J. METODE PEMERIKSAAN ARSEN
Metode yang digunan dalam pemeriksaan Arsen yaitu Kolorimetri
a... Alat dan bahan
- Erlenmeyer
- Arsenict Tes
- Mortal dan pastel
- Timbangan analitik
- Gelas ukur
- beaker glass 80 ml
- botol sample 5 ml
- specimen (udang mentah)
- Aquades
b... Prosedur kerja
1. Sediakan alat dan bahan
2. Potong aluminium foil secukupnya letakkan di atas timbangan analitik
3. Timbang specimen sebanyak 10 g
4. Pindahkan specimen ke beacker glass 80 mL
5. Masukkan kedalam mortal lalu tumbuk dengan pestle sampai terlihat sedikit halus
6. Pindahkan ke beacker glass
7. Tambahkan aquades sampai 50 mL
8. sesudah itu tuangkan ke botol specimen sebanyak 5 mL
9. Pindahkan ke botol arsenic tes
10. Tambahkan reagen arsen 1 dan 2 masing-masing 1 sendok, lalu homogenkan
11. Masukkan kertas arsenic test, kertas tidak boleh kontak langsung dengan air
specimen
12. Tunggu hingga 20 menit
13. Amati perubahannya dan bandingkan dengan indikator perubahan warna
c... Hasil : Kadar arsen pada udang mentah yaitu 0. sebab kertas arsenik tes tidak
mengalami perubahan warna
d... analisa hasil
berdasar hasil yang diperoleh tidak ada kadar Arsen yang terkandung
pada specimen , itu artinya specimen udang itu masih bisa di konsumsi sebab tidak
melebihi ambang batas pencemaran untuk
kategori udang dan krustasea lainnya yaitu 1,0 mg atau kg. Berarti kawasan perairan atau
laut area berkembangnya udang belum terpapar pencemaran yang mengandung
kadar arsen tinggi.
Pengendalian Mutu Pemantapan mutu laboratorium kesehatan mencakup semua
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan
laboratorium pada saat yang tepat, dari spesimen yang tepat dan diinterpretasikan secara
tepat berdasar rujukan data yang tepat pula. Kegunaan dari pemantapan mutu oleh
laboratorium yaitu :
Meningkatkan kualitas laboratorium.
a. Meningkatkan moral dalam kehidupan karyawan laboratorium (kemantapan pemberian
hasil, kesadaran akan usaha yang sudah dilakukan, dan prestice yang diberikan
kepadanya).
b. yaitu suatu metoda pengawasan (pengendalian ) yang efektif dilihat dari fungsi
manajerial.
c. Melakukan pembuktian bila ada hasil yang meragukan oleh pemakai
(konsumen) laboratorium sebab sering tidak sesuai dengangejala klinis.
d. Penghematan biaya sebab berkurangnya kesalahan hasil sehingga tidak perlu ada
pengulangan .
pemantapan mutu terbagi atas, yaitu Pemantapan mutu eksternal (PMe...
dan Pemantapan mutu Internal (PMI).
1. Pemantapan Mutu Eksternal yaitu Suatu sistem pengendalian yang dilaksanakan
oleh pihak lain yang yaitu pihak pengawas pemerintah atau profesi.
2. Pemantapan mutu internal yaitu kegiatan pencegahan dan pengawasan yang
dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus menerus agar diperoleh hasil
pemeriksaan yang tepat dan teliti.
Kegiatan ini mencakup tiga tahapan proses yaitu : pra analitik, analitik, dan pasca
analitik. ,
a. Tahap pra analitik : kesalahan pra analitik terjadi sebelum spesimen diperiksa untuk
analitik oleh sebuah metode atau instrumen tertentu. Mencakup persiapan pasien ,
pengambilan dan penampungan spesimen, penanganan spesimen, pengiriman
spesimen, pengolahan dan penyimpanan spesimen.
b. Tahap analitikk : Kesalahan terjadi selama proses pengukuran dan dipicu
kesalahan acak atau kesalahan sistematis mencakup pemeliharaan dan kalibrasi alat,
uji kualitas reagen, uji ketepatan dan ketelitian
c. Tahap pasca analitik : kesalahan pasca analitik terjadi sesudah pengambilan specimen dan
proses pengukuran dan mencakup kesalahan seperti kesalahan penulisan, yang
meliputi perhitungan, cara menilai, Ketata usahaan Penanganan informasi ,
Berikut dipaparkan beberapa parameter umum yang ditentukan dalam pelakanaan validasi
metode analisa :
1. Uji Presisi
Presisis yaitu derajat keterulangan suatu set hasil uji diantara hasil-hasil itu sendiri,
dengan tujuan mengetahui kesalahan akibat operator. Presisi diterapkan pada
pengukuran berulang yang menandakan hasil pengukuran personal al disebarkan di
sekitar nilai rata-rata dengan mengabaikan letak nilai rata-rata pada nilai yang
sebetulnya .
a. Uji Keberulangan atau repeatability
yaitu kesamaan antara pengukuran yang diulang dari contoh dengan analis,
peralatan dan laboratorium yang sama pada waktu yang berdekatan. Penetapan
ripibilitas dapat dilakukan dengan analisa berulang suatu contoh oleh pasien analis,
lalu ditentukan nilai standar deviasi dan koefisien variasi contoh.
b. Uji Reproduksibilitas
yaitu kesamaan antara pengulangan pengukuran yang dikerjakan pada keadaan
berbeda dalam hal laboratorium, analis, peralatan dan waktu. Penetapan dapat
dilakukan dengan mengikuti uji banding antar laboratorium.
2. Akurasi
Akurasi yaitu kedekatan antara nilai hasil uji suatu metode analisa dengan nilai
sebetulnya . Akurasi sering dinyatakan sebagai presentase perolehan kembali. Uji akurasi
dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan matriks didalam conyoh uji pada
pereaksi yang dipakai atau untuk mengetahui ketepatan metode yang dipakai .
Secara umun dikenal tiga cara yang dipakai untuk evaluasi akurasi metode uji, yaitu :
a. Uji Pungut ulang (Recorvery Test) : Uji dilakukan dengan mengerjakan pengujian diatas
contoh yang diperkaya dengan jumlah kuantitatif lat yang ditetapkan.
b. Uji Relatif pada akurasi metode beku
Uji dilakukan dengan mengerjakan pengujian pararel atas contoh uji yang sama
memakai metode uji yang sedang dievaluasi dan metode uji lain yang sudah dikui
sebgai metode baku.
c. Uji pada Standard Reference Material (SRM)
Uji pada SRN untuk mengevaluasi akurasi suatu metoede uji dilakukan dengan
menguji SRM dengan memakai metode uji yang sedang dievaluasi
3. Sensitifitas
Sensitifitas dari suatu prosedur analisa yaitu perubahan besaran tanggapan magnitude
akibat perubahan konsentrasi. Dalam sebuah fungsi kalibrasi peka
dinyatakan sebagai kemiringan kurva (Slope... . Semakin besar nilai kemiringan kurva maka
dikatakan metode semakin sensitif.
Tujuan pemantapan mutu internal yaitu :
1) Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan mempertimbangkan
segi analitik dan klinis.
2) Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak terjadi
dan perbaikan kesalahan dapat dilakukan segera.
3) Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan,
pengiriman, penyimpanan dan pengolahan spesimen sampai dengan pendokumentasi dan
pelaporan sudah dilakukan dengan benar. Mendeteksi kesalahan dan mengetahui
sumbernya.
Membantu perbaikan pelayanan penderita melalui peningkatan mutu pemeriksaan
laboratorium ,
4) Setiap tinddapat yaitu sumber kesalahan dalam pemeriksaan laborat.
Dalam melakukan pemantapan mutu pada suatu pemeriksaan tidak saja dapat
diinterprestasi hanya dari hasil pemeriksaan namun harus dinilai secara keseluruhan
pemantapan dalam proses pemeriksaan laborat yang meliputi berbagai jenis aktifitas
dalam laboratorium seperti;
a. persiapan
b. pengambilan bahan atau specimen ,
c. penanganan specimen ,
d. pengiriman specimen ,
e. pemeriksaan
f. penilaian atau interpretasi hasil,
g. pendokumentasi hasil.
Ketepatan dan Ketelitian
1. Akurasi atau Ketepatan
Akurasi yaitu kemampuan untuk mengukur dengan tepat sesuai dengan nilai yang
benar (true value... . Secara kuantitatif, akurasi diekspresikan dalam ukuran inakurasi.
Inakurasi alat dapat diukur dengan melakukan pengukuran pada bahan pengendalian yang
sudah diketahui kadarnya. Perbedaan antara hasil pengukuran yang dilakukan dengan
nilai target bahan pengendalian yaitu indikator inakurasi pemeriksaan yang dilakukan
Perbedaan ini dinamakan sebagai bias dan dinyatakan dalam satuan persen. Semakin kecil
bias, semakin tinggi akurasi pemeriksaan.
Akurasi (ketepatan) atau inakurasi (ketidak tepatan) dipakai untuk menilai adanya
kesalahan acak, sistematik dan kedua duanya (total). Nilai akurasi menandakan
kedekatan hasil pada nilai sebetulnya yang sudah ditentukan oleh metode standar.
Akurasi dapat dinilai dari hasil pemeriksaan bahan pengendalian dan dihitung sebagai nilai
biasnya (d%) seperti berikut: d % = (x – Na... atau NA
Keterangan :
x = hasil pemeriksaan bahan pengendalian
NA= nilai aktual atau sebetulnya dari bahan pengendalian
Nilai d % dapat positif atau negatif. Nilai positif menandakan nilai yang lebih tinggi dari
seharusnya. Nilai negatif menandakan nilai yang lebih rendah dari seharusnya ,
2. Presisi (ketelitian)
Presisi yaitu kemampuan untuk memberi hasil yang sama pada setiap pengulangan
pemeriksaan. Secara kuantitatif, presisi disabila n dalam bentuk impresisi yang
diekspresikan dalam ukuran koefisien variasi. Presisi terkait dengan reproduksibilitas
suatu pemeriksaan. Dalam praktek sehari-hari kadang di minta suatu
pemeriksaan diulang sebab tidak yakin dengan hasilnya. Memiliki presisi yang tinggi,
pengulangan pemeriksaan pada specimen yang sama akan memberi hasil yang
tidak jauh berbeda , Presisi biasanya dinyatakan dalam nilai
koefisien variasi (% KV atau % CV). Presisi (ketelitian) sering dinyatakan juga sebagai
impresisi (ketidaktelitian) semakin kecil % KV semakin teliti sistem atau metode itu
dan sebaliknya. (Westgard,2010). Makin besar SD dan CV makin tidak teliti. Faktorfaktor yang mempengaruhi ketelitian yaitu : alat, metode pemeriksaan, volume
atau kadar bahan yang diperiksa, waktu pengulangan dan tenaga pemeriksa (Musyaffa,
2010).
3. Jenis Kesalahan
pengendalian kualitas bertujuan mendeteksi kesalahan analitik di laboratorium. Kesalahan
analitik di laboratorium terdiri atas dua jenis yaitu kesalahan acak (random error) dan
kesalahan sistematik (systematic error). Kesalahan acak menandakan tingkat presisi,
sedang kesalahan sistematik menandakan tingkat akurasi suatu metode atau alat
,
a. Kesalahan acak
Kesalahan acak dalam analitik sering dipicu oleh hal berikut: instrumen
yang tidak stabil, variasi temperatur, variasi reagen dan kalibrasi, variasi metode
prosedur pemeriksaan (pipetasi, pencampuran, waktu inkubasi), variasi
operator atau analis.
a. Kesalahan sistematik
Kesalahan sistematik dipicu hal-hal ,antaralain : spesifitas
reagen atau metode pemeriksaan rendah (mutu reagen), blanko specimen dan
blanko reagen kurang tepat (kurva kalibrasi tidak linear), mutu reagen kalibrasi
kurang baik, alat bantu (pipet) yang kurang akurat, panjang gelombang yang
dipakai, salah cara melarutkan reagen.
Dasar Statistik yang berkaitan dengan Ketepatan dan Ketelitian
1. Rerata
Rerata yaitu hasil pembagian jumlah nilai hasil pemeriksaan dengan jumlah
pemeriksaan yang dilakukan. Rerata biasa dipakai sebagai nilai target dari pengendalian
kualitas yang dilakukan, rumus rerata yaitu
X = ∑ atau n
Keterangan :
X : rerata
∑x : jumlah nilai hasil pemeriksaan
n : jumlah pemeriksaan yang dilakukan
National Committee for Clinical Laboratory Standards (NCCLS) merekomendasikan
setiap laboratorium untuk menetapkan sendiri nilai target suatu bahan pengendalian dengan
melakukan setidaknya 20 kali pengulangan (Biorad dalam Sukorini, 2010).
2. Rentang
Rentang yaitu penyebaran antara nilai pemeriksaan terendah hingga tertinggi.
Rentang memberi batas nilai bawah dan batas atas suatu rangkaian data. Dengan
demikian rentang dapat menjadi ukuran paling sederhana untuk melihat menilai
sebaran data, namun rentang tidak dapat menerangkan bentuk sebaran atau
tendensi terpusat data yang kita miliki.
3. Simpangan baku
Simpangan baku mengkuantifikasikan derajat penyebaran data hasil pemeriksaan
disekitar rerata. Simpangan baku dapat dipakai untuk menerangkan bentuk
sebaran data yang kita miliki. Dengan memakai nilai rerata sebagai nilai target
dan simpangan baku sebagai ukuran sebaran data, kita akan menentukan rentang nilai
yang diterima dalam praktek pengendalian kualitas.
4. sebaran Gaussian
Dalam menterjemahkan sebaran data pada praktek pengendalian kualitas, harus dipahami
adanya bentuk sebaran normal atau sebaran Gausian (Gaussian distribution).
Bentuk sebaran Gaussian menerangkan bahwa saat melakukan pengulangan
pemeriksaan, tidak akan diperoleh hasil yang sama persis, hasilnya berbeda-beda dan
sifatnya acak. Data hasil pengulangan itu bila digolongkan akan
membentuk suatu kurva simetris dengan satu puncak yang nilai tengahnya yaitu
rerata dari data itu .
5. Koefisiensi Variasi
Koefisien variasi yaitu suatu ukuran variabilitas yang bersifat relative dan
dinyatakan dalam persen. Koefisien variasi dikenal juga sebagai related standard
deviation yang dihitung dari nilai rerata dan simpangan baku.Koefisien variasi
menerangkan perbedaan hasil yang diperoleh setiap kali dilakukan pengulangan
pemeriksaan pada specimen yang sama. Koefisien variasi juga dapat dipakai untuk
membandingkan kinerja metode, alat maupun pemeriksaan yang berbeda (Sukorini
dkk, 2010).
6. Grafik Levey-jennings
Grafik Levey-jennings yaitu penyempurnaan dari grafik pengendalian Shewhart yang
diperkenalkan Walter A. Shewhart pada tahun 1931. Pada kedua jenis grafik pengendalian
itu akan ditemui nilai rerata dan batas-batas nilai yang diterima. Batasbatas itu memakai kelipatan dari simpangan baku.
a. Aturan 12S: Aturan ini yaitu aturan peringatan. Aturan ini menyatakan bahwa
bila satu nilai pengendalian berada diluar batas 2SD, namun dalam batas 3SD, harus mulai
waspada. Ini yaitu peringatan akan mungkin adanya masalah pada
instrument atau malfungsi metode.
b. Aturan 13s: Aturan ini mendeteksi kesalahan acak. Satu saja nilai pengendalian beradadi
luar batas 3 SD, maka instrument harus dievaluasi dari adanya kesalahan acak.
c. Aturan 22S: Aturan ini mendeteksi kesalahan sistematik. pengendalian dinyatakan keluar
bila dua nilai pengendalian pada satu level berturut-turut diluar batas 2SD.
d. Aturan R4S: Aturan ini hanya dapat dipakai bila kita memakai dua level
pengendalian
e. Aturan 41S: Aturan ini mendeteksi kesalahan sistematik. Aturan ini dapat dipakai
pada satu level pengendalian saja maupun pada lebih dari satu level pengendalian .
f. Aturan 10x: Aturan ini menyatakan bahwa bila sepuluh nilai pengendalian pada level
yang sama maupun berbeda secara berturut-turut berada di satu sisi yang sama
pada rerata
Timbal yaitu logam berat yang ada secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar
ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami. Timbal yang ada di lingkungan lebih banyak
dihasilkan oleh kegiatan kita dibandingkan timbal yang berasal dari proses alami. Timbal
pada tabel periodik unsur kimia termasuk dalam kelompok logam golongan IV-A. Timbal
berpotensi nomor atom (Na... 82 dan berat atom (Ba... 207,2 yaitu suatu logam berat
berwarna kelabu kebiruan dengan titik leleh 327 oC dan titik didih 1.725 oC. Pada suhu 550-
600 oC timbal menguap dan membentuk oksigen dalam udara lalu membentuk timbal oksida.
yaitu logam yang tahan pada peristiwa korosi atau karat, berpotensi kerapatan
yang lebih besar dibandingkan logam-logam biasa, kecuali emas dan merkuri, yaitu
logam yang lunak sehingga dapat dipotong dengan memakai pisau atau dengan tangan
dan dapat dibentuk dengan mudah. Walaupun bersifat lunak dan lentur, timbal rapuh
dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas, dan air asam. Timbal
dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat, dan asam sulfat pekat ,
Timbal di udara terutama berasal dari pemakaian bahan bakar bertimbal yang dalam
pembakarannya melepaskan timbal oksida berbentuk debu atau partikulat yang
terhirup oleh kita . Debu Timbal juga dapat mengkontaminasi tanah pertanian dan
mencemari hasil pertanian yang dikonsumsi kita . pemakaian bahan bakar bertimbal
melepaskan 95% timbal yang mencemari udara di negara berkembang. Pencemaran
lingkungan yang mencapai titik kritis dan memicu dampak yang berat pada
kesehatan kita terutama anak balita.
