gliseraldehid dehidrogenase. Dengan adanya pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-

fosfat, akibatnya tidak terjadi proses enzimatik hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak 

memproduksi ATP. Selama Arsen bergabung dengan gugus –SH, maupun gugus –SH yang 

ada  dalam enzim,maka akan banyak ikatan As dalam hati yang terikat sebagai enzim 

metabolik. sebab  adanya protein yang juga mengandung gugus –SH terikat dengan As, maka 

ini lah yang memicu  As juga ditemukan dalam rambut, kuku dan tulang. sebab  

eratnya As bergabung dengan gugus –SH, maka arsen masih dapat terdeteksi dalam rambut 

dan tulang beberapa tahun lalu .

E. TOKSISITAS ARSEN PADA TUBUH kita  

Bahan kimia arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan makanan, 

saluran pernafasan dan  melalui kulit walaupun jumlahnya   terbatas. Arsen yang masuk 

ke dalam peredaran darah dapat ditimbun dalam organ seperti hati, ginjal, otot, tulang, kulit 

dan rambut.

Arsenik trioksid yang disimpan di kuku dan rambut dapat mempengaruhi enzim 

yang berperan dalam rantai respirasi, metabolisme glutation ataupun enzim yang berperan 

dalam proses perbaikan DNA yang rusak. Didalam tubuh arsenik bervalensi lima dapat 

berubah menjadi arsenik bervalensi tiga. Hasil metabolisme dari arsenik bervalensi 3 yaitu  

asam dimetil arsenik dan asam mono metil arsenik yang keduanya dapat diekskresi melalui 

urine.

Gas arsin terbentuk dari reaksi antara hidrogen dan arsen yaitu   hasil 

samping dari proses refining (pemurnian logam) non besi (non ferrous metal). Keracunan gas 

arsin biasanya bersifat akut dengan gejala mual, muntah, nafas pendek dan sakit kepala. bila  

paparan terus berlanjut memicu   gejala hemoglobinuria dan anemia, gagal ginjal 

dan ikterus (gangguan hati).

Pada keracunan arsen, berdasar  Casarett dan Doull’s menentukan indikator biologi 

dari keracunan arsen yaitu  hal yang   perlu. Arsen berpotensi waktu paruh 

yang singkat (hanya beberapa hari), sehingga dapat ditemukan dalam darah hanya pada saat 

terjadinya paparan akut. Untuk paparan kronis dari arsen tidak lazim dilakukan penilaian 

(Klaassen, 1986)

Paparan akut arsen muncul bila  tertelan (ingestion) beberapa  100 mg As. Gejala 

yang muncul  akibat paparan akut yaitu  mual, muntah, nyeri perut, diarrhae, 

kedinginan, kram otot dan  oedeme dibagian muka (facial). Paparan dengan dosis besar dapat 

memicu  koma dan kolapsnya peredaran darah. Dosis fatal yaitu  bila  sebanyak 120 mg 

arsenik trioksid masuk ke dalam tubuh.

Pada paparan kronis arsen secara klinis yang nampak yaitu  peripheral neuropathy 

(rasa kesemutan atau mati rasa), lelah, hilangnya refleks, anemia, gangguan jantung, 

gangguan hati, gangguan ginjal, keratosis telapak tangan maupun kaki, hiperpigmentasi kulit 

dan dermatitis. Gejala khusus yang muncul akibat terpapar debu yang mengandung 

arsen yaitu  nyeri tenggorokan dan  batuk yang mengeluarkan darah akibat terjadinya 

iritasi. seperti  akibat terpapar asap rokok, terpapar arsen secara menahun dapat 

memicu  terjadinya kanker paru.

F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Pemeriksaan darah

Pada keracunan akut maupun kronis dapat terjadinya anemia, leukopenia, 

hiperbilirubinemia.

2. Pemeriksaan urine

Pada keracunan akut dan kronis muncul proteinuria, hemoglobinuria maupun 

hematuria.