Timbal yang terhirup atau tertelan akan beredar mengikuti aliran darah, diserap kembali
di dalam ginjal dan otak, dan disimpan di dalam tulang dan gigi. Timbal yang terserap oleh
anak, walaupun dalam jumlah kecil, memicu gangguan pada fase awal
pertumbuhan fisik dan mental yang lalu berakibat pada fungsi kecerdasan dan
kemampuan akademik. Sistem syaraf dan pencernaan anak masih dalam tahap
pertumbuhan , sehingga lebih rentan pada timbal yang terserap. Laporan Badan PBB
untuk Anak (UNICEf... dan Badan PBB untuk Lingkungan Hidup (UNEP) yang mengacu pada hasil
The Global Dimensionsof LeadPoisoning: An Initial Analysis memperkirakan pada tahun 1994
sebanyak 100% darah dari anak berusia di bawah 2 tahun mengandung Timbal yang
melampaui ambang batas 100 mikrogram atau l, dan berdasar US Centre for Disease Control and Prevention 80% darah dari anak 3-5 tahun melebihi ambang batas itu . Anak yang tinggal
atau bermain di jalan raya sering menghirup timbal dari asap kendaraan yang memakai
bahan bakar timbal. Timbal yang terserap oleh ibu hamil akan berakibat pada kematian janin
dan kelahiran prematur, berat lahir rendah bahkan keguguran.
Timbal tidak dapat terurai secara biologis dan toksisitasnya tidak berubah sepanjang
waktu. Anak dapat menyerap hingga 50% Timbal yang masuk ke dalam tubuh, sedang
pasien dewasa hanya menyerap 10-15%. Kadar Timbal 68 mikrogram atau l memicu
anak makin agresif, kurang konsentrasi, bahkan memicu kanker. ini diduga
meningkatkan masalah infeksi saluran pernapasan atas (ISPa... Indikasi ini membuktikan bahwa
pencemaran lingkungan sudah mencapai titik kritis dan memicu dampak yang
berat pada kesehatan kita terutama anak balita.
riset toksisitas menandakan bahwa kandungan timbal dalam darah sebanyak 100
mikrogram atau l dianggap sebagai tingkat aktif (level action) berdampak pada gangguan
pertumbuhan dan penyimpangan perilaku. Kandungan timbal 450 mikrogram atau l
memerlukan perawatan segera dalam waktu 48 jam, lebih dari 700 mikrogram atau l
memicu keadaan gawat secara medis (medical emergency), sedang di atas 1200
mikrogram atau l bersifat toksik dan memicu kematian pada anak.
tentang masalah lain yang ditemukan di luar negeri yaitu sebanyak 24 anak, berusia
sembilan bulan hingga 16 tahun, harus dirawat di rumah sakit sebab keracunan timbal yang
dipicu oleh pabrik-pabrik baterai di desa mereka di China timur. Itu yaitu masalah
terbaru dalam serangkaian masalah keracunan timbal dari pabrik baterai di China dalam
beberapa tahun terakhir. Kantor berita China, Xinhua, Rabu (5 atau 1) malam, mengatakan, pihak
berwenang searea sudah menutup dua pabrik baterai di Kabupaten Huaining di Provinsi
Anhui sesudah uji laboratorium menemukan bahwa setidaknya 200 anak searea memiliki
kandungan timbal yang tinggi dalam darah mereka. Sebanyak 24 pasien dari mereka bahkan
harus dirawat di rumah sakit.
Xinhua melaporkan, pabrik-pabrik itu terletak tepat di seberang jalan rumah warga
walau peraturan menetapkan bahwa pabrik baterai tidak boleh ada dalam radius 500
meter dari komunitas perumahan. Laporan itu tidak menyebutkan, kapan pabrik-pabrik itu
mulai beroperasi, atau apa jenis baterai yang diproduksi pabrik-pabrik itu .
Laporan itu juga tidak menjelaskan bagaimana anak-anak itu terpapar, namun pabrikpabrik baterai dapat mencemari udara dan tanah dengan emisinya. China yaitu
produsen dan konsumen terbesar timbal di dunia, yaitu sebuah komponen kunci dalam pembuatan baterai. masalah -masalah baru kerancunan timbal secara rutin mencuat di
negeri itu, yang menegaskan tingginya tingkat polusi di desa-desa di China. "Anak saya
sekarang rewel dan gelisah. Dia banyak berteriak," lapor Xinhua yang mengutip Huang
Dazhai, ayah pasien bocah berusia lima tahun yang memiliki kadar timbal 330,9 mikrogram
dalam setiap liter darahnya. Dengan kandungan timbal 100 mikrogram per liter saja sudah
cukup untuk merusak pertumbuhan otak pada anak-anak.
B. KARAKTERISTIK DAN SIFAT TIMBAL
Timbal (Pb... yaitu salah satu jenis logam berat yang sering juga dinamakan dengan istilah
timah hitam. Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia
yang aktif sehingga biasa dipakai untuk melapisi logam agar tidak muncul perkaratan.
Timbal yaitu logam yang lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat dan memiliki
bilangan oksidasi +2 ,
Timbal berpotensi nomor atom 82 dengan berat atom 207,20. Titik leleh timbal yaitu 1740
0C dan memiliki massa jenis 11,34 g atau cm3
bahwa logam Pb pada suhu 500-600 0C dapat menguap
dan membentuk oksigen di udara dalam bentuk timbal oksida (PbO). Dibawah ini yaitu
tabel yang menandakan beberapa sifat fisika yang dimiliki timbal.
Timbal yaitu salah satu logam berat yang berbahaya bagi makhluk hidup
sebab bersifat karsinogenik, memicu mutasi, terurai dalam jangka waktu lama
dan toksisistasnya tidak berubah ,Pb dapat mencemari udara, air,
tanah, tumbuhan, hewan, bahkan kita . Masuknya Pb ke tubuh kita dapat melalui
makanan dari tumbuhan yang biasa dikonsumsi kita seperti padi, teh dan sayursayuran. Logam Pb ada di perairan baik secara alamiah maupun sebagai dampak dari
aktivitas kita . Logam ini masuk ke perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan
bantuan air hujan. juga , proses korofikasi dari batuan mineral juga yaitu salah
satu jalur masuknya sumber Pb ke perairan ,
Timbal secara alami ada sebagai timbal sulfida, timbal karbonat, timbal sulfat dan
timbal Klorofosfat ,. Kandungan Pb beberapa batuan kerak bumi
beragam. Batuan eruptif seperti granit dan riolit memiliki kandungan Pb kurang lebih 200
ppm. Timbal (Pb... yaitu logam yang bersifat neurotoksin yang masuk dan
tertimbun dalam tubuh kita ataupun hewan, sehingga bahayanya pada tubuh
semakin meningkat ,Pb
biasanya dianggap sebagai racun yang bersifat akumulatif dan akumulasinya tergantung
levelnya. Hal itu menandakan bahwa ada pengaruh pada ternak bila ada pada
jumlah di atas batas ambang. mencantumkan
batas ambang untuk ternak unggas dalam pakannya, yaitu: batas ambang normal sebesar 1 -
10 ppm, batas ambang tinggi sebesar 20 - 200 ppm dan batas ambang toksik sebesar lebih
dari 200 ppm. Timbal (Pb... berdasar Lu (1995) dapat diserap dari usus dengan sistem transportasi t
aktif. transportasi t aktif melibatkan carrier untuk memindahkan molekul melalui membran
berdasar perbedaan kadar atau bila molekul itu yaitu ion. Pada saat terjadi
perbedaan muatan transportasi t, maka terjadi pengikatan dan memerlukan energi untuk
metabolisme ,
Toksisitas Logam Timbal
berdasar toksisitasnya, logam berat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu:
1. Hg, Cd, Pb, As, Cu dan Zn yang berpotensi sifat toksik yang tinggi,
2. Cr, Ni dan Co yang berpotensi sifat toksik menengah
3. Mn dan Fe yang berpotensi sifat toksik rendah (Connel and Miller, 1995)Toksisitas logam berat dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan biologi
lingkungan. Beberapa masalah keadaan lingkungan itu dapat mengubah laju penyerapan
logam dan mengubah keadaan fisiologis yang memicu berbahayanya pengaruh logam.
Akumulasi logam berat Pb pada tubuh kita yang terjadi secara terus menerus dapat
memicu anemia, kemandulan, penyakit ginjal, kerusakan syaraf dan kematian.
Timbal dalam bentuk anorganik dan organik memiliki toksitas yang sama pada kita .
contoh nya pada bentuk organik seperti tetraetil-timbal dan tetrametiltimbal (TEL dan TML).
Timbal dalam tubuh dapat menghambat aktivitas kerja enzim. Namun yang paling berbahaya
yaitu toksitas timbal yang dipicu oleh gangguan penyerapan kalsium Ca. ini
memicu terjadinya penarikan deposit timbal dari tulang itu ,
Timbal yaitu logam toksik yang bersifat kumulatif sehingga mekanisme toksitasnya
dibedakan berdasar beberapa organ yang dipengaruhinya, yaitu sebagai berikut :
a. Sistem hemopoeitik: timbal akan mengahambat sistem pembentukan hemoglobin
sehingga memicu anemia
b. Sistem saraf pusat dan tepi: memicu gangguan enselfalopati dan gejala
gangguan saraf perifer
c. Sistem ginjal : memicu aminoasiduria, fostfaturia, gluksoria, nefropati,
fibrosis dan atrofi glomerular
d. Sistem gastro-intestinal: memicu kolik dan konstipasi
e. Sistem kardiovaskular: memicu peningkatan permeabelitas kapiler pembuluh
darah
f. Sistem reproduksi: memicu kematian janin pada wanita dan hipospermi
dan teratospermia ,
Di perairan, timbal ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Kelarutan timbal
cukup rendah sehingga kadar timbal dalam air relatif sedikit. Bahan bakar yang mengandung
timbal juga memberi kontribusi yang berarti bagi keberadaan timbal dalam air ,
Siklus Biogeokimia Logam Berat
Biogeokimia yaitu salah satu disiplin ilmu alam yang mempelajari tentang proses-proses
kimia, fisika, geologi, dan biologi yang saling terkait yang membentuk komposisi dari
lingkungan alam (yang masuk di dalam sini antara lain biosfer, hidrosfer, pedosfer,
atmosfer, dan litosfer). Secara khusus, biogeokimia yaitu riset tentang siklus dari unsurunsur kimia, seperti karbon, nitrogen, air, fosfor, dan interaksi mereka dan
penggabungan ke dalam makhluk hidup yang diangkut melalui sistem skala bumi biologis
dalam ruang melalui waktu. Siklus biogeokimia yaitu suatu - siklus senyawa kimia
yang mengalir dari komponen biotik dan abiotik dan lalu kembali lagi ke kompenen
biotik, komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur
itu tidak hanya melalui organisme, namun juga melibatkan reaksi - reaksi kimia dalam
lingkungan abiotik sehingga dinamakan siklus biogeokimia. Fungsi siklus biogeokimia yaitu
sebagai siklus materi yang mengembalikan semua unsur-unsur kimia yang sudah terpakai
oleh semua yangada di bumi baik komponen biotik maupun komponen abiotik, sehingga
kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga.
ada tiga kompartemen yang terlihat dalam siklus biogeokimia logam
dalam air, yaitu:
1. Kompartemen logam yang terlarut yaitu ion logam bebas, kompleks, dan koloidal ikatan
senyawanya.
2. Kompartemen partikel abiotik, terdiri atas bahan kimia organik dan anorganik.
3. Kompartemen partikel biotik, terdiri atas fitoplankton dan bakteri di dalam laut dangkal
dan laut dalam, area pantai, dan muara sungai yang menempel pada tanaman.
Tingkah laku logam dalam lingkungan perairan bergantung pada karakterisasi logam
yang biasa dinamakan spesiasi logam. Spesiasi logam akan mempengaruhi hadirnya logam dalam
jaringan biologi (bioavailability) dan toksisitasnya pada biota, transportasi dan mobilisasi,
dan interaksi dengan tanah. Seperti mobilitas, bioavailabilitas, toksisitas, dan nasib dari
lingkungan semuanya dikendalikan oleh transformasi biogeokimia ,
Siklus Biogeokimia dari logam berat dapat dipercepat sebab kegiatan dari kita .
Akumulasi dan pergerakan dari ion logam dapat mengubah keadaan lingkungan yang
memicu gangguan struktur dan fungsi dari ekosistem , Logam berat
masuk melalui dua proses alamiah yaitu agroekosistem dan antropogenik. Proses
antropogenik mencakup pemasukan logam berat melalui pemakaian pupuk, bahan organik,
limbah industri, dan lain-lain. Proses itu memberi kontribusi yang bervariasi dari
logam berat ke dalam agroekosistem. Beberapa tanah sudah ditemukan memiliki beberapa
kandungan logam berat yaitu racun bagi tanaman dan tumbuhan liar, jumlahnya
tinggi sebab elemen terebut yaitu elemen utama ,.Timbal (Pb... Pada Tanaman
Kerusakan sebab pencemaran muncul sebab adanya akumulasi toksik
dalam tubuh tumbuhan, perubahan pH, peningkatan atau penurunan aktivitas enzim,
rendahnya kandungan asam askorbat di daun, tertekannya fotosintesis, peningkatan
respirasi, produksi bahan kering rendah, perubahan permeabilitas, terganggunya
keseimbangan air dan penurunan kesuburannya dalam waktu yang lama. Gangguan
metabolisme berkembang menjadi kerusakan kronis dengan konsekuensi tak beraturan.
Tumbuhan akan berkurang produktivitasnya dan kualitas hasilnya juga rendah ,
Beberapa penelitian menandakan bahwa pencemaran memicu
menurunnya pertumbuhan dan produksi tanaman dan diikuti dengan gejala yang
tampak (visible symptoms). Kerusakan tanaman sebab pencemaran berawal dari tingkat
biokimia (gangguan proses fotosintesis, respirasi, dan biosintesis protein dan lemak),
lalu tingkat ultrastruktural (disorganisasi sel membran), lalu tingkat sel
(dinding sel, mesofil, pecahnya inti sel) dan diakhiri dengan terlihatnya gejala pada jaringan
daun seperti klorosis dan nekrosis ,
Tanaman yang tumbuh diarea dengan tingkat pencemaran tinggi dapat mengalami
berbagai gangguan pertumbuhan dan rawan akan berbagai penyakit, antara lain klorosis,
nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat
menghambat proses fotosintesis
tingginya kandungan Pb pada jaringan tumbuhan memicu berkurangnya kadar klorofil
daun sehingga proses fotosintesis terganggu, lalu berakibat pada berkurangnya
hasil produksi dari suatu tumbuhan.
Tanaman mampu mengpenyerapan Pb sehingga dapat berperan dalam membersihkan dari
polusi. Namun demikian, keefektifan tanaman dalam menyerap polutan sampai batas
tertentu akan semakin berkurang dengan peningkatan konsentrasi polutan. Pada suatu batas
ketahanan masing-masing jenis, tanaman juga menampakkan gejala kerusakan akibat polusi.
Dampak lanjutannya yaitu terganggunya fungsi tanaman dalam lingkungan. juga ,
kerusakan tanaman akibat terpapar Pb juga memicu pertumbuhan dan penampilan
tanaman yang tidak optimal, berupa terjadinya nekrosis, klorosis dan terhambatnya
pertumbuhan tanaman. keadaan itu memicu penampilan tanaman yang tidak
estetis. Kemampuan tanaman mereduksi Pb bervariasi berdasar jenisnya ,pertumbuhan tanaman terhambat sebab
terganggunya proses fotosintesis akibat kerusakan jaringan daun. Hal itu ditunjang oleh
penelitian yang menjukkan bahwa pencemaran udara memicu
penurunan kandungan klorofil-a dan klorofil-b tanaman. Penurunan itu dipicu zat
pencemar merusak jaringan polisade dan bunga karang yaitu jaringan yang
banyak mengandung kloroplas.
Masuknya partikel timbal ke dalam jaringan daun dipengaruhi oleh ukuran dan
jumlah dari stomata. Semakin besar ukuran dan semakin banyak jumlah stomatanya maka
semakin besar pula penyerapan timbal yang masuk ke dalam daun. walau mekanisme
masuknya timbal ke dalam jaringan daun berlangsung secara pasif, namun ini didukung pula
oleh bagian yang ada di dalam tanaman dan daun yaitu bagian yang paling kaya
akan unsur-unsur kimia , maka mungkin akumulasi timbaldidalam jaringan daun akan lebih besar. Timbal ini akan tertimbun didalam jaringan
polisade (jaringan pagar). Celah stomata berpotensi panjang sekitar 10 pm dan lebar antara
2 -7 pm. sebab ukuran Pb yang demikian kecil, yaitu kurang dari 4 pm dan rerata 0,2
pm maka partikel akan masuk ke dalam daun lewat celah stomata dan menetap dalam
jaringan daun dan menumpuk di antara celah sel jaringan pagar atau polisade dan atau jaringan
bunga karang atau spongi tissue ,
Tumbuhan dapat tercemar logam berat melalui penyerapan akar dari tanah atau melalui
stomata daun dari udara. Faktor yang mempengaruhi kadar timbal dalam tumbuhan
yaitu jangka waktu kontak tumbuhan dengan timbal, kadar timbal dalam perairan, morfologi
dan fisiologi dan jenis tumbuhan. Dua jalan masuknya timbal ke dalam tumbuhan yaitu
melalui akar dan daun. Timbal sesudah masuk ke dalam tumbuhan akan diikat oleh membran
sel, mitokondria dan kloroplas, sehingga memicu kerusakan fisik. Kerusakan
tersembunyi dapat berupa penurunan penyerapan air, pertumbuhan yang lambat, atau
pembukaan stomata yang tidak sempurna ,
Kemampuan tanaman menyerap Pb beragam antar jenis tanaman. Damar (Agathis alba), Mahoni (Swetenia macrophylla), Jamuju (Podocarpus
imbricatus), Pala (Mirystica fragrans), Asam landi (pithecelobium dulce... , dan Johal (Cassia
siamea... memiliki kemampuan sedang sampai tinggi dalam menurunkan Pb di udara. Glodogan
tiang (Polyalthea longifolia), Keben (baringtonia asiatica), dan Tanjung (Mimusops elengi)
memiliki kemampuan menyerap Pb rendah namun tidak peka pada pencemaran udara,
sedang Daun Kupu-kupu (Bauhinia purpurea... dan Kesumba (Bixa orellana... memiliki
kemampuan rendah dan tidak tahan pada pencemaran udara
Beberapa Komoditas atau Sumber Pb yang Banyak Terjadi Kontak
Sumber Timbal yang banyak terjadi kontak dengan kita diantaranya:
1. Udara
berdasar penelitian diketahui : pencemaran oleh timbal terbesar berada
di udara, yaitu sekitar 85%. Pencemaran itu terutama dari sisa gas buang dari
pembakaran bahan bakar kendaraan yang belum bebas dari timbal. Kota Jakarta, selama ini
dinamakan salah satu kota di Asia yang memiliki tingkat polusi udara paling buruk
,Timbal di udara terutama berasal dari pemakaian bahan bakar bertimbal
yang dalam pembakarannya melepaskan timbal oksida berbentuk debu atau partikulat yang
terhirup oleh kita . Mobil berbahan bakar yang mengandung timbal melepaskan 95 persen
timbal yang mencemari udara di Negara berkembang. Partikel timbal yang ada dalam
asap kendaraan bermotor berukuran 0,02–1,00 µm, dengan masa tinggal di udara mencapai
4–40 hari. Partikel yang kecil ini memungkinkan timbal terhirup dan masuk sampai ke paru paru. Timbal dalam bentuk gas akan masuk ke dalam tubuh dan dapat terikat di dalam
darah. Batas normal timbal dalam darah yaitu 400 μg atau l darah ,
2. Sayuran
Sumber pencemaran timbal yang lain berasal dari berbagai komoditi sayuran yang
ditanam di tepi jalan raya. Sayuran itu dapat terkontaminasi oleh timbal. Penelitian
menandakan bahwa teh yang ditanamdi di dekat jalan raya yang padat akan lalu lintas
mengandung timbal dengan melebihi ambang batas ,
3. Air
Sumber utama adanya timbal di air berasal dari pembuangan limbah yang mengandung
timbal. Salah satu industri yang dalam air limbahnya mengandung timbal yaitu industri
aki penyimpanan di mobil, di mana elektrodanya mengandung 93% timbal dalam bentuk
timbal oksida (PbO2). Public Health Service Amerika Serikat menetapkan bahwa sumbersumber air untuk masyarakat tidak boleh mengandung timbal lebih dari 0,05 mg atau L, sedang
WHO menetapkan batas timbal di dalam air sebesar 0,1 mg atau L. Dalam mengkontaminasi
sumber air, hampir semua timbal ada dalam sedimen, dan sebagian lagi larut dalam air
(Fardiaz,2001). Timbal yang ada di dalam air dapat masuk ke dalam organisme di perairan, dan
bila air itu yaitu sumber air konsumsi masyarakat maka timbal itu tentunya
akan masuk ke dalam tubuh kita . Baku mutu timbal di perairan berdasar PP No. 20
tahun 1990 yaitu 0,1 mg atau l. Pada analisa kandungan timbal dalam tumbuhan air diperoleh
13,0 mg atau kg timbal pada pajanan 10 μg atau l. Akar tumbuhan mengandung 2,5 kali lebih tinggi
dari batang.
4. Di Tanah
Keberadaan timbal di dalam tanah dapat berasal dari emisi kendaraan bermotor, di
mana partikel timbal yang terlepas ke udara, secara alami dengan adanya gaya gravitasi,
maka timbal itu akan turun ke tanah. Kandungan timbal dalam tanah bervariasi
contoh nya sebab kepadatan lalu lintas, jarak dari jalan raya dan keadaan transportasi tasi.
Kandungan timbal lebih banyak ditemukan pada permukaan tanah sampai beberapa cm di
bawahnya.
Kandungan timbal di tanah yang belum diolah 6 – 20 ppm, dan pada tanah yang sudah
diolah mencapai 300 ppm. Logam berat, seperti timbal, di dalam tanah ditemukan juga
dalam bentuk ion. Logam yang tidak terikat dengan senyawa kompleks bersifat larut dan
relatif tersedia bagi tanaman. Adanya senyawa organik di dalam tanah dapat mengikat logam
menjadi senyawa kompleks sehingga dapat mengurangi bahaya akumulasi logam di dalam
tanaman (Stevenson, 1982 dalam Shiela, 1994).1. Dalam Bahan Pangan.
Bahan pangan yang dikonsumsi kita juga mengandung timbal secara alami. Pada
ikan dan binatang lain yang mengandung timbal 0,2-2,5 mg atau kg, pada daging atau telur
mengandung timbal sebesar 0-0,37 mg atau kg, padi-padian mengandung timbal sebesar 0-1,39
mg atau kg dan sayur-sayuran mengandung 0-1,3 mg atau kg.
Bagi kebanyakan pasien , sumber utama asupan timbal yaitu makanan yang biasanya
mengandung 100-300 mikrogram atau hari. Makanan atau minuman yang dikemas dalam kaleng,
terutama yang bersifat asam, terbukti dari hasil penelitian kadar Pb dalam kemasan kaleng
sebesar 637,64 ± 94,25 ppm dan kadar Pb yang bermigrasi ke dalam makanan atau minuman bisa
mencapai 0,171 ± 0,02 ppm. Makanan yang mengandung kadar timbal yang tinggi yaitu dari
kelompok makanan kaleng, seperti terlihat pada daftar di bawah .
Daftar kelompok makanan yang tercemar timbal :
a. Makanan kaleng : 50 - 100 mikrogram atau kg.
b. Hasil ternak (hati, ginjal) : 150 mikrogram atau kg.
c. Daging : 50 mikrogram atau kg.
d. Ikan : 170 mikrogram atau kg.
e. Udang dan kerang : >250 mikrogram atau kg.
f. Susu sapi, buah dan sayuran : 15 - 20 mikrogram atau kg.
6. Perhiasan dan Kosmetik
Kematian pasien anak sesudah menelan sebuat liontin yang mengandung timbal tanpa
disengaja pada tahun 2004 mendorong CLEARCorps, sebuah kelompok advokasi nirlaba yang
berbasis di AS, untuk melakukan skrining nasional di tingkat ritel pada kadar timbal pada
perhiasan anak-anak. Lebih dari 8% barang yang diuji mengandung setidaknya satu komponen
dengan kandungan timbal yang lebih tinggi dari standar yang diterima, dengan beberapa
barang yang mengandung timbal lebih dari 60%.
mungkin lainnya terjadi kontaminasi timbal di negara kita berasal dari kosmetik,
perhiasan dan cat. Celak yaitu salah satu kosmetik untuk mata, hampir sama dengan
maskara, banyak dipakai oleh wanita di Timur Tengah. Sebuah penelitian oleh Ashban et al
(2004) menemukan bahwa banyak celak dari Saudi Arabia terkontaminasi dengan timbal.
7. Pakaian
Penarikan jutaan kepingan risleting akibat tingkat timbal yang berlebihan pada 2005
menciptakan mimpi buruk logistik dan finansial bagi perusahaan-perusahaan yang terlibat.
Bahkan, tinta pada barang-barang yang di cetak (silk screened... dapat mengandung tingkat
timbal yang tinggi.8. Plastik
Dari kontak makan hingga boneka film aksi (action figure... , roda kereta mainan hingga bak
mandi, produk-produk plastik yang mengandung timbal sebagai zat pewarna atau pengatur
keseimbangan berbahaya bagi anak-anak. Kontaminasi timbal dalam mainan di negara kita juga
sudah digolongkan berbahaya. Kebanyakan mainan yang terkontaminasi dengan timbal
yaitu mainan import dari Cina (Qamariah 2007).
9. Keramik & Peralatan Makan
Kekhawatiran tentang timbal dalam produk konsumen melampaui mainan dan
perhiasan hingga ke potensi bahaya pada mangkok keramik, kendi, dan peralatan makan
lainnya. Masalah utamanya yaitu glasir, yang memicu produk berkilau dan memiliki warna
yang beragam. bila glasir tidak disegel pada suhu yang cukup tinggi, timbal dapat terlepas dari
barang itu sehingga berpotensi pada kadar timbal yang tinggi dalam darah. Baru-baru
ini, puluhan ribu mangkok ditarik kembali di Jepang sebab glasirnya mengandung timbal yang
berlebihan, dan memicu sakit setidaknya satu pasien . Badan pangan dan Obat AS (U.S. Food
and Drug Administration - FDa... mengatur penjualan peralatan makan yang mengandung
timbal.
Interaksi Pb yang Masuk ke dalam Tubuh
Pb dipercaya berinteraksi secara kovalen dengan ion fosfat tertier pada asam
nukleat. Efek keracunan Pb dihasilkan dari interaksi Pb dengan gugus sulfidril dan ligan-ligan
yang lain pada enzim-enzim dan makromolekul yang lain. Organ target utama Pb yaitu
sistem hematopoetik, sistem saraf pusat, sistem saraf tepi, dan ginjal. Timbal dapat masuk
kedalam tubuh kita melalui pernafasan, pemaparan maupun saluran pencernaan. Lebih
kurang 90 % partikel timbal dalam asap atau debu halus di udara dihisap melalui saluran
pernafasan. Penyerapan di usus mencapai 5 – 15% pada pasien dewasa. Pada anak-anak lebih
tinggi yaitu 40% dan akan menjadi lebih tinggi lagi bila si anak kekurangan kalsium, zat besi
dan zinc dalam tubuhnya. Yang lebih menghawatirkan yaitu efeknya pada kecerdasan
(IQ) anak – anak, sehingga menurunkan prestasi belajar mereka, walaupun kadar timbal di
dalam darah mereka tidak dianggap toksik.
Pengaruh Pb pada eritrosit banyak dilihat sebab affinitas eritrosit pada
Pb tinggi. Eritrosit mengikat 99% Pb dalam darah. Pb ini memicu destabilitas
membran sel, menurunkan fluiditas membran dan meningkatkan kecepatan hemolisis. Pb
dianggap sebagai agen hemolitik seperti juga tembaga dan air raksa, memicu
penghancuran eritrosit melalui pembentukan peroksida-peroksida lipid dalam membran sel.Pb pada gasoline (bensin) memiliki dampak negatif pada lingkungan hidup termasuk
kepada kesehatan kita , salah satunya yaitu pemicu potensi pada peningkatan
akumulasi kandungan Pb dalam darah. Efek hematotoksisitas Pb yaitu menghambat aktifitas
Enzim-aminolevulinat dehydrogenase (-aminolevulinic acid dehydrogenase = -ALAd... dalam
eritroblas sumsum tulang dan eritrosit pada sintesis heme.
Gejala dari dampak keterpaparan timbal secara akut maupun kronis secara visual akan
muncul, diantaranya:
1. Keracunan Akut
Keracunan timbal akut jarang terjadi. Keracunan timbal akut secara tidak sengaja yang
pernah terjadi yaitu sebab timbal asetat. Gejala keracunan akut mulai muncul 30 menit
sesudah meminum racun. Berat ringannya gejala yang muncul tergantung pada dosisnya.
Keterpaparan timbal secara akut melalui udara yang terhirup memicu gejala rasa
lemah, lelah, gangguan tidur, sakit kepala, nyeri otot dan tulang, sembelit, nyeri perut, dan
kehilangan nafsu makan sehingga memicu anemia.
2. Keracunan Subakut
Keracunan subakut terjadi bila pasien berulang kali terpapar racun dalam dosis kecil,
contoh nya timbal asetat yang memicu gejala-gejala pada sistem syaraf yang lebih
menonjol, seperti rasa kebas, kaku otot, vertigo dan paralisis flaksid pada tungkai. Keadaan ini
lalu akan diikuti dengan kejang-kejang dan koma. Gejala umum meliputi penampilan
yang gelisah, lemas dan depresi. Penderita sering mengalami gangguan system pencernaan,
pengeluaran urin sedikit, berwarna merah. Dosis fatal : 20 - 30 gram. Periode fatal : 1-
3 hari.
3. Keracunan Kronik
Keracunan timbal dalam bentuk kronis lebih sering terjadi dibandingkan keracunan akut.
Keracunan timbal kronis lebih sering dialami para pekerja yang terpapar timbal dalam bentuk
garam pada berbagai industri, sebab itu keracunan ini dianggap sebagai penyakit industri.
seperti penyusun huruf pada percetakan, pengatur komposisi media cetak, pembuat huruf
mesin cetak, pabrik cat yang memakai timbal, petugas pemasang pipa gas. Bahaya dan
resiko pekerjaan itu ditandai dengan TLV 0,15 mikrogram atau m3 , atau 0,007 mikrogram atau m3 bila
sebagai aerosol. Keracunan kronis juga muncul pada pasien yang minum air yang dialirkan
melalui pipa timbal, juga pada pasien yang berpotensi kebiasaan menyimpan Ghee (sejenis
makanan di India... dalam bungkusan timbal. Dampak kronis dari keterpaparan timbal diawali dengan kelelahan, kelesuan,
irritabilitas, dan gangguan gastrointestinal. Keterpaparan yang terus-menerus pada sistem
syaraf pusat menandakan gejala insomnia (susah tidur), bingung atau pikiran kacau,
konsentrasi berkurang, dan gangguan ingatan. Beberapa gejala lain yang dipicu
keterpaparan timbal secara kronis berdasar Naria (2005), diantaranya yaitu kehilangan
libido, infertilitas pada laki-laki, gangguan menstruasi, dan aborsi spontan pada wanita.
juga , timbal juga dinamakan penghambat sterilitas, keguguran, dan kematian janin.