3. Pemeriksaan fungsi hati

Pada keracunan akut dan kronis muncul peningkatan enzim transaminase dan  

bilirubin.

4. Pemeriksaan jantung

Pada keracunan akut dan kronis muncul gangguan ritme maupun konduksi 

jantung.

5. Pemeriksaan kadar arsen dalam tubuh

Arsenik dalam urin yaitu  indikator keracunan arsen yang terbaik bagi pekerja 

yang terpapar arsen. Normal kadar arsen dalam urin kurang dari 50 ug atau L. Kadar As 

dalam rambut juga yaitu  indikator yang cukup baik untuk menilai terjadinya

karacunan arsen. Normal kadar As dalam rambut kurang dari 1 ug atau kg. Walaupun tidak 

ada pemeriksaan biokimia yang khusus  untuk melihat terjadinya keracunan arsen, 

namun gejala klinik akibat keracunan As yang dihubungkan dengan 

mempertimbangkan sejarah paparan yaitu  hal yang cukup perlu. Perlu diingat 

bahwa pasien   dengan kelainan laboratorium seperti di atas tidak selalu dipicu  

oleh terpapar atau keracunan arsen. Banyak faktor lain yang memicu  

terjadinya kelainan seperti diatas.

G. DAMPAK TOKSISITAS ARSEN

Sekitar 90% arsen yang diserap   dalam tubuh kita  tersimpan dalam 

hati,ginjal,dinding saluaran pencernaan,limfa, dan paru. Juga tersimpan dalam jumlah sedikit 

dalam rambut dan kuku dan  dapat terdeteksi dalam waktu lama, yaitu beberapa tahun 

sesudah  keracunan kronis. Di dalam darah yang normal ditemukan arsen 0,2µg atau 100ml. 

sedang  pada keadaan  keracunan ditemukan 10µg atau 100ml dan pada pasien  yang mati 

keracunan arsen ditemukan 60-90µg atau 100ml.

H. PENCEGAHAN TERJADINYA PAPARAN ARSEN

Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen   yaitu  pemakaian alat 

proteksi diri bagi semua personal  yang berpotensi  terpapar oleh arsen. Alat 

proteksi diri itu  contoh nya masker yang memadai, sarung tangan yang memadai,

tutup kepala, kacamata khusus. Usaha pencegahan lain yaitu  melakukan surveilance 

medis, yaitu pemeriksaan kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap 

tahun. bila  keadaan dianggap luar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam 

urin.

Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar arsen yang berlebihan 

yaitu  perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara (indoor), terutama kadar arsen dalam 

patikel debu. Pemeriksaan kualitas udara itu  setidaknya dilakukan setiap tiga bulan. 

Ventilasi area  kerja harus baik, agar sirkulasi udara dapat lancar.

I. Cara Menanggulangi Toksisitas Arsen

Pada masalah  keracunan akut, perlu segera diberi obat suportif dan simptomatik untuk 

mencegah terjadinya gejala neuropati. Pengobatan dengan pemberian khelasi khusus  

yaitu BAL. Standar pemberian BAL yaitu  3-5 mg atau kg yang diberikan setiap 4 jam selama 2 

hari diikuti dengan pemberian 2,5 mg atau kg setiap 6 jam selama 2 hari. lalu  diberikan 

2,5 mg atau kg setiap 12 jam selama 1 minggu. Pada periode pemberian pengobatan itu , 

specimen  urine diperiksa setiap 24 jam dan pengobatan segera dihentikan bila  konsentrasi
As dalam urine kurang dari 50 mg. pengobatan BAL sering diikuti dengan pemberian 

penisilamin yang diberikan setiap 6 jam selama 5 hari.

Pada masalah  keracunan kronis, aksi  pertama yang dilakukan yaitu  menghilangkan 

sumber kontaminasi dari penderita. Pengobatan sistem kelasi tidak disarankan , sebab  As 

berpotensi waktu paruh biologik hanya sekitar 3-4 hari.




narkotika 5 narkotika  5 Reviewed by bayi on April 21, 2022 Rating: 5

About

LINK VIDEO