Suksinil-KoA + Glisin dibantu oleh ALA sintetase ïƒ 3 – Aminolevulinat (tinggi dalam urin dan
plasma... dibantu oleh 3-ALA dehidratase ïƒ Porfobilinogen ïƒ Uroporfirinogen III
ïƒ Koproporfirinogen III (tingggi dalam urin) dibantu oleh Koproporfirinogen dekarboksilasi ïƒ
Protoporfirin IX + Besi maka akan tertimbun dalam eritrosit yang lalu dibantu oleh
Ferokelatase ïƒ Heme.
Pb menghambat sintesis heme melalui inhibisi daminolevulinat dehidratase (ALAd... ,
ferokelatase, dan pemakaian koproporfirin. Ini memicu akumulasi asam levulinat,
koproporfirin dan protoporfirin IX dan Fe nonheme dalam eritrosit. Penghambatan sintesis
heme ditunjukan dengan terjadinya anemia. Pb juga menginhibisi enzim pirimidin-5'-
nukleotiase yang meningkatkan kerapuhan eritrosit. Indikasi tercemar oleh Pb terlihat
dalam urin dengan adanya asam levulinat (ALA). Sistem saraf yaitu jaringan target
perlu toksisitas Pb, terutama bayi dan anak-anak yang system sarafnya masih berkembang.
Pemaparan Pb tingkat rendah pada anak-anak memperlihatkan hiperaktivitas, menurunnya
daya ingat dan gangguan penglihatan. Paparan Pb tingkat tinggi memicu
ensefalopad pada anak-anak dan pasien dewasa. Pb dapat merusak arteriol dan kapiler,
sehingga memicu edema serebral dan penurunan neuronal. Secara klinis kerusakan ini
memicu ataksia, koma dan kejang-kejang. Sistem lain yang dipengaruhi oleh Pb yaitu
sistem reproduksi. Paparan Pb memicu toksisitas pada sistem reproduksi wanita
dan pria seperti terjadinya keguguran dan memburuknya keturunan.
Timbal (Plumbum) beracun baik dalam bentuk logam maupun garamnya. Garamnya
yang beracun yaitu : timbal karbonat (timbal putih); timbale tetraoksida (timbal merah);
timbal monoksida; timbal sulfida; timbale asetat (yaitu pemicu keracunan yang paling
sering terjadi). Ada beberapa bentuk keracunan timbal, yaitu keracunan akut, subakut dan
kronis. Nilai ambang toksisitas timbal (total limit values atau TLV) yaitu 0,2 miligram atau m3.
Gejala gejala
gejala keracunan timbal terlihat pada system pencernaan berupa muntah
– muntah, nyeri kolik abdomen, rasa logam dan garis biru pada gusi, konstipasi kronis. Pada
sistem syaraf pusat berupa kelumpuhan ( wrist drop, foot drop, biasanya ada pada pria dewasa). Sistem sensoris hanya sedikit mengalami gangguan, sedang ensefalopati sering
ditemukan pada anak-anak. Gejala keracunan ini pada sistem jantung dan peredaran darah
berupa anemia, basofilia pungtata, retikulosis, berkurangnya trombosit dan sel
polimorfonuklear, hipertensi dan nefritis, artralgia ( rasa nyeri pada sendi ). Gejala pada bagian
kandungan dan kebidanan berupa gangguan menstruasi, bahkan muncul abortus.
diagnosa dapat dilakukan melalui pemeriksaan urine (jumlah koproporfirin III meningkat ).
Pemeriksaan ini yaitu pemeriksaan yang paling disarankan sebagai screening test pada
keracunan timbal. Kadar timbal dalam urin juga bisa membantu menegakkan diagnosa , saat
kadarnya diatas 0,2 mikrogram atau liter, dianggap sudah cukup bermakna untuk diagnosa
keracunan timbal. Pemeriksaan sinar-x pada anak-anak untuk melihat garis yang radio-opak
pada metafisis tulang-tulang panjang bisa dipakai untuk menegakkan diagnosa keracunan
timbal.
analisa Logam Timbal dengan AAS
analisa kadar logam berat seperti Pb dapat dilakukan dengan metode Atomic
Absorbtion Spectrophotometer (AAS). Pemilihan metode spektrometri serapan atom sebab
berpotensi sensitifitas tinggi, mudah, murah, sederhana, cepat, dan cuplikan yang
diperlukan sedikit (Supriyanto, dkk., 2007). analisa memakai AAS juga lebih sensitif,
khusus untuk unsur yang ditentukan, dan dapat dipakai untuk penentuan kadar unsur yang
konsentrasinya kecil tanpa harus dipisahkan terlebih dahulu. AAS yaitu
instrumen yang dipakai untuk menentukan kadar suatu unsur dalam senyawa berdasar
serapan atomnya. dipakai untuk analisa senyawa anorganik, atau logam (golongan alkali
tanah unsur transisi). Spektrum yang diukur yaitu pada area UV-Vis. specimen yang diukur
harus dalam bentuk larutan jernih.
1. Prinsip AAS
Metode AAS berprinsip pada penyerapan cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya
itu pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. specimen Pb
diatomisasi dengan nyala maupun dengan tungku. Pada atomisasi temperatur harus benarbenar terkendali dengan hati-hati agar proses atomisasinya sempurna. Biasanya
temperatur dinaikkan secara bertahap, untuk menguapkan dan sekaligus mendisosiasikan
senyawa yang dianalisa .
Sumber radiasi harus bersifat sumber yang terusmenerus . analisa dengan AAS menganut hukum
Lambert Beer untuk menyatakan hubungan antara absorbansi yang terukur dengan
konsentrasi specimen . Komponen-komponen spektrofotometer serapan atom (AAS) dapat
dilihat pada gambar 2. Keterangan gambar :
1. Suplai daya atau sumber sinar
2. Sistem pengatoman
3. Monokromator
4. Deterktor
5. Sistem pembacaan
Keterangan :
1. Sumber sinar atau sistem, untuk menghasilkan sinar dengan energi tertentu dan sesuai
dengan atom penyerap. Sumber radiasi harus dapat mengisikan radiasi dengan energi yang
sama dengan penyerapan atom specimen .
2. Sistem pengatoman atom-atom bebas sebagai media absorsi atau sel serapan. Sistem
pengatoman (atomizer) ada dua tipe pengatoman yaitu flame dan flameless.
3. Monokromator untuk keperluan menyeleksi berkas atau spectra sesuai yang dikehendaki.
4. Detector atau system fotometri untuk mengukur intensitas sinar sebelum dan sesudah
melalui medium serapan (medium serapan yaitu atom bebas).
5. Sistem pembacaan, yaitu bagian yang menampilkan suatu angka atau gambar yang
dapat di baca.
2. Preparasi specimen
Pada Spektrofotometer Serapan Atom, specimen diperlukan dalam berntuk cair atau
larutan. specimen yang berbentuk solid harus dilarutkan dengan pelarut yang sesuai. bila
specimen tidak larut, specimen dapat dihancurkan, dengan hotplate atau dengan microwave,
memakai HNO3, H2SO4 atau HCLO4. Cara alternatif yaitu specimen dapat diekstraksi
dengan soxhlet (Harvey, 2000). specimen cair dapat langsung diidentifikasi tanpa perlu
melakukan preparasi specimen . Larutan kompleks seperti darah dapat dilarutkan dengan air
ultra murni (ultrapure water), untuk mengurangi gangguan dalam analisa . bila konsentrasyang diuji diluar kapabilitas teknis, maka harus dilakukan pengekstrasian atau dipakai
metode lainnya (Settle,1997).
Preparasi specimen menentukan keberhasilan dalam suatu analisa . Preparasi
specimen yang dilakukan yaitu dengan metode pengabuan kering (dry ashing... atau
pengabuan basah (wet digestion). Pemilihan metode pengabuan itu tergantung pada
sifat zat organik dalam specimen , sifat zat anorganik yang ada dalam bahan, logam berat yang
akan dianalisa dan peka yang dipakai (Apriyanto, 1989).
3. Dekstruksi Basah
Dekstruksi basah yaitu pemanasan specimen (organik atau biologis) dengan adanya
pengoksidasi kuat seperti asam mineral baik tunggal maupun campuran. bila dalam
specimen dimasukkan zat pengoksidasi, lalu dipanaskan pada temperatur yang cukup tinggi dan
bila pemanasan dilakukan secara kontinu pada waktu yang cukup lama, maka specimen akan
teroksidasi sempurna sehingga meninggalkan berbagai elemen-elemen pada larutan asam
dalam bentuk senyawa anorganik yang sesuai untuk dianalisa (Anderson, 1987).
Dekstruksi basah intinya yaitu pemakaian asam nitrat untuk mendekstruksi
zat organik pada suhu rendah dengan maksud mengurangi kehilangan mineral akibat
penguapan. Pada tahap lalu , proses sering berlangsung cepat akibat
pengaruh asam perklorat atau hidrat peroksida. Dekstruksi basah dipakai
untuk menganalisa arsen, tembaga, timah hitam, timah putih, dan seng.
Ada tiga macam cara kerja dekstruksi basah, yaitu :
1. Dekstruksi basah memakai HNO3 dan HClO4
2. Dekstruksi basah memakai HNO3, H2SO4 dan HClO4
3. Dekstruksi basah memakai HNO3, H2SO4 dan H2O2
4. Dekstruksi Kering
Dekstruksi kering yaitu biasa dipakai dengan cara membakar
habis bagian organik dan meninggalkan residu anorganik sebagai abu untuk analisa lebih
lanjut. Pada destruksi kering suhu pengabuan harus diperhatikan sebab banyak elemen abu
yang menguap pada suhu tinggi, juga suhu pengabuan juga memicu
dekomposisi senyawa tertentu. sebab itu suhu pengabuan untuk setiap bahan berbedabeda bergantung komponen yang ada dalam bahan itu .
Pengabuan kering dapat diterapkan pada hampir semua analisa mineral, kecuali merkuri
dan arsen. Cara ini lebih memerlukan sedikit ketelitian sehingga mampu menganalisa bahan
lebih banyak dibandingkan pengabuan basah. (Apriyanto, 1989). Namun pada destruksi kering
sering terjadi kehilangan unsur-unsur mikro tertentu sebab suhu pemanasan yang tinggi,
dapat juga terjadi reaksi antara unsur dengan tempat .berdasar Sumardi (1981: 507), metode destruksi basah lebih baik dibandingkan cara kering
sebab tidak banyak bahan yang hilang dengan suhu pengabuan yang tinggi. ini
yaitu salah satu faktor mengapa cara basah lebih sering dipakai oleh para peneliti.
Di samping itu destruksi dengan cara basah biasanya dilakukan untuk memperbaiki cara kering
yang biasanya memerlukan waktu yang lama.
5. gangguan pada Pemeriksaan
a. Ganguan kimia
Gangguan kimia terjadi bila unsur yang dianailsis mengalami reaksi kimia dengan
anion atau kation tertentu dengan senyawa yang refraktori, sehingga tidak semua analiti
dapat teratomisasi. Untuk mengatasi gangguan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1)
pemakaian suhu nyala yang lebih tinggi, 2) penambahan zat kimia lain yang
dapatmelepaskan kation atau anion pengganggu dari ikatannya dengan analit. Zat kimia lai
yang ditambahkan dinamakan zat pembebas atau zat pelindung
halaman 7
b. Gangguang Matrik
Gangguan ini terjadi bila specimen mengandung banyak garam atau asam, atau bila
pelarut yang dipakai tidak memakai pelarut zat standar, atau bila suhu nyala untuk
larutan specimen dan standar berbeda. Gangguan ini dalam analisa kualitatif tidak terlalu
bermasalah, namun mengganggu dalam analisa kuantitatif. Untuk mengatasi gangguan
ini dalam analisa kuantitatif dapat dipakai cara analisa penambahan standar (Standar
Adisi).
c. Gangguan Ionisasi
Gangguan ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi sehingga mampu melepaskan
electron dari atom netral dan membentuk ion positif. Pembentukan ion ini mengurangi jumlah
atom netral, sehingga isyarat penyerapan akan berkurang juga. Untuk mengatasi masalah ini
dapat dilakukan dengan penambahan larutan unsur yang mudah diionkan atau atom yang
lebih elektropositif dari atom yang dianalisa , contoh nya Cs, Rb, K dan Na. penambahan ini dapat
mencapai 100-2000 ppm.
d. penyerapan Latar Belakang (Back Ground...
penyerapan Latar Belakang (Back Ground... yaitu istilah yang dipakai untuk
menandakan adanya berbagai pengaruh, yaitu dari penyerapan oleh nyala api, penyerapan
molecular, dan penghamburan cahaya.
Prosedur Pemeriksaan
A. Pembuatan Larutan Standar Timbal (Pb...
a. Larutan Baku Timbal (Pb... 100 ppm 1) Pipet 1 mL larutan baku timbal (Pb... 1000 ppm dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100
mL.
2) Tambahkan larutan pengencer (aquadest) sampai tanda batas.
b. Pembuatan Larutan Seri Standar Timbal (Pb...
1) Larutan baku Timbal (Pb... 10 ppm dipipet 0,0 mL; 0,5 ml; 1,0 mL; 2,0 mL; 5,0 mL; 10,0 mL;
dan 20,0 mL.
2) Masing-masing larutan dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL.
3) Larutan ditambahkan larutan pengencer (aquadest) sampai tanda batas, hingga
diperoleh kadar Timbal (Pb... 0,0 ppm; 0,05 ppm; 0,1 ppm; 0,2 ppm; 0,5 ppm; 1 ppm; dan
2 ppm.
4) Pengukuran larutan standar dengan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) pada
panjang gelombang 283,3 nm.
B. Cara Pemeriksaan specimen
1) specimen dihomogenkan dengan cara di kocok.
2) Dimasukkan 100 mL specimen yang sudah dihomogenkan ke dalam gelas piala.
3) Tambahkan 5 mL asam nitrat (HNO3) ke dalam gelas piala yang berisi specimen .
4) specimen dipanaskan di pemanas listrik sampai larutan specimen hampir kering.
5) specimen yang hampir kering itu , lalu ditambahkan 50 mL aquadest.
6) specimen disaring dengan kertas saring dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL
7) Tambahkan aquadest sampai tanda batas.
8) Pengukuran kadar specimen dengan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) pada panjang
gelombang 283,3 nm.
C. Pembuatan kurva kalibrasi
1) Pembuatan kurva kalibrasi dlakukan sebagai berkut :
2) Alat AAS diatur dan dioptimalkan sesuai dengan petunjuk pemakaian alat untuk pengujian
logam.
3) Diukur masing-masing larutan kerja yang sudah dibuat pada panjang gelombang 283,3 nm.
lalu dicatat masing-masing serapannya (absorbans).
4) Dibuat kurva kalibrasi dari data-data yang sudah diperoleh dan ditentukan persamaan garis
lurusnya yaitu Y = bX + a
D. Cara Pengujian specimen
Diukur masing-masing larutan uji yang sudah dipreparasi pada panjang gelombang 283,3 nm
dengan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) memakai lampu holow katoda Pb.
alam bab ini kita akan membahas tentang sianida dan karbonmonoksida dan
permasalahannya. Sianida yaitu racun yang mematikan dan dipakai
sejak ribuan tahun yang lalu. Efek dari sianida ini cepat dan dapat
memicu kematian dalam jangka waktu beberapa menit . Sianida dalam tubuh
kita dapat menghambat pernafasan jaringan. Kadar sianida yang tinggi dalam darah
memicu efek seperti jari tangan dan kaki lemah, susah berjalan dan pandangan
buram. Sianida biasanya ditemukan tergabung dalam bahan kimia lain membentuk suatu
senyawa sianida. contoh: senyawa sianida yang sederhana yaitu hidrogen sianida.
Hidrogen sianida dinamakan juga formonitril, sedang dalam bentuk cairan dinamakan asam
hidrosianik.
Karbonmonoksida (CO) yaitu salah satu pemicu keracunan yang
berakibat fatal sampai kematian. Dalam bab ini kita akan dibahas toksokinetika CO dan
patofisiologi terjadinya keracunan CO dan analisa laboratorium untuk menemukan
pemicu . Agar mudah memahami bab ini, Saudara dapat membaca lagi bab 2 topik
toksokinetika. analisa laboratorium pada masalah keracunan CO juga memerlukan pemahaman
tentang metode sampling (bab 3) dan dasar metode analisa laboratorium (bab 4).
Pada topik 1 akan dibahas tentang sumber, mekanisme keracunan dan analisa
laboratorium Sianida. sedang pada topik 2 akan dibahas tentang sumber, mekanisme
keracunan dan analisa laboratorium karbonmonoksida.
Tujuan dari pembahasan bab ini yaitu agar Anda dapat memahami toksisitas sianida
dan karbon monoksida (CO), mekanisme tosisitasnya dan analisa laboratoriumnya untuk
menegakkan diagnosa maupun memantau hasil terapinya.
Sianida yaitu kelompok senyawa yang mengandung gugus siano (−C≡N) yang ada
dialam dalam bentuk-bentuk berbeda , Sianida di
alam digolongkan sebagai sianida bebas, sianida sederhana, kompleks sianida dan
senyawa turunan sianida
Sianida bebas yaitu penentu ketoksikan senyawa sianida yang didefinisikan
sebagai bentuk molekul (HCN) dan ion (CN-
) dari sianida yang dibebaskan melalui proses
pelarutan dan disosiasi senyawa sianida ,Kedua spesies ini berada
dalam kesetimbangan satu sama lain yang bergantung pada pH sehingga konsentrasi HCN
dan CN- dipengaruhi oleh pH (Kyle 1988). Pada pH dibawah 7, keseluruhan sianida berbentuk
HCN sedang pada pH diatas 10,5, keseluruhan sianida berbentuk CN-
(Kyle 1988). Reaksi
antara ion sianida dan air ditunjukkan oleh dalam reaksi di bawah ini (Smith and Mudder
1991):
C N - + H O H → H C N + O H ‒
Sianida sederhana dapat didefinisikan sebagai garam-garam anorganik sebagai hasil
persenyawaan sianida dengan natrium, kalium, kalsium, dan magnesium . Sianida sederhana dapat juga didefinisikan sebagai garam dari HCN yang terlarut dalam
larutan menghasilkan kation alkali bebas dan anion sianida
NaCN ↔ Na + + CN‒
Ca(CN)2 ↔ Ca2+ + 2 CN‒
Bentuk sianida sederhana biasanya dipakai dalam leaching emas. Sianida sederhana
dapat larut dalam air dan terionisasi secara cepat dan sempurna menghasilkan sianida bebas
dan ion logam (Kyle 1988, Smith and Mudder 1991). Kompleks sianida termasuk kompleks
dengan logam kadmium, tembaga, nikel, perak, dan seng ,
Kompleks sianida saat terlarut menghasilkan HCN dalam jumlah yang sedikit atau
bahkan tidak sama sekali (Kyle 1988) tergantung pada stabilitas kompleks itu .
Kestabilan kompleks sianida bervariasi dan bergantung pada logam pusat (Smith and
Mudder 1991). Kompleks lemah seperti kompleks dengan sianida dengan seng dan kadmium
mudah terurai menjadi sianida bebas. Kompleks sedang lebih sulit terurai dibanding kompleks
lemah dan meliputi kompleks sianida dengan tembaga, nikel, dan perak. sedang kompleks
kuat seperti kompleks sianida dengan emas, besi, dan kobalt cenderung sukar terurai
menghasilkan sianida bebas.
Yang tergolong senyawa turunan sianida yaitu SCN‒ (tiosianat), CNO‒ , dan NH3
(amonia... yang biasanya dihasilkan dari sianidasi, degradasi alami dan pengolahan limbah
mengandung sianida ,Tingkat ketoksikan sianida ditentukan jenis,
konsentrasi dan pengaruhnya pada organisme hidup Ketoksikan sianida berkaitan
dengan pembentukan kompleks dengan logam yang berperan sebagai kofaktor enzim.
contoh: , sianida berikatan dengan enzim yang mengandung logam yang berperan
dalam respirasi sehingga proses respirasi terganggu Enzim Fe(III) sitokrom-oksidase yaitu contoh enzim dalam
proses respirasi yang dihambat oleh sianida
Sianida dalam bentuk hidrogen sianida (HCN) memicu kematian yang
cepat bila dihirup dalam konsentrasi tertentu. ASTDR (2006) mencatat bahwa
konsentrasi HCN yang fatal bagi kita bila dihirup selama 10 menit yaitu 546 ppm.
Beberapa gangguan pada sistem pernapasan, jantung, sistem pencernaan dan sistem
peredaran
darah berkaitan dengan paparan pada
sianida pada kita dalam konsentrasi tertentu sudah terdeteksi (ATSDR 2006).
juga , sistem saraf juga menjadi sasaran utama sianida. Paparan HCN secara lama
dalam konsentrasi tinggi dapat menstimulasi sistem saraf pusat yang lalu diikuti oleh
depresi, kejangkejang, lumpuh dan kematian (ATSDR 2006). HCN dapat terserap cepat ke
dalam tubuh dan terbawa hingga ke dalam plasma.
Garam sianida dan larutan sianida memiliki tingkat ketoksikan yang lebih rendah
dibandingkan HCN sebab masuk ke tubuh hanya melalui mulut (Armour et al. 1987).
Namun demikian, ketoksikannya dapat dianggap sebanding dengan HCN sebab mudah
menghasilkan HCN.
Kompleks sianida kurang toksik bila dibandingkan dengan sianida bebas. Sianida
sederhana secara cepat dapat membebaskan sianida bebas dan menjadi toksik,
sedang kompleks sianida yang stabil tidak bersifat toksik selama tidak terurai menjadi
sianida bebas. Ketoksikan kompleks sianida bervariasi tergantung kemampuannya untuk
membebaskan sianida bebas
Kompleks sianida yang kuat seperti kompleks sianida dengan besi dapat dikatakan tidak
toksik, namun dengan kehadiran radiasi ultraviolet dapat terurai menghasilkan sianida bebas
yang toksik.
Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap produk yang
biasa dimakan atau dipakai .
1. Bahan alam yang biasa dimakan
Banyak bahan alam yang biasa kita makan mengandung sianida walaupun dalam
jumlah yang sedikit diantaranya :
a. Biji buah apel, mengandung senyawa amygladin yaitu senyawa Cyanogenic glycosides.
berdasar ahli gizi Jack Norris dari AS, pada biji apel ada 1.000 mikogram di dalam
satu miligram sehingga kadar sianida masih jauh di bawah dosis yang bisa dikatakan
beracun. Walaupun kita mengkonsumsi 10 buah apel bedan bijinya maka hati masih
dapat menteralisir racunnya walaupun mungkin akan terjadi beberapa gejala
keracunan senyawa sianida seperti pupil membesar, pusing, otot kejang, .
b. Singkong dan kentang, menghasilkan sianida dalam bentuk senyawa Cyanogenic
glyciodes atau linimarin. Senyawa ini tidak beracun namun proses enzim dalam tubuh
memicu menjadi hidrogen sianida. Hidrogen sianida (HCN) merpakan bentuk
racun sianida yang paling beracun. , singkong dan kentang menghasilkan
sianida dalam jumlah yang kecil.
sebab itu, pastikan untu mengolah suatu bahan makanan dengan tepat. bila
diolah dengan tepat, sianida yang masuk ke dalam tubuh masih dalam jumlah yang kecil
yang mana sianida akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan akan diekskresikan
oleh tubuh. Tidak hanya biji buah apel, singkong dan kentang yang mengandung sianida
masih banyak bahan alam yang mengandung senyawa itu seperti tomat, jamur,
buah cherri, almond, ikan fugu, .
a. Sianida yang ditemukan pada asap rokok dan asap kendaraan bermotor.
b. Sianida yang dipakai pada industri terutama dalam pembuatan garam seperti natrium,
kalium atau kalium sianida.
D. MEKANISME MASUKNYA SIANIDA KE DALAM TUBUH
1. Menghirup asap
Menghirup asap selama kebakaran industri atau rumah yaitu sumber utama dari
keracunan sianida di Amerika Serikat. personal dengan menghirup asap dari kebakaran di
ruang tertutup, lalu pasien menandakan adanya jelaga di mulut atau hidung atau
saluran napas, adanya perubahan status mental, atau hipotensi dapat diduga memiliki
keracunan sianida yang menonjol (konsentrasi sianida darah > 40 mmol atau L atau sekitar 1
mg atau L). Banyak senyawa yang mengandung nitrogen dan karbon dapat menghasilkan gas
hidrogen sianida (HCN) saat dibakar. Beberapa senyawa alami (contoh nya, wol, sutra...
menghasilkan HCN sebagai produk pembakaran. Plastik rumah tangga (contoh nya, melamin di piring, akrilonitril dalam cangkir plastik), busa poliuretan di bantal furniture,
dan banyak senyawa sintetis lainnya dapat menghasilkan konsentrasi mematikan dari
sianida saat dibakar di bawah keadaan yang sesuai dengan konsentrasi oksigen dan suhu.
2. Keracunan yang disengaja
Sianida konsumsi yaitu cara yang biasa, namun efektif, bunuh diri. masalah ini biasanya
melibatkan perawatan kesehatan dan laboratorium pekerja yang memiliki akses ke garam
sianida ditemukan di rumah sakit dan laboratorium penelitian.
3. Paparan industri
Sumber-sumber industri yang mengandung sianida tak terhitung jumlahnya. Sianida
dipakai terutama dalam perdagangan logam, pertambangan, manufaktur perhiasan,
pencelupan, fotografi, dan pertanian. Proses industri tertentu yang melibatkan sianida
termasuk logam pembersihan, reklamasi, atau pengerasan; pengasapan; electroplating;
dan pengolahan foto. juga , industri memakai sianida dalam pembuatan plastik,
sebagai perantara reaktif dalam sintesis kimia, dan pelarut (dalam bentuk nitril).
Paparan garam dan sianogen kadang memicu keracunan; Namun, risiko
yang menonjol untuk beberapa korban terjadi saat produk ini datang ke dalam kontak
dengan asam mineral sebab adanya gas HCN. Sebuah insiden korban massal dapat
berkembang pada kecelakaan industri di mana sianogen klorida kontak dengan air
(contoh nya, selama proses pemadaman kebakaran). Kontainer sianogen klorida dapat
pecah atau meledak bila terkena panas tinggi atau tersimpan terlalu lama.
4. Paparan iatrogenik
Vasodilator natrium nitroprusside, bila dipakai dalam dosis tinggi atau selama periode
hari, dapat menghasilkan konsentrasi beracun untuk sianida di darah. Pasien dengan
cadangan tiosulfat rendah (contoh nya pasien kurang gizi, atau pasien pasca operasi)
berada pada peningkatan risiko untuk terkena keracunan sianida, bahkan walau
diberikan pada dosis terapi. Pasien awalnya mengalami kebingungan dan lalu
dirawat unit perawatan intensif (ICU). Masalah dapat dihindari dengan pemberian
hydroxocobalamin atau natrium tiosulfat.
5. Mengkonsumsi Tanaman atau Makanan yang Mengandung Sianida
Konsumsi suplemen yang mengandung sianida memang jarang. Amygdalin (laetrile
sintetis, juga dipasarkan sebagai vitamin B-17), yang berisi sianida, mendalilkan memiliki
sifat antikanker sebab aksi sianida pada sel kanker. Namun, laetrile tidak menandakan
aktivitas antikanker dalam uji klinis pada kita pada tahun 1980 dan pada akhirnya
tidak dijual secara medis, walau dapat dibeli di Internet oleh pihak-pihak yang
mengiklankan tanpa berbasis ilmiah. Amygdalin dapat ditemukan pada banyak buahbuahan, seperti aprikot dan pepaya; dalam kacang-kacangan mentah; dan pada tanamanseperti kacang, semanggi, dan sorgum. Amygdalin dapat dihidrolisis menjadi hidrogen
sianida, dan menelan jumlah besar makanan itu memicu keracunan.
E. Bahaya bagi organ (sifat racunnya...
sesudah terpejan sianida, gejala yang paling cepat muncul yaitu iritasi pada lidah dan
membran mukus. Sianida dapat mudah menembus dinding sel baik bila masuk secara inhalasi,
memakan atau menelan garam sianida atau senyawa sianogenik lainnya.
Pada keracunan HCN maka kadar sianida tertinggi yaitu paru paru yang diikuti oleh hati
lalu otak. Sebaliknya, bila sianida masuk melalui sistem pencernaan maka kadar
tertinggi yaitu di hati. Dalam jumlah kecil, pemakaian sianida dalam tubuh bisa
memicu sakit kepala, pusing, muntah, mual, lemah, peningkatan denyut jantung, dan
gelisah.
Saat masuk ke dalam tubuh, racun sianida menghambat kerja enzim cytochrome-x-oxidase
yang terletak di mitokondria. Enzim ini berfungsi mengikat oksigen guna memenuhi
kebutuhan pernapasan sel. bila enzim itu tidak bekerja dengan baik sebab dihambat
oleh racun sianida, sel-sel tubuh akan mengalami kematian.
F. PENGURAIAN SIANIDA
Berikut ini yaitu mekanisme degradasi alami sianida yang sering ditemukan dialam
bahwa 28 logam dapat membentuk 72 mungkin kompleks dengan sianida.
Kompleks sianida biasanya yaitu zat antara dalam pembentukan senyawa yang lebih
stabil yang mengeluarkan sianida bebas dari lingkungan namun kompleks ini bisa juga
terdisosiasi dan kembali menghasilkan sianida bebas.
2. Pengendapan kompleks sianida. Ion-ion tertentu seperti besi, tembaga, nikel, mangan,
timbal, seng, kadmium, timah, dan perak dapat bereaksi dengan kompleks sianida
seperti [Fe(CN)6]
4‒ (ferosianida... dan [Fe(CN)6]
3‒ (ferisianida... membentuk garam yang
sukar larut (mengendap).
3. Adsorpsi. Adsorpsi yaitu salah satu mekanisme atenuasi yang mengurangi
konsentrasi senyawa dari larutan di dalam tanah. bahwa tanah dengan kapasitas penukar
anion yang tinggi dapat mengadsorpsi sianida.
4. Oksidasi menjadi sianat (CNO‒
). HCN dapat dioksidasi menjadi diubah menjadi CNO‒
yang kurang toksik bila dibandingkan dengan HCN.
5. Volatilisasi. Sianida dari larutan dapat lepas sebagai HCN yaitu gas yang tidak
berwarna. Gas HCN muncul sebab hidrolisis CN‒
.6. Pembentukan SCN‒
. Sianida dapat bereaksi dengan belerang membentuk tiosianat.
Proses ini banyak terjadi pada saat leaching bijih emas yang banyak mengandung
mineral sulfida.
7. Hidrolisis. Hidrolisis dapat mengeluarkan HCN sebagai NH4COOH (ammonium format)
atau HCOOH (asam format) berdasar reaksi:
HCN + 2 H2O ï‚® NH4COOH
HCN + 2 H2O ï‚® NH3 + HCOOH
Degradasi sianida secara alami muncul namun berlangsung lambat melalui proses
termasuk volatilisasi, oksidasi, dekomposisi cahaya dan biodegradasi (Kyle 1988). Sianida
dalam konsentrasi yang kecil dapat didegradasi oleh mikroba tertentu menjadi gas
nitrogen. Contoh mikroba yang mendegradasi sianida yaitu pseudomonas
fluorescens NCIMB 11764 yang menghidrolisis sianida menghasilkan asam format
dan amonium . Contoh lain yaitu pseudomonas
pseudoalcaligenes CECT5344 yang mendegradasi sianida dengan menghasilkan
amonium yang lalu terinkoporasi dengan asam amino
G. analisa SENYAWA SIANIDA SEBAGAI BAHAN TOKSIK
Dalam analisa sianida dikenal beberapa jenis analisa yang masing-masing mengukur
kelompok sianida yang berbeda, yaitu :
a. CN Free atau sianida bebas yang meliputi spesies CN‒ dan HCN ,
b. Amenable CN atau sianida yang mudah bereaksi dengan klorida, yang meliputi CN total
kecuali kompleks sianida-besi ,
c. CN WAD (weak acid dissociable cyanide... yang meliputi CN bebas dan komplekskompleks sianida dengan tembaga, kadmium, nikel, seng, perak, dan logam-logam
lain yang mudah terurai menjadi CN bebas dengan penambahan asam
d. CN total (sianida total) yang meliputi CN bebas, CN WAD, dan semua kompleks
sianida kuat (memiliki tetapan disosiasi yang rendah) seperti kompleks
sianida dengan besi, emas, kobalt, dan platina,
Beberapa metode analisa sianida
Ada berbagai metode yang dikenal dalam analisa sianida yang khusus menganalis
kelompok sianida tertentu. US EPA (United States of Environmental Protection Agency)
dan ASTM (American Standard and Testing Materials) sudah menetapkan metode
standard dalam analisa sianida. Smith dan Mudder ,
merangkum metode-metode itu sebagai:
a. Metode pengukuran CN total dengan destilasi. specimen yang mengandung sianida
ditambahkan asam kuat (pH<2) dan didestilasi (refluks) selama 1 jam sehingga
sianida lepas sebagai HCN dan ditampung dengan larutan NaOH. Sianida yang
tertampung lalu diukur dengan titrimeti, kolorimetri atau elektroda ion
selektif.
b. Metode pengukuran Amenable CN. Metode ini umum dipakai disaat metode
analisa CN WAD belum dikenal. Metode ini melibatkan pengukuran CN total
sebelum dan sesudah klorinasi.
c. Metode pengukuran CN WAD dengan destilasi. Metode ini melibatkan destilasi refluks
selama satu jam untuk menguapkan sianida dari specimen yang sudah diatur pH-nya
menjadi pH 3 dengan larutan penyangga. Hasil HCN yang teruapkan diukur dengan
titrimetri, kolorimetri atau dengan elektroda ion khusus . Metode penentuan CN WAD
dengan asam pikrat. Metode ini melibatkan pembentukan senyawa berwarna
dengan asam pikrat dengan kehadiran nikel yang diikuti dengan pemanasan.
memakai water bath selama 20 menit sebelum lalu diukur
dengan spektrofotometer sinar tampak
d. Metode penentuan CN free dengan perak nitrat. Metode ini melibatkan titrasi
specimen dengan larutan perak nitrat standard dengan memakai indikator
dimetilaminobenzalrodamine.
e. Metode penentuan CN free dengan elektroda ion selektif. Metode ini melibatkan
pengukuran langsung specimen memakai voltameter yang lalu dibandingkan
dengan elektroda referensi.
f. Metode ion kromatografi.
g. Metode penentuan sianida reaktif dengan USEPA test. Metode ini melibatkan
penempatan specimen dalam massa yang sedikit kedalam asam sulfat dan
melewatkan nitrogen secara terus-menerus kedalam specimen selama 30 menit. HCN
lalu dihimpun dari gas nitrogen di dalam tempat berisi NaOH dan lalu
diukur.
Selain metode yang dijelaskan diatas, ada juga beberapa metode yang dipakai untuk
menganalisa sianida yang melibatkan pemakaian instrumen. Contohnya analisa sianida
dengan spektrofotometer berdasar pembentukan warna dengan memakai asam
pikrat , fenolftalin , reagen klorino-tolidin dan asam barbiturat-piridin , analisa sianida dengan mengukur
radioaktivitas dari isotop sianida tertentu , dan analisa sianida dengan
memakai ion kromatografi dengan detektor elektro kimia , Metode lain yang sekarang ini dikembangkan oleh Skalar yaitu analisa CN total dan CN
WAD secara otomatis memakai instrumen Skalar San+ system yang dikembangkan
berdasar metode Kelada-01. Metode Kelada-01 sudah dipatenkan dan
melibatkan pemakaian radiasi UV dan destilasi. Radiasi UV dengan frekuensi rendah
dipakai untuk menguraikan kompleks sianida tanpa menguraikan tiosianat yang
mengganggu dalam analisa sianida. lalu hasil penguraian itu didestilasi untuk
mengukur sianida yang terbentuk.
Cara kerja analisa sianida
1. Alat Dan Bahan
a... Larutan Kloramin T 1%
b... Larutan sianida standard 1 ppm
c... pereaksi piridin barbiturat
d... larutan natrium hidrogen fosfat 1N
e... Larutan pengencer NaOH
f... Indikator fenolftalein
g... Larutan HCl 1N
h) Labu ukur
i) pipet volume
j) spektrofotometer
2. Cara Kerja
a... Timbang specimen yang sudah dihomogenkan sebanyak 10 g
b... Masukkan kedalam labu ukur100 mL, lalu diencerkan dengan aquadessampai
garis tanda
c... Pipet 10 mL masukkan kedalam labu ukur 100 mL addkan sampai tanda dengan
aquades
d... Pipet 5 mL masukkan kedalam labu ukur 50 mL tambahkan 15 mL larutan pengencer.
e... Tambahkan 4 mL bufferfosfat
f... Tambahkan 2 mL larutan kloramin T
g... Tambahkan pereaksi piridin barbiturat, kocok.
h) Encerkan dengan aquades sampai tanda
i) Baca absorbasi pada panjang gelombang maksimum 578 nm
Standar diperlakukan sama. Dengan memakai lautan standar 1 sampai 6 ppm
Pemantapan mutu pemeriksaan baca kembali bab 6
Karbon monoksida yaitu gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang
dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna dari material yang berbahan
dasar karbon seperti kayu, batu bara, bahan bakar minyak dan zat-zat organik lainnya.
Setiap korban kebakaran api harus dicurigai adanya intoksikasi gas CO. Sekitar 50%
kematian akibat luka bakar berkaitan dengan trauma inhalasi dan hipoksia dini
menjadi pemicu kematian lebih dari 50% masalah trauma inhalasi. Intoksikasi gas CO
yaitu akibat yang serius dari masalah inhalasi asap dan diperkirakan lebih dari 80%
pemicu kefatalan yang dipicu oleh trauma inhalasi ,
Perkiraan terbaik yang tersedia untuk kejadian keracunan karbon monoksida
tahunan di Amerika Serikat, berdasar kunjungan di departemen gawat darurat, yaitu
50.000 (160 masalah per 100.000 warga). Ada sekitar 15.000 keracunan CO yang
disengaja setiap tahunnya, lebih dari dua pertiga dilaporkan berakibat kematian
Jumlah kematian akibat keracunan CO menurun dari 1.967 pada tahun 1999
menjadi 1.319 pada tahun 2014 (P <0,001). Angka kematian kasar dan disesuaikan turun
sesuai dengan itu. Keracunan yang tidak disengaja menyumbang 13% lebih sedikit
kematian per tahun pada tahun 2014 dibandingkan tahun 1999 (P<0,001). Jumlah
kematian yang disengaja oleh keracunan CO menurun sebesar 47% dibandingkan periode
yang sama (P <0,001). Sekitar 25.000 masalah keracunan gas CO pertahun dilaporkan
terjadi di Inggris, dengan angka kematian sekitar 50 pasien pertahun dan 200 pasien
menderita cacat berat akibat keracunan gas CO
Di negara kita , beberapa masalah sudah diberitakan antara lain; Uji specimen darah
pada lima pasien yang tewas di Klinik Sapta Mitra, Rawalumbu, Kota Bekasi,
memastikan para korban mengalami keracunan gas karbon monoksida atau CO yang
dihasilkan dari genset, sedang 4 pasien lainnya pingsan pasien
sopir taksi ditemukan tewas dalam mobil di depan Rumah Sakit Jantung Jakarta. Korban
ini diduga tewas sebab keracunan gas Karbon Monoksida (CO) ; di
Malang Jawa Timur, 7 pasien meninggal diduga sebab keracunan gas CO dari asap genset ,namun belum diperoleh data berapa masalah keracunan gas
CO yang terjadi pertahun yang dilaporkan.
Karbon monoksida secara alami terjadi sebagai hasil sampingan dari degradasi
heme. Produksi endogen CO terjadi selama katabolisme heme oleh heme-oxygenase, namun tidak menghasilkan kadar CO-Hb lebih dari 1%. Namun, pada anemia hemolitik, COHb dapat meningkat menjadi 3% sampai 4%. Sepsis berat juga menandakan peningkatan
produksi CO endogen.
Sumber CO dari luar termasuk pembakaran bahan bakar berkarbon, seperti bensin,
gas alam, minyak tanah, atau minyak. Knalpot mobil bertanggung jawab atas lebih dari
setengah kematian yang tidak disengaja. Jumlah ini dapat menurun seiring kendaraan
yang lebih tua tanpa katalitik converters sudah dilarang dipakai ,
Paparan CO lingkungan biasanya kurang dari 0,001%, atau 10 ppm, namun
mungkin lebih tinggi di area perkotaan. Jumlah CO yang diserap tubuh bergantung pada
ventilasi menit, durasi paparan, dan konsentrasi CO dan oksigen di lingkungan. sesudah
memasak dengan kompor gas, konsentrasi CO2 dalam ruangan bisa mencapai 100 ppm.
pasien perokok rokok terkena kira-kira 400 sampai 500 bpj (bagian per juta=part per
million, ppm) CO sambil aktif merokok. Knalpot mobil bisa mengandung sebanyak 10%
(100.000 ppm) CO. Paparan sampai 70 ppm memicu kadar
karboksihemoglobin (CO-Hb... 10% pada ekuilibrium (kira-kira 4 jam), dan paparan 350 ppm
memicu kadar CO-Hb 40% pada ekuilibrium. Badan Administrasi Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (Occupational Safety and Health Administration) Amerika
menetapkan batas yang diizinkan untuk paparan CO pada pekerja yaitu 50 ppm rata-rata
selama 8 jam kerja ,
keadaan klinis yang terkait dengan toksisitas CO mungkin beragam dan tidak
khusus , termasuk sinkop, kejang, penyakit seperti flu, sakit kepala, dan nyeri dada.
Paparan CO yang tidak dikenali memicu morbiditas dan mortalitas yang
menonjol . walau diagnosa pasti dan terapi yang tepat diperdebatkan ,
Karbon monoksida sering dinamakan 'sillent killer’, sebab dapat mematikan secara
diam-diam. CO berbahaya sebab tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
mengiritasi. Dengan kepadatan 0,968 yang relatif pada udara, dengan cepat berdifusi
untuk mencapai keseimbangan dengan udara dalam ruangan.
B. TOKSOKINETIKA
Karbon monoksida mudah dihirup dan diserap pada kadar yang sebanding dengan
udara pernafasan. Rumus paling akurat untuk memprediksi kadar CO-Hb berdasar
riwayat paparan yaitu rumus Coburn-Forster-Kane (CFK). Penyederhanaan rumus asli
menghasilkan persamaan yang memungkinkan pasien untuk memperkirakan tingkat
ekuilibrium berdasar tingkat paparan CO dalam satuan bagian per juta (part per
million=ppm):Rumus itu berlaku dengan asumsi pasien itu yaitu pasien dewasa
berukuran normal tanpa anemia. juga , kita harus ingat bahwa dengan pengambilan
eksponensial diperlukan waktu berjam-jam (4-8 jam) sebelum nilai ekuilibrium
diperkirakan. Produksi endogen CO-Hb dapat diabaikan, terhitung hanya 2 persen dari
total CO-Hb.
Awalnya, CO terutama terbatas pada kompartemen darah, dengan sedikit
perubahan ekstraksi dan konsumsi oksigen oleh jaringan. berdasar Rasio Haldane,
afinitas CO pada oksigen untuk hemoglobin, kira-kira 200. Saat kadar CO-Hb
meningkat dan waktu berlalu, sampai 15 persen dari total CO dapat disebarkan dari
darah dan diambil oleh jaringan, terutama dengan mengikat myoglobin ,
Ekskresi CO dapat dimodelkan secara matematis dan memakai model CFK.
Dengan memakai persamaan ini, waktu paruh CO-Hb pada kita sudah diprediksi
menjadi 252 menit dan masing-masing diukur pada 249 dan 320 menit, dalam dua riset
relawan yang sebetulnya . Meski tidak proporsional, peningkatan tekanan oksigen
mendorong eliminasi CO lebih cepat. Dengan 100 persen oksigen pada tekanan atmosfir,
waktu paruh CO menjadi 47 – 80 menit pada riset relawan ,
Metilen klorida, pengelupas cat, dimetabolisme menjadi CO oleh hati sesudah
menghirup atau terserap kulit. Kadar CO-Hb puncak mungkin lambat sampai lebih dari 8
jam. Kematian dipicu oleh senyawa ini, dengan kadar CO-Hb setinggi 50 persen ,
Karbonmonoksida dieliminasi di paru-paru. Waktu paruh CO pada temperatur
ruangan yaitu 3-4 jam. Pemberian oksigen seratus persen dapat menurunkan waktu
paruh menjadi 30- 90 menit, sedang dengan oksigen hiperbarik pada tekanan 2,5
atm dengan oksigen 100% dapat menurunkan waktu paruh sampai 15-23 menit ,
C. PATOFISIOLOGI
Claude Bernard pada tahun 1857 menemukan efek beracun karbon monoksida
yang dipicu oleh pelepasan ikatan oksigen dari hemoglobin menjadi bentuk
karboxyhaemoglobin (CO-Hb... . Warberg pada tahun 1926 memakai kultur jamur yeast
untuk menandakan asupan oksigen oleh jaringan, dihambat oleh paparan karbon
monoksida dalam jumlah yang besar ,Kadar CO sekitar 100 ppm menghasilkan CO-Hb 16% pada kesetimbangan, cukup
untuk menghasilkan gejala klinis.
Mekanisme toksisitas CO dapat digolongkan ,antaralain :
1. Pengikatan Hemoglobin
Patofisiologi keracunan CO awalnya dianggap berasal dari hipoksia seluler yang
dipaksakan dengan mengganti oxyhemoglobin dengan CO-Hb dan menghasilkan anemia
relatif ,
Pada pertumbuhan lalu ditemukan bahwa toksisitas karbon monoksida
terutama dipicu oleh kemampuannya untuk mengikat protein dan berbagai protein
heme (gugus yang mengandung besi (Fe+2) , Pengikatan CO pada Hb juga
menstabilkan keadaan relaks (R-state... molekul hemoglobin yang meningkatkan afinitas
oksigen pada sisi lain dalam tetramer Hb, dan lalu mengurangi pelepasan dan
pengiriman oksigen ke jaringan ,
Penelitian yang memakai hewan coba anjing menandakan toksisitas gas CO
yang diberikan melalui inhalasi lebih besar dibandingkan transfusi dengan konsentrasi yang
mirip eritrosit terpapar CO. Ini menandakan efek toksik CO akibat dari dampak global
penghambatan CO pada pengiriman oksigen dan juga pada pengikatan protein heme
pembawa oksigen. Selain Hb, CO terikat pada protein lain yang mengandung heme,
termasuk mioglobin di otot jantung dan otot rangka, sitokrom c oksidase mitokondria
(kompleks IV, COX)
Karbonmonoksida memiliki afinitas pada hemoglobin 200 sampai 250 kali
oksigen. Pengikatan CO pada hemoglobin memicu peningkatan pengikatan molekul
oksigen pada tiga area pengikatan oksigen lainnya, sehingga oksigen sulit dilepaskan ke
jaringan. Akibatnya yaitu pergeseran ke kiri dalam kurva disosiasi oxyhemoglobin dan
menurunkan ketersediaan oksigen sehingga terjadi hipoksia jaringan ,
walau CO-Hb memicu gejala tipe anoksia akut yang khas akibat
keracunan, namun tidak menjelaskan semua manifestasi dari keracunan ini. Inilah
sebabnya mengapa kadar CO-Hb tidak berkorelasi dengan gejala akut atau akibat akhir
,
Tabel Hubungan potensi antara kadar CO-Hb dan temuan klinis meliputi:
Kadar CO – Hb Gejala
10% Asimtomatik atau sakit kepala
20% Dyspnea atipikal, sakit kepala berdenyut, pusing, mual
30% Sakit kepala parah, gangguan berpikir, penglihatan
terganggu
40% Sinkop, konfusio
50% Lesu, kejang, koma
60% Kegagalan kardiopolmuner, kejang, koma, kematian
Hubungan kadar CO-Hb dan manifestasi klinis tidak dapat diandalkan pada
banyak warga sebab keterlambatan prehospital atau terapi oksigen sebelum
pengambilan specimen darah, dan atau keracunan sianida pada saat bersamaan.
Kadar CO-Hb darah janin lebih tinggi sekitar 30% dari kadar darah ibu, sebab
hemoglobin janin memiliki afinitas yang lebih tinggi pada CO dibandingkan
2. Toksisitas seluler langsung
Keracunan CO jauh lebih kompleks dibandingkan dugaan awalnya, dan jelas memiliki
mekanisme toksisitas di luar pembentukan CO-Hb. Dalam sebuah penelitian klasik,
Goldbaum dan rekannya menandakan bahwa anjing yang menghirup 13% CO mati dalam
waktu 1 jam sesudah mencapai kadar CO-Hb dari 54% sampai 90%. Namun, pertukaran
transfusi dengan darah yang mengandung 80% CO-Hb ke anjing yang sehat tidak
menghasilkan efek beracun, walau kadar CO-Hb yang dihasilkan 57% sampai 64%,
menandakan bahwa toksisitas CO tidak tergantung pada pembentukan CO-Hb. Penelitian
lain sudah menguatkan temuan morbiditas dan mortalitas akibat keracunan CO yang
terlepas dari pembentukan hipoksia atau CO-Hb ,
Pemahaman terkini tentang patofisiologi keracunan CO menghubungkan efek
klinisnya dengan kombinasi hipoksia dan iskemia akibat pembentukan CO-Hb dan
toksisitas CO langsung pada tingkat sel. Kombinasi ini membantu menjelaskan mengapa
kadar CO-Hb tidak berkorelasi dengan tingkat keparahan gejala klinis. Garis besar
beberapa mekanisme yang diusulkan disabila n pada Gambar 8.3 ,
3. Inhibisi Mitokonhondrial dan Pembentukan Radikal Bebas
CO menghambat respirasi mitokondria dengan mengikat Fe+2 heme a3 di sisi aktif
sitokrom oksidase (cytochrome oxidase=COX) , yang secara efektif memblok fosforilasi
oksidatif, mirip dengan efek sianida dan oksida nitrat (NO). COX hanya memiliki
preferensi 3 kali lipat untuk CO2 dibandingkan O2. maka sebab ikatan kompetitif
O2 dan CO pada COX, inhibisi mitokondria yang dimediasi oleh CO paling banyak
terjadi pada keadaan hipoksia. Dengan COX terhambat, fosforilasi oksidatif melambat,
menurunkan produksi ATP di jaringan seperti otak atau jantung. Kompleks lain dalam
rantai transportasi elektron terus mengalirkan elektron, menghasilkan superoksida, yang
memicu kerusakan sel dan jaringan lebih lanjut
4. Pengikatan protein (myoglobin, guanylyl cyclase...
Karbonmonoksida terikat pada banyak protein yang mengandung heme selain
hemoglobin, termasuk mioglobin, dan guanilat siklase. Metabolisme energi seluler
terhambat bahkan sesudah normalisasi kadar CO-Hb, yang menjelaskan efek klinis
berkepanjangan sesudah kadar CO-Hb menurun. Ikatan CO dengan mioglobin dapat
mengurangi ketersediaan oksigen di jantung dan memicu aritmia dan disfungsi
jantung; hal itu juga dapat berkontribusi ke arah keracunan otot rangka dan
rhabdomyolysis. CO juga merangsang guanylyl cyclase, yang meningkatkan siklo guanylyl
monofosfat, menghasilkan vasodilatasi serebral, yang dikaitkan dengan hilangnya
kesadaran pada model hewan keracunan CO ,
5. Oksida nitrat
Peran oksida nitrat (NO) dan radikal bebas oksigen lainnya sudah diteliti
berkaitan dengan keracunan CO. Banyak penelitian pada hewan menandakan vasodilatasi
serebral sesudah terpapar CO, yang dikaitkan secara temporer dengan hilangnya kesadaran
dan kadar NO yang meningkat. Bukti ini sudah memicu spekulasi bahwa, secara klinis,
sinkop mungkin terkait dengan relaksasi pembuluh darah yang tidak dimediasi oleh AD
dan aliran darah rendah. NO juga yaitu vasodilator perifer dan memicu
hipotensi sistemik, walaupun ini belum dipelajari dalam penentuan keracunan CO.
Namun, adanya hipotensi sistemik pada keracunan CO berkorelasi dengan tingkat
keparahan lesi serebral, terutama di area aliran perfusi (yaitu ganglia basal, white
matter, hippocampus) ,
6. Efek pada trombosit dan Inflamasi
Kelebihan CO mengaktifkan trombosit melalui pemindahan NO dari hemoprotein
permukaan platelet. Penggantian NO bebas dapat bereaksi dengan superoksida
menghasilkan peroxynitrite (ONOO-), yang lalu menghambat fungsi mitokondria
dan meningkatkan aktivasi platelet. Trombosit yang diaktivasi dapat merangsang neutrofil
akibatnya terjadi degranulasi dan melepaskan myeloperoxidase (MPO). MPO menguatkan
efek inflamasi dengan memicu aktivasi neutrofil, adhesi dan degranulasi yang lebih banyak
Protease dari neutrofil diduga mengoksidasi xanthine dehydrogenase sel
endotel menghasilkan spesies oksigen reaktif (ROS). Peradangan yang dipicu oleh NO dan
ROS berkontribusi pada cedera neurologis dan jantung akibat keracunan CO ,
Oksida nitrit juga diduga berperan perlu dalam serangkaian kejadian yang
berujung pada kerusakan oksidatif pada otak, yang mungkin bertanggung jawab atas
sindrom klinis delayed neurologic sequelae (DNS) ,
Peroksidasi lipid otak sesudah paparan CO nampaknya yaitu fenomena
reperfusi postischemic, dimediasi oleh perubahan aliran darah serebral dan kerusakan
radikal bebas oksidatif. Masa hipotensi dan ketidaksadaran mungkin diperlukan agar
peroksidasi lipid terjadi. walau urutan kejadian yang tepat tidak diketahui, administrasi
eksperimental inhibitor nitrat oksida sintase sudah ditemukan untuk menghambat
vasodilatasi serebral dan kerusakan oksidatif. Riset yang lebih baru sudah mendalilkan
mekanisme DNS yang dimediasi kekebalan. Tikus yang secara imunologis toleran pada
protein dasar myelin (Myelin Basic Protein= MBP) sebelum keracunan CO tidak
memicu penurunan hasil, juga tidak menandakan tingkat perubahan histologis otak
yang terlihat pada tikus yang tidak toleran secara imunologis. Penulis berhipotesis bahwa
keracunan CO menginduksi perubahan biokimia dan antigenik pada MBP, yang
bereaksi dengan produk peroksidasi lipid untuk menghasilkan kaskade imunologis (Kao,
Mekanisme potensi lainnya dari toksisitas CO meliputi excitotoxicity (yaitu cedera
neuron yang dimediasi glutamat), peningkatan aterosklerosis, keterlibatan dengan
sitokrom p450 dan apoptosis ,
D. EFEK KLINIS DAN GEJALA
1. Efek klinis: akut
Gambaran klinis keracunan CO beragam dan mudah dikelirukan dengan penyakit
lain, seperti penyakit virus nonkhusus , sakit kepala, dan berbagai sindrom kardiovaskular
dan neurologis (Gambar 8.4). Gejala awal sesudah paparan CO meliputi sakit kepala, mual,
dan pusing. Saat paparan meningkat, pasien mengalami gejala yang lebih parah, terutama
organ yang bergantung pada oksigen (otak dan jantung... menandakan tanda-tanda awal
cedera ,.
Manifestasi neurologis dini meliputi pusing dan sakit kepala. Kenaikan paparan
memicu perubahan status mental, kebingungan, sinkop, kejang, sindrom
seperti stroke akut, dan koma. Kejang terisolasi sudah dilaporkan pada pasien anak-anak.
Kelainan pada riset neuroimaging, khususnya lesi bilateral globus pallidus, sering terlihat
pada keracunan CO yang menonjol . Adanya hipotensi sistemik pada keracunan CO
berkorelasi dengan tingkat keparahan kerusakan struktural sistem saraf pusat
Kardiovaskular dini akibat keracunan CO dimanifestasikan oleh takikardia sebagai
tanggapan pada hipoksia. Paparan yang lebih menonjol memicu hipotensi,
disritmia, iskemia, infark, dan, dalam masalah ekstrim, serangan jantung. Kematian dini
sesudah paparan CO mungkin dipicu oleh disritmia jantung ,.
Hipotensi muncul akibat cedera miokard akibat hipoksia atau iskemia, aktivitas
depresan miokard langsung dari ikatan mioglobin, vasodilatasi perifer, atau kombinasi dari
faktor ini. Ini mungkin berlanjut bahkan sesudah gejala neurologis dan metabolik
sudah teratasi. Keracunan CO memperburuk penyakit kardiovaskular, memicu kelompok
pasien ini rentan pada gangguan kardiovaskular ,.
Paparan CO eksperimental tingkat rendah yang menghasilkan kadar CO-Hb dari 2%
sampai 6% pada pasien yang sudah terdiagnosa penyakit arteri koroner menghasilkan
disritmia dan menurunkan latensi pada pertumbuhan iskemia jantung selama pengujian.
Paparan CO menurunkan ambang batas untuk disritmia ventrikel malignan. Pada pasien
dengan penyakit arteri koroner yang tidak terdiagnosa , paparan CO dapat bertindak
sebagai tes stres, seperti anemia. Bahkan pada relawan sehat, paparan CO sudah
ditemukan menghasilkan perubahan EKG nonkhusus . Infark miokard sudah dilaporkan
terjadi pada keracunan CO sebab tidak ada penyakit koroner yang mendasarinya Keracunan CO juga memicu rhabdomyolysis dan gagal ginjal akut,
berpotensi sebagai efek toksik langsung CO pada otot rangka. Lepuh kulit dan edema paru
nonkardiogenik sudah dilaporkan pada pasien dengan keracunan CO berat. Warna kulit
''cherry red'' yang sering dibahas dalam buku teks tidak biasa terlihat pada praktiknya ,
Karbonmonoksida mengikat lebih erat ke janin dibandingkan hemoglobin dewasa,
memicu bayi rentan pada efeknya. Keracunan CO pasien dewasa dapat hadir
sebagai peristiwa yang mengancam jiwa akut pada bayi. Bahkan pasien anak-anak yang
lebih tua lebih rentan pada efek CO sebab tingkat metabolisme dan penyerapan
oksigennya yang lebih tinggi. Gejala pada pasien anak sering tidak khusus , seperti mual
dan muntah, dan dengan mudah dapat salah didiagnosa sebagai penyakit virus.
Peningkatan insiden sinkop dan kelesuan dilaporkan terjadi pada populasi anak-anak
dibandingkan dengan pasien dewasa.
Paparan CO pada pasien hamil menghadirkan skenario yang unik. CO menembus
plasenta dengan mudah, dan penelitian pada hewan menandakan bahwa, dengan
paparan CO pada ibu, kadar CO-Hb janin mencapai puncak yang lebih tinggi dan
menghilang lebih lambat dibandingkan ibu. Pada kita , berakibat fatal pada janin, seperti
lahir mati, malformasi anatomi, dan cacat neurologis, secara jelas dikaitkan dengan
keterpaparan ibu yang lebih parah. Namun, bahkan pada ibu yang tidak menandakan
gejala, efek pada janin mungkin parah, termasuk malformasi anatomis dan kematian janin.
Saat otopsi dilakukan, terlihat kerusakan otak janin, terutama pada ganglia
basal dan globus pallidus. Usia kehamilan janin selama paparan CO sudah dikaitkan dengan
malformasi anatomis, sedang gangguan fungsional dan pertumbuhan neurologis
yang buruk dilaporkan terjadi sesudah paparan CO pada usia gestasi ,
2. Efek klinis: tertunda
Efek CO tidak sejalan dengan periode sesudah pemaparan. Efek neurologis yang
terus-menerus atau tertunda juga sudah dilaporkan. Yang paling menarik yaitu sindrom
pemulihan yang nyata dari keracunan CO akut diikuti oleh kerusakan perilaku dan
neurologis sesudah masa laten 2 sampai 40 hari. Sindrom ini, yang dinamakan
DNS, dapat bermanifestasi sebagai gejala neurologis atau psikiatris yang bisa terjadi,
termasuk kehilangan ingatan, kebingungan, ataksia, kejang, inkontinensia urin dan tinja,
kelainan emosi , disorientasi, halusinasi, parkinsonisme, mutisme, korteks kebutaan,
psikosis , dan gaya berjalan dan gangguan motorik lainnya ,
Dua seri masalah terbesar berasal dari Korea, yang mana keracunan CO biasa terjadi
sebab pemakaian kompor batubara untuk memasak dan memanaskan. Dari 2360
korban keracunan CO akut, DNS didiagnosa pada 65 pasien. Gejalanya meliputi kemunduran mental, gangguan memori, ketidakmampuan koordinasi, inkontinensia urin
dan tinja, dan mutisme. Tingkat DNS dalam seri ini yaitu 2,75% dari semua pasien dengan
keracunan CO dan 11,8% dari pasien rawat inap. Interval nyata antara pemulihan dari
paparan awal dan pengembangan DNS yaitu 2 sampai 40 hari (rata-rata 22,4 hari). Dari
pasien yang diikuti, 75% sembuh dalam waktu 1 tahun. Kejadian DNS meningkat dengan
durasi ketidaksadaran yang dialami oleh pasien dan dengan usia di atas 30. Seri besar
lainnya yang melaporkan 2967 pasien yang menderita keracunan CO sudah menemukan
hampir identik dengan kelompok yang sudah dijelaskan. Lebih dari 90% pasien yang
meneliti DNS dalam rangkaian ini tidak sadar selama keracunan akut, dan
kejadian DNS secara tidak proporsional lebih tinggi pada pasien yang lebih tua (50-79
tahun) dan tidak ada pada pasien berusia di bawah 30 tahun ,
, pasien dengan gambaran klinis awal yang lebih simtomatik yaitu
yang paling mungkin untuk meneliti sequelae neurologis yang persisten atau
tertunda. DNS paling sering terjadi pada pasien yang mengalami koma, pada pasien yang
lebih tua, dan mungkin pada pasien dengan pemaparan yang terlalu lama. Kelainan
pengujian neuropsikometrik sudah dikaitkan dengan tingkat kesadaran yang menurun saat
presentasi, terutama bila durasi ketidaksadaran melebihi 5 menit ,
Berbagai definisi DNS dipakai oleh peneliti; istilahnya bisa mengacu gejala klinis,
kelainan neuropsikometrik, atau kombinasi keduanya. walau memakai kelainan
neurologis kasar untuk menentukan DNS mungkin mengabaikankan disfungsi kognitif yang
halus, neuropsikometri. Pengujian dapat mengungkapkan disfungsi kognitif subklinis dan
mungkin sedang dari menonjol si klinis dan prognostik yang tidak diketahui. Pasien yang
sakit parah, bunuh diri, depresi, atau mengalami coingestion dari minuman keras lainnya
mengganggu tes ini. juga , pasien ini tidak memiliki base line untuk
perbandingan. Terlepas dari keterbatasan ini, pengujian neuropsikometri memberi
ukuran fungsi kognitif yang obyektif yang dipakai untuk menyaring dan mengikuti
pasien dengan keracunan CO ,
3. Efek klinis: kronis
walau beberapa penulis sudah berhipotesis bahwa keracunan CO kronis mungkin
lebih meresap dan memicu lebih banyak morbiditas dan mortalitas dibandingkan yang
saat ini diketahui, bukti untuk mendukung klaim ini kurang dari yang mendesak, sebagian
sebab perbedaan yang inheren dalam mengukur tingkat keterpaparan dan tingkat
gangguan neurologis. Laporan masalah dan rangkaian masalah sudah diterbitkan yang
menerangkan sindrom sakit kepala, mual, ringan, disfungsi serebelum, dan gangguan
kognitif dan mood yang terkait dengan paparan CO kronis dan tingkat rendah. Namun,
semua laporan ini memiliki faktor pembaur yang tidak terkendali dan kurangnya datmengenai pemaparan. Gejala ini biasanya mereda begitu pasien dikeluarkan dari
lingkungan. Masalah lain yang secara spekulatif dikaitkan dengan paparan CO kronis
termasuk berat lahir rendah, mengurangi tingkat latihan, dan eksaserbasi penyakit
jantung, walaupun faktor risiko lainnya, seperti merokok, mengacaukan gambar. Selain
itu, paparan CO kronis sudah dikaitkan dengan polisitemia dan kardiomegaly, mungkin
sebab hipoksia kronis ,
E. PENANGANAN KERACUNAN KARBONMONOKSIDA
Pengobatan pasien yang keracunan CO dimulai dengan suplemen oksigen dan
perawatan suportif agresif, termasuk penanganan jalan nafas, dukungan tekanan darah,
dan stabilisasi status kardiovaskular. saat terjadi keracunan CO, pasien harus segera
dievakuasi dari area kejadian ,
Terapi untuk keracunan CO saat ini yaitu 100% normobaric (NBO2) atau Hiperbarik
(HBO2) 2,5-3 atmosfer. NBO2 dan HBO2 mengeluarkan CO pada laju yang lebih cepat dari
darah dengan meningkatkan tekanan parsial oksigen yang meningkatkan laju disosiasi CO
dari hemoglobin. NBO2 mengurangi waktu paruh eliminasi CO dari 320 menit di udara
ruangan sampai 74 menit (Gambar 8.5). HBO mengalirkan oksigen 100% di dalam ruang
bertekanan, menghasilkan peningkatan oksigen terlarut dalam tubuh (PaO2 sampai 2000
mmHg... (Kao, 2006)HBO2 dapat mengurangi waktu paruh HbCO sampai 20 menit, namun sebetulnya
dalam Praktik klinis paruh waktu mungkin lebih tinggi, hingga 42 menit. HBO2 sudah
menandakan efek perbaikan pada peradangan dan disfungsi mitokondria yang
dipicu oleh keracunan CO ,
Roderique dkk mengusulkan aksi farmakologis dengan pemakaian
hydroxocobalamin dan asam askorbat untuk meningkatkan konversi CO menjadi CO2
,
F. analisa KERACUNAN KARBONMONOKSIDA
Evaluasi laboratorium awal harus diarahkan pada hal yang mengancam jiwa segera yang
dapat menyertai keracunan CO dan dapat diatasi dengan mudah dengan perawatan suportif.
Penentuan kadar glukosa darah di area tidur segera perlu pada pasien dengan
status mental yang berubah. Pada pasien yang parah, pemantauan jantung harus dimulai dan
elektrokardiogram diperoleh untuk mengevaluasi iskemia jantung. sebab gangguan CO-Hb,
oksimeter akan memicu overestimate persentase saturasi hemoglobin. bila ada
kekhawatiran tentang oksigenasi dengan adanya keracunan CO, analisa gas darah arteri
perlu. Tes ini dapat secara akurat menilai oksigenasi dan mengkonfirmasi adanya
asidosis metabolik dari laktat, sebuah penanda keracunan CO yang serius dan prognosis yang
lebih buruk ,.
diagnosa klinis keracunan karbon monoksida (CO) akut harus dikonfirmasi dengan
menandakan peningkatan kadar karboksihemoglobin (CO-Hb... . Baik darah arteri atau vena
dapat dipakai untuk pengujian. analisa CO-Hb memerlukan pengukuran spektrofotometri
langsung pada analisa gas darah khusus . Alat pengukur karbon monoksida (CO)-oksimetri di
area tidur sekarang tersedia namun memerlukan unit khusus dan bukan yaitu
komponen oksimetri nadi rutin. Sebuah riset di tahun 2012 menandakan bahwa oksimetri
pulsa noninvasive berkorelasi dengan diagnosa dan inisiasi terapi oksigen hiperbarik yang
lebih cepat dibandingkan CO-oksimetri. Pernyataan klinis kebijakan 2017 dari American College of
Emergency Physicians (ACEP) merekomendasikan untuk memakai pulse CO-oximetry
untuk mendiagnosa keracunan CO pada pasien dengan dugaan keracunan CO akut ,
Peningkatan kadar CO minimal 3-4% pada bukan perokok dan setidaknya 10% pada
perokok menonjol . Namun, tingkat rendah tidak menutup mungkin pemaparan,
terutama bila pasien sudah menerima oksigen 100% atau bila waktu yang menonjol sudah
berlalu sejak terpapar. Kadar CO-Hb pada perokok rokok biasanya berkisar antara 3-5%,
namun mungkin setinggi 10% pada beberapa perokok berat. Kehadiran hemoglobin janin,
setinggi 30% pada 3 bulan, dapat dibaca sebagai elevasi tingkat CO-Hb sampai 7%. [23] Gejala
mungkin tidak berkorelasi dengan baik dengan kadar CO-Hb ,
Temuan pengukuran gas darah arterial meliputi:
Tekanan parsial kadar oksigen (PaO2) harus tetap normal; Saturasi oksigen akurat hanya
bila diukur secara langsung namun tidak bila dihitung dari PaO2, yang umum terjadi pada banyak
analisa gas darah. Seperti oksimetri nadi, perkirakan kadar PCO2 dengan mengurangi kadar
karboksihemoglobin (CO-Hb... dari saturasi yang dihitung. Tingkat PCO2 mungkin normal atau
sedikit menurun. Asidosis metabolik terjadi akibat asidosis laktik dari iskemia.
ACEP merekomendasikan untuk memperoleh elektrokardiogram dan kadar biomarker
jantung pada pasien di instalasi gawat darurat dengan keracunan CO sedang sampai berat
Hasil pemeriksaan jantung meliputi peningkatan kadar high sensitive troponin I sering
menandakan kardiomiopati, termasuk disfungsi global reversibel. Iskemia miokard umum
terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit sebab paparan CO moderat sampai berat dan
yaitu prediktor kematian. Pasien dengan penyakit kardiovaskular yang sudah ada
sebelumnya dapat mengalami peningkatan angina yang berat dengan kadar CO-Hb hanya 5
sampai 10%; pada kadar CO-Hb tinggi, bahkan pasien sehat muda mengalami depresi miokard
,
Hasil tes lainnya meliputi:
a. Kreatinin kinase, mioglobin urin: rhabdomyolysis nontraumatik dapat dipicu oleh
toksisitas CO berat dan memicu gagal ginjal akut.
b. Hitung darah lengkap: mungkin terjadi Leukositosis ringan; koagulasi intravaskular
diseminata (coagulation intravascular disseminated=DIc... dan thrombotic
thrombocytopenic purpura (TTP) memerlukan riset hematologi lebih lanjut.
c. Elektrolit dan kadar glukosa: Hipokalemia dan hiperglikemia terjadi pada keracunan parah
d. Kadar laktat darah: peningkatan kadar laktat darah yaitu indikasi keparahan keracunan
bila sumber CO yaitu kebakaran di rumah dan tingkat laktatnya 10 mmol atau L atau lebih
tinggi, pasien mungkin mengalami keracunan sianida bersamaan
e. Urea nitrogen darah (BUN) dan kadar kreatinin: Gagal ginjal akut sekunder akibat
mioglobinuria
f. Tes fungsi hati : Elevasi ringan pada gagal hati fulminan
g. Urinalisis : positif untuk albumin dan glukosa dalam keracunan kronis
h. Kadar methemoglobin : termasuk dalam diagnosa banding sianosis dengan saturasi
oksigen rendah namun PaO (tekanan parsial oksigen) normal
i. Kadar etanol: faktor pengganggu pada keracunan CO yang disengaja dan tidak disengaja
j. Kadar sianida: bila toksisitas sianida juga dicurigai (contoh nya kebakaran industri); paparan
sianida disarankan bila terjadi asidosis metabolik yang tidak dapat dijelaskan; Penentuan
cepat jarang tersedia. Inhalasi asap yaitu pemicu paling umum keracunan sianida akut
,
1. Aplikasi klinis
Karbon monoksida berikatan dengan hemoglobin 200 kali lebih mudah dibandingkan O2
yang berakibat pada hipoksemia. Keracunan CO ditentukan dengan analisa CO-Hb. Spesimen
harus diambil sesegera mungkin sesudah terpapar, sebab CO cepat dibersihkan dari hemoglobin dengan menghirup udara normal. Kadar COHb dari specimen darah vena berkorelasi
dengan specimen darah arteri.
Kadar CO-Hb paling baik ditentukan dengan CO-oximeter (spektrofotometer khusus)
yang secara bersamaan mengukur kadar hemoglobin dan fraksional total (%) untuk CO-Hb,
oxyhemoglobin, deoxyhemoglobin, dan methemoglobin ,
2. Kadar Karboxyhemoglobin (CO-Hb... ,
riset laboratorium yang paling perlu untuk konfirmasi keracunan CO yaitu
penentuan kadar CO-Hb. Kadar normal kurang dari 5 persen pada bukan perokok dan bisa
setinggi 12 persen pada perokok dua per-jam. walau toksisitas serius sering dikaitkan
dengan kadar di atas 25 persen, pasien dapat mengalami koma dengan kadar mendekati nol,
terutama bila mereka sudah menerima pengobatan berkepanjangan dengan oksigen. Kedua
ini dan perbedaan "perendaman," didefinisikan sebagai durasi paparan, memicu
kadar CO-Hb tidak dapat diandalkan dalam mengukur gejala atau memprediksi akibat. sebab
itu, kadar itu hanya untuk mengkonfirmasi keracunan. Penelitian saat ini lebih melihat
CO terlarut total dalam darah yang memperkirakan kadarnya dalam jaringan dengan
lebih baik dan sebab itu lebih baik berkorelasi dengan gejala dan akibat yang
dimunculkan .
, penentuan kadar CO-Hb dilakukan dengan CO-oximeter pada darah arteri,
namun darah vena terbukti sama akuratnya, terutama bila kadar CO di bawah 20 persen.
specimen darah stabil setidaknya selama 5 hari, sehingga specimen dari lapangan, yang ditarik
dalam tabung heparinisasi, dapat dipakai untuk penentuan CO-Hb. metode sampling udara
pernafasan dengan monitor samping area tidur tersedia; Namun, metode ini diganggu oleh
adanya etanol, yang bereaksi silang dengan alat uji sehingga menghasilkan kadar yang
keliru ,
Pengukuran kadar karboksihemoglobin (COHb... dalam darah utuh bertujuan untuk
diagnosa dan pengelolaan keracunan karbon monoksida. Tes ini mengukur kadar COHb
serum, yang terbentuk dari kombinasi karbon monoksida (CO) dan hemoglobin (Hb... .
a. Nilai Rentang Referensi Kadar Karboksihemoglobin
1) Dewasa: <2,3%; <3% saturasi total hemoglobin
2) Perokok: 2,1% - 4,2%; sumber lain menyarankan: 2% - 5%
3) Perokok berat (> 2 bungkus atau hari): 8% - 9%; sumber lain menyarankan: 5% - 10%
4) Anemia hemolitik: Sampai 4%
5) Bayi baru lahir: ≥ 10 - 12%
6) Nilai Kritis:> 20%b. Indikasi & pemakaian
Keracunan karbon monoksida yang diduga kadar Carboxyhemoglobin (COHb... lebih
tinggi dari 5% pada perokok bukan perokok dan 10% pada perokok mengkonfirmasi
diagnosa nya, namun berkorelasi buruk dengan tingkat keracunan karbon monoksida.
c. Pengukuran Kadar CO-Hb dengan CO-oxymeter
CO-oksimeter yaitu alat analisa gas darah yang, selain status tekanan gas yang
diberikan oleh pengukuran gas darah konvensional, juga mengukur konsentrasi
hemoglobin beroksigen (oxyHb... , hemoglobin terdeoksigenasi (deoxyHb atau reduced Hb... ,
carboxyhemoglobin (COHb... , dan methemoglobin (MetHb... sebagai persentase dari total
konsentrasi hemoglobin dalam specimen darah. pemakaian CO-oximetry diperlukan saat
riwayat ada paparan toksin, hipoksia yang gagal diperbaiki dengan pemberian oksigen, ada
perbedaan antara PaO2 pada penentuan tekanan darah dan saturasi oksigen pada
oksimetri nadi (SpO2), atau dokter menduga terserang dyshemoglobinemia lainnya
seperti methemoglobinemia atau carboxyhemoglobinemia.
Puls-Oksimetri mengukur saturasi oksigen (SaO2) hemoglobin dalam darah arteri
atau jumlah oksigen rata-rata yang terikat pada setiap molekul hemoglobin. analisa gas
darah menghitung saturasi oksigen dari parameter yang diukur PO2 dan pH berdasar
kurva disosiasi oksigen standar. Sayangnya, oksimetri nadi, prosedur noninvasive, tidak
membedakan antara berbagai tipe hemoglobin. contoh nya, dalam masalah
methemoglobinemia, oksimetri nadi bisa membaca 88%, namun desaturasi dapat
ditunjukkan dengan CO-oximetry, mencatat 70% oxyHb dan 30% MetHb.
Masing-masing dyshemoglobins memiliki spektrum serapan yang unik, dan
konsentrasinya dapat diturunkan dari hukum Beer-Lambert dengan mengukur
penyerapan pada empat panjang gelombang tertentu. Nilai normal dilaporkan sebagai
persentase dari hemoglobin normal dan meliputi oxyHb, 45% sampai 70%; deoxyHb, 0%
sampai 5% (arterial) atau 15% sampai 40% (vena); MetHb, 0% sampai 1,5%; dan COHb 0%
sampai 2,5% (non perokok) atau 1,5% sampai 10% (perokok). Kadar hemoglobin total
tergantung pada usia anak-anak. Kesenjangan saturasi oksigen didefinisikan sebagai selisih
lebih dari 5% antara saturasi yang dihitung dari analisa gas darah arterial standar dan
saturasi yang diukur dengan CO-oximetry. Adanya selisih saturasi oksigen konsisten
dengan adanya dishemoglobin.
metode pengumpulan yang akurat diperlukan untuk interpretasi CO-oksimetri yang
sesuai. CO-oksimeter memerlukan minimal 0,3 mL darah (vena atau arteri). Darah harus
dihimpun dengan spuit bebas udara, heparinasi, dicampur dengan baik, dilepaskan
gelembung udara, dan ditempatkan di atas es (Mack, 2007).
Gambar 7.6 CO-oksimeter
Sumber: http: atau atau www.pacificwestmedical.com atau masimo atau handheld-pulse-oximeters-cooximeters-etc atau masimo-rainbow-handheld-pulse-co-oximeters atau rad-57m-handheld-cooximeter-with-spmet atau
G. analisa LABORATORIUM
1. Penetakan Kadar CO-Hb ,
Tes kualitatif berikut ini relatif tidak sensitif dan hanya bermanfaat dalam diagnosa
keracunan karbon monoksida akut. bila hasil positif diperoleh maka baik
carboksihaemoglobin (CO-Hb... atau konsentrasi karbon monoksida nafas harus diukur
segera tanpa penundaan. Metode kuantitatif untuk menentukan HbCO darah yang
dijelaskan di bawah ini bergantung pada fakta bahwa hemoglobin beroksigen dan
methaemoglobin (hemoglobin teroksidasi) dapat direduksi dengan natrium dithionite
sedang HbCO sebagian besar tidak terpengaruh.
a. Uji kualitatif
Berlaku untuk whole blood dengan antikoagulan heparin, EDTA, NaF atau Na-oxalate.
1) Reagen
Amonium hidroksida berair (0,01 mol atau l).
2) Prosedur
Tambahkan 0,1 ml darah ke 2 ml larutan amonium hidroksida dan campuran vortex
selama 5 detik.
3) Pengamatan Hasil
Warna merah muda bila dibandingkan dengan warna yang diperoleh dari spesimen
darah normal menandakan adanya carboxyhaemoglobin. Sianida dapat memberi
warna yang mirip , namun keracunan sianida akut jauh lebih jarang
terjadi dibandingkan keracunan karbon monoksida.
4) Kepekaan : HbCO, 20%.
b. Pemeriksaan kuantitatif
Berlaku untuk specimen darah utuh dengan antikoagulan heparin, EDTA atau Nafluoride atau Na-oxalate.
1) Reagen
a... Amonium hidroksida berair (1 ml atau l).
b... Sodium dithionite (padat, disimpan dalam desikator).
c... Pasokan karbon monoksida murni atau karbon monoksida atau nitrogen.
d... Pasokan oksigen atau udara bertekanan.
2) Prosedur
a... Tambahkan 0,2 ml darah sampai 25 ml larutan amonium hidroksida dan aduk.
b... Ambil tiga porsi yang kira-kira sama: x, y dan z. Simpan bagian x ke dalam stopper
tube sedang prosedur berikut dilakukan:
(a... Bagian jenuh y dengan karbon monoksida (untuk memberi 100% HbCO) dengan
menggelegak gas melalui larutan selama 5-10 menit. Berhati-hatilah untuk
meminimalkan buih.
(b... Bagian jenuh z dengan oksigen dengan menggelegak oksigen murni atau udara
terkompresi melalui larutan paling sedikit 10 menit untuk menghilangkan semua
karbon monoksida terikat (untuk memberi 0% HbCO). Sekali lagi, hati-hati untuk
meminimalkan buih.
c... Tambahkan beberapa kecil (sekitar 20 mg... natrium dithionite ke setiap larutan uji
(x, y dan z) dan juga sampai 10 ml larutan amonium hidroksida dan aduk rata.
d... Ukur absorbansi larutan x, y dan z pada larutan amonium hidroksida yang
diperkaya dengan dithionite pada 540 nm dan 579 nm.
3) Hasil
Persentase saturasi karboksihaemoglobin (% HbCO dapat dihitung dari persamaan:
Perkiraan nilai normal yaitu :
(A540 atau A579 Larutan y) = 1,5, sesuai dengan 100% HbCO
(A540 atau A579 Larutan z) = 1,1, sesuai dengan 0% HbCO.
4) Interpretasi hasil
Panduan sederhana untuk interpretasi hasil CO-Hb darah diberikan pada Tabel 8.2.
Saturasi CO-Hb (%) Berkaitan dengan keadaan berikut:
3 – 8 Pada perokok
< 15 Perokok berat (30 – 50 batang atau hari)
20 Berbahaya pada jantung
20 – 50 muncul gangguan mental dan fisik yang progresif
>50 Koma, kejang, gagal jantun dan nafas, kematian